27 || Sebuah harapan

13.8K 599 17
                                    

Gio menunggu Zia keluar dari kamar mandi. Gadis itu sedang membersihkan diri di dalam sana. Setelah cerita panjangnya tadi, dia menyuruh Zia untuk segera membersihkan diri dan bersiap turun untuk makan malam bersama.

Sembari menunggu, Gio memainkan ponsel nya. Banyak sekali notifikasi yang masuk di aplikasi chatting nya, mulai dari grup kelas, grup mantan anggota osis, grup dirinya dengan duo cecurut dan masih banyak lagi yang juga bersifat pribadi. Seperti biasa, dia hanya mengabaikan nya saja. Meninggalkan aplikasi itu, Gio beralih membuka aplikasi instagram nya. Dia memutuskan untuk mem-post sebuah foto, dengan caption;

I can talk to hundreds of people in one day, but none of them compare to the smile you can give me in one minute.

Sebuah foto gadis yang ia ambil dari posisi samping sehingga hanya sebagian wajahnya saja yang terlihat, itupun tidak terlalu jelas. Itu foto Zia, dia mengambil foto itu secara diam-diam saat mereka berada di gedung olahraga waktu itu. Zia sedang melakukan pemanasan dengan posisi menyampinginya, jadi gadis itu tidak menyadari jika ada seseorang yang diam-diam membidik gambarnya.

Baru beberapa menit setelah foto itu berhasil di-post, sudah banyak sekali notifikasi yang masuk, entah itu likers atau pun komentar. Semua hampir menulis komentar yang sama, seperti; itu siapa?, Kok kayak nggak asing ya?, Dan sebangsanya. Apalagi anak-anak SMA Antariksa, yang hampir semuanya adalah followers Gio, mereka menebak-nebak siapa gerangan cewek di foto itu. Dan tak sedikit juga yang tebakannya tepat sasaran, apalagi tiba-tiba Si Bastian ikut nimbrung dan tambah membuat mereka mulai beropini yang iya-iya.

Gio menghela nafas jengah setelah membaca komentar-komentar itu. Sedikit was-was dengan ke-ikutsertaan Bastian, bisa saja Si Curut itu tiba-tiba kelepasan membongkar rahasianya. Setelah sebelumnya juga membocorkan rencananya kepada Bundanya. Eh tidak, tidak, itu kan Bastian memang tidak tahu. Ah tapi tetap saja, terkadang Bastian itu tidak pernah mau berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak, dia tidak pernah memikirkan apa konsekuensi dari kelakuan nya.

Sebenarnya Gio tidak masalah jika status nya dengan Zia di ketahui banyak orang. Tapi, bagaimana dengan gadis itu? Apakah Zia akan cuek saja sama seperti Gio, atau akan marah dengan sang empu pembocor rahasia? Cepat-cepat Gio mengirim pesan kepada Bastian sebelum laki-laki itu menulis komentar yang tidak-tidak. Bisa gawat jika itu sampai terjadi, entah respons apa yang akan Zia berikan jika mengetahui itu.

"Yo?"

Gio berjengkit kaget. Hampir saja dia menjatuhkan ponsel nya, jika tidak sigap menangkap nya kembali. Sedetik kemudian perhatian nya teralihkan ke gadis yang tadi memanggilnya. Gio terpaku. Zia sangat berbeda sekali malam ini. Gadis itu memakai piyama hitam bergambar Mickey Mouse, dengan lengan yang kepanjangan sehingga menenggelamkan tangan nya. Dia seperti gadis kecil. Lucu. Satu kata yang terlintas di benak Gio saat ini untuk penampilan Zia. Biasanya jika malam hari seperti ini Zia akan memakai kaos dengan celana pendek atau tidak celana tidur panjang dengan kaos lengan pendek, iya itu jika sedang berada di apartemen nya. Selama mereka menikah ini kali pertama Gio melihat Zia yang seperti itu.

Zia sendiri punya alasan, kenapa dirinya memakai piyama serba panjang seperti itu. Malam ini kan dia sedang berada di rumah mertuanya. Tidak mungkin kan dia memakai celana pendek seperti biasanya. Kemana sikap sopan santun yang pernah Bram ajarkan dulu jika dia sampai seperti itu di depan mertuanya? Begitu-begitu Zia masih punya fikiran yang waras. Memakai pakaian yang sopan dan bersikap baik layaknya menantu idaman pada umumnya.

"Udah selesai?" Gio bertanya. Zia mengangguk sebagai jawaban. "Yaudah, ayo turun." Lelaki itu mengantongi ponsel nya, lalu Menggandeng tangan Zia, berjalan beriringan menuju ruang makan. Zia sendiri tidak masalah dengan tindakan Gio, tangannya menggenggam balik tangan Gio.

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang