Happy Reading guys!!!
Jangan lupa vote nya yaaaa^^_______________________________________
Membosankan. Itulah yang saat ini dirasakan oleh Zia. Gara-gara iblis dingin laknat itu dia jadi tidak berangkat sekolah. Padahal dirinya merasa baik-baik saja--tidak sakit seperti yang dikatakan oleh Gio.
Sedari tadi dia hanya duduk manis di depan tv--menekan berulang-ulang tombol remot mencari acara yang dia suka, tapi semua itu hanya angan saja. Buktinya sedari tadi hanya ada acara-acara yang menurutnya tidak jelas.
Gio? Laki-laki itu ada di samping Zia ralat hanya raganya saja yang ada tapi jiwa dan fikiranya entah melayang kemana. Sedari tadi dia hanya sibuk dengan laptop di pangkuannya, entah apa yang dia kerjakan, tapi pemandangan itu membuat Zia ingin mencabik-cabik wajah Gio.
Sangat tidak pengertian sekali, disaat istri nya hampir mati karena kebosanan, dia malah sibuk bermesraan dengan benda mati itu.
Lalu untuk apa dia tidak memperbolehkan Zia sekolah?? Apa dia ingin membunuhnya secara perlahan atau hanya untuk teman disaat sepi? Menyebalkan sekali!
"Yo gue ke cafe ya?? " Ini sudah kesekian kalinya Zia memohon tapi sama sekali tidak direspon oleh Gio. Laki-laki itu seolah menulikan pendengarnya. Tadinya Zia tetap sabar. Tapi tidak untuk kali ini. Dia membanting remot lalu berdiri. "Mau lo tu apa sih?! Lo gak ngebolehin gue keluar, tapi lo malah sibuk sendiri sama entah apa yang lo kerjain!! Gue udah capek ya, gue udah sabar tapi sekarang kesabaran gue udah habis. Terserah lo mau apa gue gak peduli!!!"
Mendengar itu Gio hanya diam, tapi kali ini dia menatap dalam mata Zia, seolah menyampaikan sesuatu dari tatapan itu. Zia yang ditatap seperti itu seketika bungkam. Tidak, ini bukan tatapan dingin yang biasa laki-laki itu berikan tapi, tatapan yang benar-benar tulus. Entah itu hanya perasaanya saja yang berlebihan atau--ah sudahlah.
Ini demit ngapain sih kok ngeliatinnya gitu amat. Batinya bertanya.
"Udah ngomongnya? " Tanya Gio dengan santai. "Daripada ngomel mulu, mending bantuin gue ngerjain ini " Lanjutnya sambil menunjuk laptop di pangkuanya.
"Sorry, gue gak mau"
"Udah lupa sama kesepakatan tempo hari? Lo harus bantuin gue ngerjain tugas OSIS kan? "
"Terus apa kabarnya sama lo yang gak buatin gue sarapan hah? Lo lupa? "
"Gue gak lupa, gue udah bilang kalo gue gak bisa masak. Tapi lo tetep maksa gue, apa boleh buat. Sekarang kek nya lo deh yang lupa ato lo buta? Tangan gue kek gini kan gara-gara lo" Jawab Gio sembari tertawa sinis.
Zia diam. Perkataan Gio barusan berhasil mengenai tepat ulu hatinya, benar-benar sakit
Kenapa laki-laki itu dengan mudahnya berkata seperti itu. Tuduhan Gio terhadapnya benar-benar salah.Memang rencana memasak kemarin adalah rencananya, tapi jika laki-laki itu menolak mungkin tidak akan begini. Dan andai saja Gio lebih berhati-hati, kecelakaan kemarin tidak akan terjadi. Tapi kenapa disini dia yang disalahkan? Apa salahnya? Dia hanya berniat baik untuk mengajari Gio memasak, tidak salahkan?
Ah sudahlah, Gio memang seperti itu. Sebentar-sebentar baik, sebentar-sebentar perhatian, sebentar-sebentar jahat. Dasar Cowok aneh!
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE✔
Teen Fiction⚠️NO YET REVISION Antariksa High School series #1 Ketika orang yang membuat moodmu selalu hancur menjadi orang yang dipercaya kedua orang tuamu untuk menjagamu selamanya. "Dasar iblis dingin laknat! Ketua OSIS sok narsis! lo kira gue bakal nurut s...