20 || Ungkapan

15.5K 683 12
                                    

Happy Reading all !!

Seperti pagi-pagi sebelumnya, pasangan baru itu memulai aktivitas dengan sarapan pagi lalu berangkat sekolah. Tapi berbeda dengan hari ini, jika di hari-hari sebelumnya Gio selalu berangkat bersama Zia, pagi ini dia sudah menyetir mobil sendiri. Ya, tangannya sudah pulih, gips nya sudah dilepas dan dia sudah bisa melakukan semuanya seperti sedia kala.

Zia juga sudah selesai menjalani fase menstruasi, bahkan sekarang gadis itu kembali belajar menjadi istri yang baik untuk suaminya. Mulai dari membiasakan diri bangun pagi, membuat sarapan, menyiapkan pakaian ganti suaminya dan lain-lain. Jangan berfikir mereka sudah satu kamar, tidak ada satu kamar. Pasangan itu tetap tidur sendiri-sendiri, bahkan hal ini sama sekali tidak dibicarakan. Mereka seolah-olah membatasi diri masing-masing.

Hei! Apakah ada yang salah jika pasangan yang sudah sah di mata hukum dan agama tidur satu kamar? Tidak bukan?! Lalu, apa yang dipermasalahkan? Bukankah itu yang seharusnya terjadi? Seharusnya mereka sudah saling mengetahui gaya tidur masing-masing. Seharusnya..

Tapi tidak dengan pasangan ini, mereka hanya menjalankan status saja. Tidak menjalankan kewajiban. Sama-sama saling bungkam. Belum siap membuka diri. Iya, Zia dan Gio masih belum terbuka satu sama lain. Mereka berdua belum saling jujur.

Setiap ada masalah selalu di sembunyikan. Padahal keterbukaan dan kejujuran itu adalah kunci dari sebuah suksesnya hubungan rumah tangga. Dengan itu pasangan akan mengerti lalu saling mendukung.

Zia sudah selesai menyiapkan sarapan. Tugasnya selanjutnya yaitu memanggil Gio untuk ikut serta serapan bersama. Ya, ini adalah kebiasaan barunya.

"Yo! Sarapan yuk!" Teriaknya dari arah dapur, sambil melepas celemek yang melekat di tubuhnya.

Gio yang sudah berada di ambang pintu dapur pun hanya terkekeh mendengar teriakan istrinya.
"Gausah teriak-teriak, udah sampek ini." Ujarnya sembari melangkah mendekati Zia. "Morning." Setelah berada di samping gadis itu, Gio menyapa seraya mengecup pelipisnya.

Sudah tidak kaget lagi, ini juga sudah menjadi salah satu kebiasaannya ketika hendak sarapan. Zia memang awalnya terkejut dengan perilaku lelaki ini, tapi lama-kelamaan dia menjadi terbiasa. Toh, tidak ada yang salah kan? Mereka juga sudah sah.

"Morning too." Balasnya di selingi dengan senyuman. Langsung saja Zia mengambilkan sarapan untuk Gio dan untuk dirinya sendiri. Lalu mereka mulai menyantap sarapanya masing-masing.

Kening Zia berkerut kala ia melihat Gio yang senyum-senyum sendiri. Tidak seperti biasanya, kenapa pagi ini lelaki itu terlihat sangat bergembira sekali? Apa Gio kesambet? Atau dia habis memenangkan lotre ber-triliun-triliun?

"Waras pak?" Zia sudah ngeri dengan sikap Gio sekarang. Ini cowok kenapa sih?!

Gio mengangguk masih dengan senyum lebarnya, dan jangan lupakan pula nasi yang mengisi penuh mulutnya. Bisa di bayangkan gimana ekspresi nya sekarang? Lucu sih, tapi tetap saja mengerikan. Apalagi Zia tidak tahu menahu kenapa lelaki itu bisa se-ceria ini.

"Lo kenapa sih? Seneng banget kek nya." Zia masih mengerutkan kening nya.

Gio meneguk air putih nya terlebih dahulu sebelum menjawab, "He'e gue emang lagi seneng banget hari ini, lo tau kenapa?" Zia hanya menggeleng pelan, gadis itu masih heran. "Karena...... Jabatan gue habis yess!!!" Gio berseru heboh.

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang