Ketenangan Hersa

23.7K 1K 13
                                    

Allah SWT. berfirman :

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (QS. Al-Baqarah: 286).

***

Semilir angin menerbangkan beberapa helai rambut dipelipis Ivanna yang terlepas dari kuncirannya.

Ia menatap langit yang kala pagi itu sangat cerah, udara yang terasa sejuk dan suara burung-burung yang berkicauan. Ia melihat jalanan yang mulai lenggang karena mulai siang dari atas rooftop rumah sakit.

'Rasanya ingin melompat dari atas sini, mungkin dapat meringankan beban dan pastinya nyawa melayang hahaha' pikirnya dengan senyum kecut.

"Semua orang punya beban hidupnya masing-masing. Kendalinya ada di diri sendiri, mampu atau tidak kita dalam mengatasi" suara berat dari arah belakang Ivanna membuat gadis itu dengan cepat membalikan badannya.

"That's right, but ... ini berat banget buat gue. Dan lo? Nggak akan ngerti!" Setelah berucap demikian, Ivanna kembali membalikan badannya kearah pagar pembatas.

"Allah nggak akan ngasih beban ke hambanya melebihi batas kemampuan hambanya kok" Hersa berjalan menghampiri Ivanna, tapi tetap menjaga jarak dan matanya yang mengalih kearah lain.

"Bahasa lo ribet!"

"Ternyata seorang Ivanna yang pintar, lambat dalam menganalisa sebuah kalimat ya"
"Padahal itu ada dalam Al-Qur'an loh" lanjutnya tanpa menatap kearah gadis dengan muka yang tenang tapi masih tampak gurat kesedihan itu.

"Gue bukan anak pesantren, jadi nggak tau yang gituan" jawab Ivanna seadanya.

"Nggak juga. Kalau kamu belajar pasti bisa lah. Saya juga bukan anak pesantren kok"

"Terus mau ngapain lo kesini? To the point aja"

"Mastiin nggak ada berita yang bertuliskan 'seorang gadis berseragam SMA loncat dari rooftop rumah sakit' aja"

Ivanna menatap tajam Hersa, orang yang ditatap hanya menunduk saja. Terlintas dipikiran Ivanna untuk mendekati Hersa, ia ingin tau apa reaksi dari laki-laki pemalu ini.

"Mau ngapain?" Hersa melirik sekilas ke gadis itu dengan pandangan was-was ketika melihat Ivanna bergeser mendekat kearahnya.

"Mau liat calon suami gue dari dekat. Kenapa?" Ivanna kemudian mundur selangkah dan bergeser selangkah lagi. Sekarang posisinya berdiri teat di hadapan Hersa yang bersandar dipagar rooftop.


"Jauh-jauh Ivanna!" Peringat Hersa tanpa menatap kearah gadis itu.

"Kenapa emangnya? Nggak salah kan? Toh nanti kita juga nikah" Ivanna mulai maju mempersempit jaraknya dengan Hersa.

Hersa yang melihatnya segera bergeser kesamping dan membuat jarak kembali.

"Salah lah Iva! Kita belum halal. Menatap aja nggak boleh, apalagi berdekatan."

"Pikiran lo kuno banget sih! Ini tuh jaman udah modern kali, dan lo tinggal di kota bukan di desa!" Lengos Ivanna.
"Kalau gitu ngapain lo kesini bego?" Lanjutnya sinis.

"Kan tadi saya sudah bilang, hanya ingin memastikan kamu tidak berbuat hal yang nekad. Hanya itu. Kamu boleh sedih tapi jangan terlalu larut juga. Serahkan semuanya kepada Allah subhanahu wata'ala. Kalau gitu saya permisi dulu" Hersa segera meninggalkan tempat itu saat dirasa hawanya sudah tidak nyaman lagi. Ia takut imannya akan goyah karena berdekatan dengan Ivanna. Bagaimanapun ia laki-laki yang normal. Dan yang harus tetap di ingat, godaan terbesar kaum laki-laki adalah Perempuan.

MY PERFECT HUSBAND (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang