04 || Setuju&Pertunangan

18.7K 719 9
                                    

Happy Reading!!

______________________

Di kediaman keluarga Barack sedang melakukan makan malam seperti biasanya. Gio menikmati makan malam dalam diam begitupun Ronald-Ayah Gio- dan Risma-Bunda Gio-. Sampai makan malam pun selesai mereka masih diam, hingga saat Gio hendak beranjak untuk pergi kembali ke kamar, ayahnya memanggilnya

"Gio" tidak ada sahutan, tapi Gio tetap duduk kembali

"Kamu pasti sudah tahu ayah akan membicarakan apa kali ini " Ujar Ronald. Gio sama sekali tidak menanggapi, dia tetap memasang ekspresi datarnya

"Ayah harap kamu mau nurutin permintaan ayah yang satu ini, kamu harapan ayah satu-satunya. Kamu ngerti? " Tanya Ronald, dengan memastikan di akhir kalimatnya

"Gio akan berusaha menerima yah, Ayah sama bunda gak usah khawatir" akhirnya Gio bersuara, yang membuat Ronald dan Risma tersenyum lega dengan keputusan Gio

"Baik, besok kita akan bertemu dengan keluarga Alexander. Kamu harus siap-siap" Dan Gio hanya mengangguk lalu berpamitan untuk pergi ke kamarnya

Setelah berada di kamar, Gio memilih untuk segera tidur. Tapi sialnya matanya itu tak kunjung terpejam hingga jadilah dirinya sekarang yang guling-guling kesana kemari seperti orang kesetanan

"Aaarrgghhhh!! " teriaknya karena geram dengan dirinya sendiri yang tak kunjung terlelap

Dia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih, fikiranya melayang pada keputusannya sendiri "Apakah yang gue lakuin ini bener??" gumamnya

Dia terus saja memikirkan hari esok, dimana ia akan bertemu dengan calon istrinya itu. Eaak... Dia terus berdoa supaya keputusannya ini sudah benar

•••

Matanya masih fokus pada laptop di depanya yang menampilkan drakor yaitu 'Uncontrolably Fond'. Sudah menjadi kebiasaannya jika sebelum tidur dia menonton drakor terlebih dahulu, inilah alasan kenapa dia sangat sering bangun kesiangan

CKLEK

Suara pintu terbuka langsung membuyarkan fokusnya terhadap laptop nya itu, dilihatnya laki-laki yang sudah berumur tapi tidak menghilangkan garis ketampananya berdiri diambang pintu

"papi.. " ucapnya lirih

Seulas senyum terukir diwajah Bram melihatnya putrinya itu belum tidur "Kenapa belum tidur hemm?" Tanya Bram pada Zia yang masih memandangnya

Dia lalu masuk menghampiri putrinya itu
Zia menggeleng, hanya itu yang bisa ia lakukan. Dia masih terlalu takut untuk berbicara pada papinya

Setelah duduk diatas kasur disamping Zia, Bram langsung mengusap lembut rambut belakang Zia

"Maafin papi yaa" Zia mendongak menatap Bram yang senyum lembut kepadanya, tidak seperti kemarin malam

Zia langsung berhambur ke pelukan Bram tangisnya pecah di dekapan papinya. Bram pun membalas pelukan putrinya dan mencoba menenangkanya

"Pa hiks pi gak hiks perlu minta hiks maaf" Ucap Zia di iringi dengan sesegukan

Bram terus mengusap lembut punggu Zia. "Zia hiks yang se hiks harusnya minta hiks maaf" Ucap Zia lagi

Bram menggeleng dan meregangkan pelukanya untuk menatap wajah putrinya itu, ditangkupnya wajah Zia dan di usapnya lembut air mata yang mengalir di pipi princessnya itu. "Udah.. Zia gak usah nangis lagi yaa" Ucap Bram lembut

"Tapi Zia udah ngecewain papi" Zia masih berusaha menahan isakanya agar tidak pecah lagi. Bram hanya menggeleng dan kembali memeluk Zia

Zia mendongak untuk menatap Bram "Papi Zia udah mutusin" Ucap Zia yang masih dalam dekapan Bram. Dan spontan Bram melepaskan pelukanya untuk melihat raut keseriusan plus ketakutan di wajah putrinya itu

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang