Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
"Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah, dan jangan malas (patah semangat)." (HR. Muslim no. 2664).
***
Ivanna berlari menghampiri Awan dan Risa yang berdiri didekat sebuah pilar di aula sekolahnya. Wajahnya tersenyum gembira. Hari ini adalah hari kelulusannya di SMA sekaligus pengumuman pemberitahuan tentang beasiswanya.
"Ivanna lulus ma!" Ivanna memeluk Risa dengan air mata yang terurai membasahi pipi merahnya.
"Iva lulus tes di Moskovskyj Gosudarstvennyj Universiteit." Pekiknya dengan bangga dan menyerahkan sebuah kertas berbahasa Inggris kepada Risa dan Awan.
Risa tersenyum haru menatap putrinya itu. Ia mengusap puncak kepala Ivanna dan mencium kening putrinya itu.
"Alhamdulillah, selamat sayang." kata Risa membalas pelukan Ivanna.
"Selamat Ivanna." ucap Dian dan Ridho yang ternyata hadir juga disana.
Ivanna mengalihkan perhatiannya kepada Dian dan Ridho.
"Terima kasih tante Dian, om Ridho."Ivanna bergantian memeluk Dian dan cipika-cipiki.
"Hersa nya nggak ikut tan,om?" Ivanna melihat-lihat sekitar berharap menemukan apa yang ia cari.
"Iva, Hersa lebih tua empat tahun dari kamu loh, yang sopan manggilnya." Tegur Awan dengan lembut.
"Iyaa maksudnya kak Hersanya mana? Kok nggak ada?" Ralat Ivanna menuruti Awan.
Melihat perubahan sikap Ivanna membuat Dian dan Ridho tersenyum hangat.
"Dia sedang ada tugas. Jadi tak bisa ikut" jawab Dian mengusap lembut puncak kepala calon menantunya itu.
Ivanna hanya mengangguk sambil ber oh ria.
"Kapan Ivanna berangkat ke MGU?"
Tanya Dian lembut."Mungkin sekitar dua minggu lagi tante, soalnya Iva juga harus cari apartemen disana dan sekalian pengenalan dengan lingkungan baru." Jawab Ivanna dengan wajah berbinar.
"Dua minggu lagi?" Risa lantas terkejut mendengar penuturan dari putri bungsunya itu.
"Kok kamu nggak bilang?""Iyaa maa, maaf Iva lupa. Iva baru aja kepikiran beberapa saat yang lalu. Boleh kan ma pa?" Ivanna menatap penuh harap kepada kedua orang tuanya itu.
Risa dan Awan saling tatap kemudian keduanya menghela napas pasrah dan mengangguk samar yang masih bisa dilihat oleh Ivanna.
Senyum diwajah gadis itu makin melebar. Ia kemudian memeluk lagi Ibu dan Ayahnya itu.
"Belajar yang betul. Jangan sia-siakan kepercayaan yang sudah kami berikan." Awan berkata dengan tegas kepada putrinya dengan tatapan mata yang serius.
Ivanna membalasnya dengan anggukan semangat.
"Siap bapak negara!""Jangan lupa jaga hati, jaga mata. Jangan mengecewakan kami." Kini Risa berbicara dengan tatapan penuh arti yang langsung dimengerti Ivanna.
"Iya ma. Iva ngerti."
Seperti langit yang menitikkan air, seperti pohon yang menggugurkan daun dan seperti bintang yang menghilang dikala siang seperti itulah hidup berjalan. Seimbang dengan takdir yang sudah ditentukan. Terus berjalan, berjalan dan berjalan sampai kita berhenti dihadapan sang pencipta seluruh alam.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT HUSBAND (Revisi)
SpiritualCinta itu rasa yang tidak pernah bisa diterka pada siapa dia akan berlabuh, yang datang karena terbiasa bersama atau bisa jadi karena hal yang lainnya. Semua yang terjadi di dunia ini adalah atas izin dari sang maha Pencipta begitupun pertemuan anta...