Padat. Satu kata yang menggambarkan tempat dimana Ivanna berdiri. Rintik tipis seperti kapas berwarna putih yang jatuh tak ayal membuat keadaan dingin menyelimuti bandar udara Sheremetyevo, tetapi tidak membuat orang-orang berhenti melakukan aktivitasnya.
Ivanna semakin mengeratkan palto (mantel musim dingin yang sangat tebal) yang ia gunakan.
Dengan menyeret satu koper besar berwarna navy, Ivanna berjalan keluar bandara untuk mencari taksi. Untungnya ia berasal dari keluarga berada, jadi tak sulit untuk menemukan apartemen untuk ia tinggali. Ayahnya, Awan sudah membelikan ia sebuat apartemen di Panfilovsky Pereulok tempat yang sangat strategis di pusat kota Moskwa.
Ivanna berjalan kearah beberapa taksi yang sepertinya sedang menunggu penumpang.
"Dabro dentl (selamat siang)" seorang laki-laki paruh baya dengan wajah khas orang Rusia itu menyapa Ivanna dengan senyum ramahnya.
Ivanna tersenyum dan mengatakan hal yang sama pula. Beruntung Ivanna sudah menguasai bahasa Rusia walaupun belum terlalu fasih mengucapkannya.
"Ingin pergi ke mana nona?" Tanyanya mengunakan bahasa Rusia.
"Panfilovsky Pereulok, The White House Residence. Bisa antar saya kesana?" Jawab sekaligus tanya Ivanna menyebutkan sebuah alamat kepada laki-laki paruh baya itu dengan bahasa Rusianya.
Laki-laki paruh baya itu pun mengangguk dan mempersilahkan Ivanna untuk masuk kedalam mobil, sementara ia membantu memasukan koper Ivanna ke bagasi mobil.
Mobil taksi itupun berjalan meninggalkan bandara Sheremetyevo. Ivanna menikmati pemandangan yang disuguhkan Rusia yang dikenal dengan negara tirai besi atau beruang putih. Pohon bereozka yang tertiup angin pinggir jalan kiri dan kanan semakin menambahkan pesona alam siang ini. Meskipun siang, tetap saja tidak ada sinar matahari yang masuk. Semua tertutupi salju. Maha besar Allah dengan segala kebesarannya yang telah menciptakan dunia dari begitu banyak perbedaan yang membuatnya sangat beragam.
"Dobro pozhalovat' v Mosko"gumam sang sopir itu saat mobil yang ia bawa sudah masuk ke wilayah Smolenskaya.
Ivanna mendengarnya, tapi ia tak berniat untuk mengucapkan sepatah kalimatpun saat ini. Ia sangat lelah, bahkan untuk mengucapkam kata-kata saja rasanya tak bisa. Lagipula ucapan sang sopir tak memerlukan jawaban, karena itu hanyalah ucapan selamat datang di Rusia.
Mobil itu terus berjalan belok di Protochny Pereulok dan terus ke Panfilovsky. Sampai tak lama kemudian berhenti disebuah bangunan yang mewah.
"Kita sudah sampai." Katanya membuyarkan lamunan Ivanna yang terlalu asik memperhatikan pemandangan.
Ivanna pun segera turun diikuti sang sopir taksi. Ia mengeluarkan barang-barang Ivanna dari bagasi mobilnya.
"Spasiba balshoi (terima kasih)." ucap Ivanna dan memberikan seratus dollar kepada lelaki paruh baya itu.
"Kembaliannya ambil saja" lanjutnya saat melihat sopir itu seperti sedang mencari sesuatu disaku celananya."Spasiba balshoi, nona." Ucapnya dengan wajah berseri. Ivanna hanya membalasnya dengan senyum tipis yang masih nampak.
Kemudian tanpa berkata apapun, ia menyeret kopernya masuk ke dalam apartemen itu. Untuk sebuah awal datang ke Rusia ini sendirian, Ivanna sangat bersyukur mendapatkan orang yang ramah seperti sopir tadi. Jadi ia pikir tak salah jika memberikannya upah lebih. Ia juga tidak akan miskin hanya karena uang lima dolar itu.
Kalian harus tau bagaimana masyarakat Rusia itu. Jarang sekali ditemui orang yang ramah disini, tak seperti Indonesia yang terkenal akan keramah-tamahannya. Makanya Ivanna bersyukur untuk awal ia diberikan kelancaran salah satunya bertemu si sopir yang menurutnya masih kategori orang ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT HUSBAND (Revisi)
SpiritualCinta itu rasa yang tidak pernah bisa diterka pada siapa dia akan berlabuh, yang datang karena terbiasa bersama atau bisa jadi karena hal yang lainnya. Semua yang terjadi di dunia ini adalah atas izin dari sang maha Pencipta begitupun pertemuan anta...