29 || Pengakuan Nasya

13.1K 535 19
                                    

Sekolah sudah mulai ramai. Banyak siswa maupun siswi yang berkerumun di pinggir-pinggir koridor--apalagi yang mereka lakukan jika bukan bergosip. Jangan salah, anak laki-laki juga ada beberapa yang suka bergosip, tapi versi mereka lebih tenang dan elegan. Tidak seperti perempuan yang heboh sendiri jika membahas anak lain dari luar maupun dalam sekolah.

Sudah jam delapan, dan para murid belum ada yang masuk kelas, hanya ada beberapa saja dari mereka yang mungkin lebih memilih tidur didalam kelas daripada mengobrol ria bersama teman-teman yang lainnya.

Hari ini free, tapi bukan berarti sekolah sepi, malah sebaliknya. Mereka semua dengan semangat datang ke sekolah karena tidak ada pelajaran yang akan membuat otak mereka berputar-putar, ck! Anak jaman sekarang, lebih suka jam kosong daripada berkutat dengan materi-materi pelajaran. Jadi untuk apa sebenarnya mereka datang ke sekolah? Hanya bermain-main saja? Menghabiskan waktu yang hampir satu harian penuh hanya untuk berbasa-basi? Tidak elit sama sekali.

Tapi mau bagaimana lagi, itulah kenyataannya. Berbeda dengan anak-anak yang sangat memprioritaskan belajar, mereka akan sangat malas jika ada jam kosong. Memilih tidur atau mungkin membaca buku di perpustakaan, dan bahkan ada yang rela pulang.

Para osis disibukkan dengan acara yang akan diadakan hari ini. Beberapa lomba akan mereka adakan. Sebelumnya sudah di umumkan ke setiap kelas,  mereka harus mengeluarkan perwakilan untuk mengikuti lomba-lomba yang para osis gelar.

Tidak hanya para osis saja yang sibuk, Gio, yang notebene nya adalah mantan ketua osis juga ikut sibuk. Dia ditugaskan untuk membimbing para osis baru, memberi pengarahan untuk ketua osis tahun ini dan sedikit memberi strategi-strategi yang harus mereka lakukan supaya acara hari ini berjalan dengan lancar.

Semua murid dikumpulkan ditengah lapangan terlebih dahulu untuk diberi beberapa pengarahan. Setelah selesai, semua murid membubarkan diri masing-masing. Ada yang menuju lapangan basket untuk menonton pertandingannya, ada juga yang menuju lapangan futsal. Beberapa lomba diadakan dalam waktu yang bersamaan. Bukan tanpa alasan, ini demi mempersingkat waktu. Lomba-lomba yang lebih santai, seperti dance, cipta dan baca puisi, bernyanyi dan lain sebagainya akan dilaksanakan di jam berikutnya.

Sementara yang lainya berlomba-lomba untuk menonton idolanya masing-masing, Zia, Nasya beserta Vea malah duduk di kursi taman. Mereka bertiga bercengkerama sembari menyantap banana nuggets, buatan siapa lagi kalau bukan Si Chef handal Vea.

"Ini kita gak papa nih disini? Kalo kena marah gimana?" Vea tampak resah, takut-takut ada anak osis yang sedang berkeliling mencari anak-anak yang tidak mengikuti kegiatan.

"Siapa yang berani marahin?" Zia teringat akan kata-kata Gio.

Nasya mengerutkan keningnya, matanya memicing manatap Zia. "Iya deh, yang suaminya anak pemilik sekolah." Sindirnya.

Zia mengedikan bahu tak acuh. Mengabaikan sindiran Nasya, gadis itu terus mencomot bekal yang dibawa Vea. Kunyahanya terhenti, Zia seperti baru saja mengingat sesuatu. "Sya,"

Nasya yang merasa namanya disebut pun menoleh, kedua alisnya terangkat, tapi kunyahan di mulutnya tidak berhenti.

"Lo belum jawab bener-bener pertanyaan gue waktu itu."

"Pertanyaan yang mana?" Nasya masih tetap santai, seperti tidak menyadari jika Zia akan menginterogasi nya habis-habisan.

"Ada hubungan apa lo sama Rafael?"

Uhuk! Uhuk!

Nasya terbatuk, gadis itu keselak. Tangannya meraba-raba meminta minum. Vea yang merasa terkejut pun segera memberikan minumnya. "Ya ampun, Nasya. Kayak keselek truk aja." Ujarnya sembari mengelus-elus punggung Nasya.

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang