Happy Reading!!
_______________________________________
Malam ini, Zia sedang berada di balkon kamarnya. Menikmati indahnya ibu kota dari ketinggian gedung ini. Angin malam cukup membuat tubuhnya meremang, kala berhembus dan tepat menyapu kulitnya.
Entahlah. Dia hanya ingin sendiri, fikiranya sedang kalut. Tidak bisa dipungkiri, rencana honeymoon yang dikatakan Rey tadi sore cukup membuat mood nya seketika turun.
Mengapa dia jadi se-kalut ini? Bukankah honeymoon bagi pengantin baru sudah menjadi hal yang biasa?
Dia memang pengantin baru, tapi pengantin yang menikah tanpa di dasari dengan rasa cinta, atau setidaknya sayang. Zia dan Gio menikah atas perjodohan, rasa benci mungkin ada di diri mereka masing-masing saat itu.
Keterpaksaan lah yang membuat mereka merelakan masa remajanya, hanya demi membuat orang tua bangga. Setidaknya itu adalah alasan mengapa sekarang mereka resmi menjadi pasangan suami istri.
Zia terus larut dalam fikiranya sendiri. Sampai tak menyadari jika Gio sudah berdiri di sampingnya.
"Gausah difikirin"
Kaget. Sudah dipastikan, apalagi sekarang tiba-tiba tubuhnya kaku. Haishh kenapa sifat ini muncul lagi sih?
"Hei! " Gio menyentuh pundak Zia, bermaksud untuk menyadarkannya.
Zia terlonjak. Sedetik kemudian wajahnya memerah, entah karena malu atau menahan amarah. Gio masih bisa melihatnya, dengan dibantu cahaya rembulan malam.
"Seneng ya, bikin gue kaget?" Ucap Zia sinis.
Gio menaikkan sebelah alisnya, tanda dia bingung. "Gue gak ngagetin lo. Lo nya aja yang ngelamun jadi kagetan"
Zia membuang pandangannya, benar apa kata Gio, dia melamun. "Gue bingung" Ungkapnya.
"Gausah difikirin, kita punya alasan buat nolak rencana itu" Zia kembali menatap Gio dengan raut bertanya. "Lo lupa? Tangan gue kan masih sakit, jadi kita bisa guna-in ini sebagai alasan kan? "
Astaga! Kenapa Zia tidak berpikiran sampai ke sana?! . Benar, tangan Gio kan masih seperti mumi. Dia bisa menggunakan itu sebagai alasan.
Sedetik kemudian senyumnya merekah. "Bener juga lo. Ok gue mau bobok dulu bye! " Lalu Zia berbalik memasuki kamarnya, meninggalkan Gio sendirian disana. Tiba-tiba langkahnya terhenti, berbalik kembali menatap Gio. "Eits! Lo boleh keluar" Usirnya.
Gio menggeleng-gelengkan kepalanya. Semudah itukah Zia melupakan masalah nya tadi? Jika saja Gio tidak datang dan mengatakan sedemikian rupa, sudah dipastikan gadis itu sampai sekarang pasti masih bergelut dengan fikiranya.
Zia masih berdiri di posisinya, mungkin sedang menunggu Gio keluar dari kamarnya.
"Lo boleh keluar" Usirnya lagi.
"Kalo gue disini aja? " Gio malah menyandarkan punggungnya di pembatas balkon. Oh lihatlah lelaki ini, walaupun tangannya masih seperti mumi saja dia sudah banyak gaya.
"Ya terserah! Lo tidur di balkon, pintunya mau gue kunci" Zia melipat tangannya di depan dada, seolah menantangi Gio.
Lelaki itu mengabaikan ucapan Zia, dia masuk dan berdiri tepat dihadapan gadis itu.
"Gue mau nya tidur disini..... sama lo" Nada suara Gio berubah menjadi lembut lirih seperti bisikan.
Seketika mata Zia membulat sempurna. Apa-apaan lelaki ini?! Dengan se-enak dengkul nya saja dia mengucapkan kalimat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE✔
Fiksi Remaja⚠️NO YET REVISION Antariksa High School series #1 Ketika orang yang membuat moodmu selalu hancur menjadi orang yang dipercaya kedua orang tuamu untuk menjagamu selamanya. "Dasar iblis dingin laknat! Ketua OSIS sok narsis! lo kira gue bakal nurut s...