38 || Topik tak terduga

10.6K 431 17
                                    

"Hallo, assalamualaikum, mi. Iya, ada apa?" Zia baru saja menjawab telepon dari Maminya.

"Malam ini? Emang ada acara apa, sih, kok tumben-tumbennan banget?" gadis itu sedikit bertanya ketika Mami Siska selesai berbicara.

"Oh oke, nanti Zia sama Gio ke sana." setelah itu sambungan terputus.

Zia menyimpan ponsel nya di atas meja lalu berderap menghampiri sang suami yang tengah sibuk dengan antah berantah apa itu Zia sendiri tidak tau. Lalu duduk di sampingnya dan ikut menengok ke laptop dihadapan Gio. Sedikit mengernyit karena tidak mengerti sama sekali dengan gambar grafik yang ada di laptop itu.

"Grafik apa, sih, Yo?" tanyanya.

"Secret." Gio menjawab tanpa menoleh sedikit pun ke arah istrinya.

"Ih, orang nanya malah pake rahasia-rahasiaan." Zia mencebik kesal. "Tadi Mami nelfon, katanya kita disuruh ke sana," lanjutnya.

Dan perkataan Zia barusan berhasil membuat Gio menoleh. Kedua alisnya melengkung naik ke atas, tanda jika dia bingung. "Bukannya Mami sama Papi lagi ada di luar negeri, ya?"

"Eh, masa? Lo kata siapa?"

"Kata ART nya, lah."

"Lo kesana? Kapan?!" Zia heboh sendiri ketika Gio menjawab seperti itu. Dirinya mulai was-was. Takut-takut jika dugaanya benar, bisa gawat nanti.

"Waktu lo pergi malem itu,"

"Jam? Jam berapa lo ke sana?"

"Yah malem, jam satu? Atau setengah satu? Sekitar dua itu, sih." Gio masih saja menjawab enteng, padahal gadis di hadapannya sudah ketar-ketir.

"Wah! Gawat nih, gawat!!" Zia berseru, malah kali ini lebih heboh dari tadi.

"Kenapa, sih?" sang suami bertanya.

"Yo, gue yakin bang Rey gak ada di rumah, iya, kan?" Gio mengangguk meng-iyakan. "Tapi, percaya deh, Yo, bang Rey tau kalo lo ke sana. Gak cuman bang Rey, tapi papi juga tau!!"

Gio mengernyit, lelaki itu semakin di buat bingung. "Kok bisa?"

"CCTV, gak sadar, kan lo?"

Setelah itu Gio hanya diam saja, seakan baru menyadari kesalahannya. CCTV? Astaga,kenapa dia baru saja sadar akan hal itu. Rumah keluarga Alexander tidak mungkin jika tidak ada CCTV nya, Gio yakin, bahkan sangat yakin jika di setiap sudut rumah itu terpasang kamera pengintai. Dan ya, kali ini keyakinannya kian bertambah kali lipat jikalau gerak-gerik nya malam itu sudah terekam dengan sangat jelas.

Bodoh! Seharusnya dia tidak perlu sampai mencari Zia ke rumah orang tuanya. Zia juga tidak mungkin, kan sampai membawa masalah mereka ke para orang tua. Gadis itu pasti sudah memiliki pemikiran dewasa untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Terlepas dengan rasa kesalnya karena tindakan Gio waktu itu, Gio bisa memaklumi. Tidak ada adik perempuan yang terima jika kakak laki-lakinya dipukuli tanpa alasan yang jelas, apalagi dengan suaminya sendiri.

"Bukan salah lo kok, Yo," Zia tersenyum sembari menepuk pelan bahu Gio, seakan-akan gadis itu bisa membaca apa yang baru saja suaminya pikirkan. "ini juga salah gue, seharusnya gue gak perlu pergi malem itu. Seharusnya gue bisa jelasin baik-baik ke lo, dan masalah beres. Se-simple itu.

"Gak usah khawatir nanti kalo papi, mami, sama bang Rey nanya yang gitu-gitu. Lo gak lupa, kan, kalo punya istri otak cemerlang?" setelahnya Zia tertawa, seakan perkataannya barusan adalah hal terlucu yang pernah keluar dari mulutnya.

Padahal efek nya sampai ke laki-laki yang ada di sampingnya. Tidak, tidak, Gio tidak pinsan atau bereaksi berlebihan lainya, tetapi lelaki itu cukup terpekur dengan Zia yang baru saja mengakui dirinya sendiri sebagai istri dari Gio. Fisik luarnya biasa saja, normal malah. Tapi, jika sudah seperti ini hal yang tidak bisa dicegah ialah laju kerja jantungnya yang berlebihan. Sialan!

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang