28 || Jalan-jalan sore

12.7K 551 10
                                    

Za menggeliat dalam tidurnya. Sinar matahari pagi berhasil mengusik ketenangan nya. Apalagi kicauan burung yang sangat mendukung Sang Surya, benar-benar membuat kedua matanya terbuka perlahan.

Senyumnya mengembang saat mendapati wajah tidur pulas Gio di hadapannya. Begitu berbeda, bahkan saat ini Gio seperti anak laki-laki yang tidur dengan begitu lelapnya. Kesan dingin di ekspresi lelaki itu menghilang entah kemana. Zia menyukai Gio yang seperti ini. Sangat, bahkan.

Dia jadi teringat tentang semalam, ketika dirinya mengajak Gio tidur bersama. Ck! Mengapa terlihat memalukan sekali? Padahal dia hanya mengajaknya, tidak melakukan apa-apa, hanya tidur saja. Dan itu juga ada alasannya, Zia jadi paranoid setelah menonton film yang di tontonnya semalam bersama Gio. Tidak salahkan? Lagipula Gio kan suaminya, jadi ya sah-sah saja.

Puas dengan memandangi wajah Gio, Zia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lalu setelah itu ia akan membantu Risma menyiapkan sarapan.

Hanya lima belas menit waktu yang di butuhkannya untuk bersiap-siap. Kini Zia sudah segar. Ketika Zia keluar dari kamar mandi, ternyata Gio masih berbaring di kasurnya. Lelaki itu sudah bangun, hanya matanya saja yang terbuka, tapi tubuhnya masih berbaring di atas surga busa itu. Ck! Pemalas sekali suaminya itu.

"Bangun gih, mandi sana." Zia berujar seraya berjalan ke arah jendela untuk membuka gorden nya.

"Males ah," Gio malah beringsut, menutup kembali seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Bangun, mandi, abis itu sarapan. Gue mau bantu Bunda dulu di bawah. Awas aja kalo tidur lagi, gue cincang lo." Ancamnya.

Gio mendudukan tubuhnya dengan malas. Memperhatikan Zia yang kini sedang membuka-buka lemarinya, sepertinya gadis itu tengah mencari sesuatu. "Ngapain, Zi?" Tanya nya.

"Nyiapin baju lo, cepet mandi sana. Jangan males-malesan gitu ih! Gak biasanya lo kayak gitu." Zia berjalan ke arah Gio seraya membawa pakain lelaki itu. Lalu menaruhnya diatas tempat tidur.

"Mumpung dirumah Bunda," Lelaki itu membanting tubuhnya diatas tempat tidur, lagi.

Zia yang melihat hal itu hanya menggelengkan kepalanya, "Terserah lah, Yo. Gue mau bantu Bunda dulu." Lalu gadis itu keluar dari kamar Gio.

Setelah berada di bawah, Zia mendapati mertuanya sedang menata beberapa menu sarapan diatas meja makan. Gadis itu menghampirinya, "Pagi, Bunda."

"Eh, udah bangun?" Risma tampak terkejut. Zia hanya terkekeh untuk menanggapinya, lalu dia ikut membantu wanita paruh baya itu.

Tak berselang lama, Ronald datang dengan setelan kantornya. "Wah, udah siap aja nih," Serunya sembari duduk.

"Pagi, Ayah." Zia menyapa diselingi dengan senyuman.

"Pagi," Balas Ronald. "Si Gio belum bangun, Zi?" Lanjutnya bertanya.

"Tadi udah sih Yah, tapi kok belum turun-turun ya?"

"Biasalah, Si Gino kalo hari libur emang kayak gitu." Risma menggerutu, lalu beralih duduk. "Eh, emang kalo pas di apart sama kamu dia gak males-malesan, Zi?"

Zia tampak berfikir sebelum menjawab, "Jarang sih, Bunda. Biasanya dia bantuin Zia beres-beres gitu kalo hari libur."

"Wah! Serius?" Zia mengangguk. "Ck! Disini mah boro-boro mau bantu Bunda, bangun aja siang."

"Udahlah Nda. Sekarang, Zia panggil Gio nya ya." Ronald menengahi, jika tidak begitu istrinya itu akan terus-terusan mengoceh, dan akhirnya dia sarapan dengan diiringi celotehan-celotehan dari istrinya.

Zia mengangguk, lalu beranjak untuk kembali kekamar Gio. Entah apa yang sedang Gio lakukan saat ini. Apa Gio belum mandi ya? Atau yang lebih parah nya lagi, dia masih berleha-leha di atas tempat tidur? Jika itu yang terjadi, Zia akan mengeluarkan suara merdunya.

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang