Disappointed

23.9K 945 76
                                    

Hersa panik saat tidak mendapati Ivanna di rumah. Ponselnya tidak aktif saat di telpon.

Hersa mengambil kunci mobil dan pergi ke suatu tempat yang di yakini Ivanna berada di sana.

"Assalamu'alaykum." Ucap Hersa di depan pintu kayu berwarna coklat.

Tak lama, pintu itu mulai terbuka dan menampakan seorang wanita setengah baya berdiri di sana.

"Wa'alaykumussalam."

"Ma, Ivanna ada?" Katanya langsung pada Risa.

Risa tersenyum dan membuka pintu rumahnya membiarkan menantunya masuk.

"Ada di kamarnya. Selesaikan masalah kalian ya, mama mau beresin meja makan dulu. Nanti kamu langsung makan aja yaa, lauknya ada di meja makan. Ivanna belum makan juga dari siang." Jelas Risa pada menantunya itu dengan sorot mata lembut.

"Iya ma." Jawab Hersa singkat.

Setelahnya, Hersa segera menuju kamar Ivanna yang berada di lantai dua.

Tangannya langsung memutar kenop pintu kamar Ivanna dan matanya menangkap tubuh mungil istrinya sedang bersandar di kepala tempat tidur.

Hersa mendekati Ivanna yang sedang memejamkan matanya yang terlihat menghitam itu. Tangannya terulur menyentuh kepala Ivanna dan membelainya lembut.

Mata Ivanna bergerak merasakan sentuhan ringan di kepalanya.

"Mas Hersa?" Katanya dengan suara lemah.

"Kok mas ada disini?" Tanyanya lagi.

"Mas nyariin kamu yang nggak ada di rumah. Kenapa nggak bilang ke mas kalau mau ke rumah mama?" Hersa menjawab dengan lembut.

"Ivanna lupa mas. Maaf ya,"

"Nggak apa-apa. Adek demam ya? Kenapa tadi nggak bilang kalau nggak enak badan? Mas bisa antar Ivanna ke rumah sakit." Terselip nada khawatir saat Hersa bicara. Laki-laki itu memperhatikan wajah Ivanna yang terlihat sangat pucat. Mukanya tidak secerah biasanya.

"Ivanna cuma kurang istirahat aja. Mas udah makan?" Tanya Ivanna yang berniat mengalihkan pembicaraan itu.

"Belum. Kamu juga belum kan?"

Ivanna mengangguk. "Ya udah makan yuk." Ajak Ivanna seraya mencoba berdiri.

Hersa memegang lengan Ivanna, membantunya untuk berdiri. Ivanna hanya diam saja menerima perlakuan Hersa yang selalu lembut dan membuat hatinya menghangat.

Makan malam itu terasa hening. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang beradu.

"Mas mau di buatin minum apa?" Tanya Ivanna saat mereka sudah selesai makan.

Hersa menggeleng dan berkata, "nggak usah, air putih aja."

Ivanna membenahi piring bekas mereka makan. Hersa hanya memperhatikan punggung Ivanna yang memang membelakanginya.

"Va," panggil Hersa.

"Hmm," gumam Ivanna.

"Nggak ada yang mau kamu ceritain ke aku?"

Ivanna mengeringkan tangannya dan beralih menatap Hersa. "Nggak ada, emangnya ada apa?" Tanya Ivanna seolah tidak ada beban dalam hidupnya.

Hersa menatap intens Ivanna dari ujung meja.

"Kamu nggak pandai bohong,Va. Mas kan suami kamu jadi kalau ada apa-apa cerita sama mas jangan diem aja. Mas kan nggak tau gimana menyelesaikannya kalau Ivanna nggak cerita. Dalam sebuah hubungan, sifat terbuka pada pasangannya juga di perlukan." Ujar Hersa.

MY PERFECT HUSBAND (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang