Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan sebagian dari dari tanda-tanda kebesaran Nya adalah Dia menciptakan pasangan-pasangan bagi kalian dari jenis kalian, agar kalian merasa tenang pada pasangan kalian dan Dia menjadikan diantara kalian rasa kasih sayang dan cinta. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda - tanda bagi orang-orang yang berfikir." (Q.S. Ar Rumm, 30 :21)
-Hersa-
Hari ini entah mengapa cuaca sangat mendung. Angin bertiup cukup kecang tapi tak membuat jalanan sepi dari para pengendara yang hendak pergi atau pulang.
Aku baru saja pulang dari pertemuan dengan teman lamaku yang menjadi salah satu dosen di Universitas Indonesia. Hanya membahas tentang skripsi mahasiswanya.
Aku menang bukan bekerja sebagai dosen ataupun pengajar, tapi aku mengerti banyak tentang bidang yang digeluti temanku itu. Sejarah bidangnya. Sebelum menjadi seorang pejuang di negara tercinta ini, aku adalah salah seorang lulusan terbaik dan termuda di universitas Cambridge Divisi Seni dan Humaniora fakultas Sejarah dan Ilmu Filsafat. Aku menyelesaikan program Doktorku selama hampir tiga tahun yang rata-rata gelar doktor itu selesai selama empat tahun atau lebih.
Saat itu umurku lima belas tahun, aku sudah lulus dari Sekolah Menengah Akhir karena mengikuti program akselerasi sekolah.
Di perguruan tinggi, aku juga mengambil fast track program atau accelerated program S1-S3 sehingga dengan cepat meraih gelar doktor hanya dalam kurun waktu 6 tahun.
Singkatnya, aku menyelesaikan kuliah saat berusia dua puluh satu tahun.
Aku kembali menatap langit. Lihatlah betapa indahnya Alam walaupun sedang gelap. Memberi kesejukan setelah panas yang begitu panjang bulan lalu, seharusnya manusia lebih bersyukur bukan malah mencela cuaca yang kadang tak sesuai harapan mereka.
Diberi panas mengeluh dan diberi hujan malah mencerca.
Aku tersentak kaget karena melihat ada orang yang menyebrang. Alhamdulillahnya ia tidak ku tabrak tadi. Aku keluar untuk memastikan keadaannya.
"Ivanna?" Tanyaku ragu kearah seorang gadis yang sedang berjongkok itu.
"Tolong," katanya yang tiba-tiba saja memelukku dengan derai air mata. Jelas aku sangat terkejut. Aku merasa berdosa tapi tak mungkin aku meninggalkannya dengan keadaan seperti ini.
Aku melihat ke sekeliling dan aku menyadari ada sesuatu yang aneh. Beberapa orang diseberang sana menatap kami dengan tajam.
Kurasakan berat badan Ivanna yang mulai memberat. Perlahan tubuhnya luruh kalau saja aku tak menahannya.
"Iva," panggilku. Tapi ia tak menjawab.
Dengan perasaan bercampur aduk, dengan amat berberat hati aku menggendongnya memasukin mobilku. Mukanya sudah sepucat kapas, dan bagaimanapun ia yang dipilihkan Ummi untuk menjadi istriku kelak. Untuk kali ini aku akan membantunya.
Segera kucari kontak seseorang di hp ku. Dan menekan tombol dial.
"Assalamu'alaikum warahmatullah"
"Ini Pak, tadi saya bertemu Ivanna, sepertinya ia sedang dikejar oleh beberapa preman dan kemudian pingsan. Jadi saya akan kerumah Bapak mengantarkan Ivanna pak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT HUSBAND (Revisi)
SpiritualCinta itu rasa yang tidak pernah bisa diterka pada siapa dia akan berlabuh, yang datang karena terbiasa bersama atau bisa jadi karena hal yang lainnya. Semua yang terjadi di dunia ini adalah atas izin dari sang maha Pencipta begitupun pertemuan anta...