21 || Perasaan

14.3K 610 10
                                    

"Aku sayang kamu, " Ucapnya lirih berbisik tepat di telinga Zia.

Deg!

Seketika tubuh Zia menegang, urat-urat tubuhnya seolah saling menarik untuk memutuskan diri dari tempatnya. Aliran darahnya juga tidak normal, seperti air yang terjun dari ketinggian beribu-ribu kaki. Dan jantung nya! Astaga... Kenapa dengan jantung nya? Dari tadi organ itu berdetak tak karuan, dan sekarang dengan adanya Gio mengatakan kata-kata tadi, jantung nya seperti ingin melompat keluar.

Bahkan ini lebih menegangkan dari hanya sekedar menonton film horor sendirian.

Zia lemas, jika saja saat ini Gio tidak mendekapnya erat, sudah dipastikan dia akan ambruk tak berdaya.

Suara riuh tepuk tangan menyentakkan keduanya. Refleks Zia dan Gio langsung melepaskan pelukannya. Oh ya Tuhan! Mereka baru ingat jika saat ini mereka sedang berada di tempat umum. Pipi Zia bersemu, dia malu, sangat-sangat malu. Gadis itu hanya bisa menundukkan kepala, tidak tahu apa yang harus di lakukan nya, dia mati gaya.

Begitu juga dengan Gio, lelaki itu juga malu. Tapi dia bisa menyembunyikan nya, dengan memasang ekspresi andalannya Gio menatap semua pengunjung di cafe itu. Tidak hanya pengunjung, melainkan para pegawai nya pun juga ada disana. Bahkan yang berada di dapur pun rela keluar, hanya demi menyaksikan boss nya bersama suaminya.

Mata Gio menangkap satu sosok di sudut ruangan sedang tersenyum penuh arti kepadanya. Dia, kakak iparnya, Reyzand. Ya Reyzand ada disana, sedari tadi menonton drama di hadapan nya.

Dari awal Zia masuk cafe, tak selang berapa lama disusul Gio. Suami adiknya itu nampak bingung, namun ia biarkan saja. Setelah itu dilihat nya Gio menaiki panggung dan mulai bernyanyi, lalu Zia keluar. Semuanya dia perhatikan tanpa tertinggal sedikitpun, bahkan saat Zia tersenyum samar dan Gio menatapnya dalam. Hal kecil yang tidak dilihat pengunjung lain karena terlalu menikmati lagu yang dibawakan Gio, semuanya tertangkap dengan mata kepalanya sendiri. Dia sudah bisa menyimpulkan jika sekarang pasangan itu sama-sama memendam rasa.

Tapi, ada satu hal yang tidak Reyzand ketahui. Dia tidak tahu jika Gio sudah menyatakan perasaan nya kepada Zia, karena Gio mengatakan nya dengan berbisik dan tepat ditelinga Zia. Mungkin hanya Tuhan, Gio dan Zia sendiri yang tahu. Bahkan jika dilihat dari jauh, Gio seperti tengah mencium pipi Zia. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Gio segera menarik lembut tangan Zia, dia membawa gadis itu turun dari panggung dan menghampiri Reyzand. Zia hanya pasrah dan terus mengikuti langkah Gio, dia masih sangat-sangat malu.

Ketika Gio menariknya melewati Mora, Zia dapat mendengar Mora berbisik menyindirnya.

"Ekhmm, nyonya Barack falling in love."

Zia meliriknya tajam, dalam hati gadis itu menyumpah serapahi Mora dengan kata-kata mutiara nya. Bisa-bisanya disaat seperti ini Mora menyindirnya. Awas saja nanti! Dia akan membuat telinga Mora berdengung karena mendengar ocehanya sehari semalam. Ya lihat saja!

"Bang," Zia mendongak saat Gio menyapa seseorang.

Matanya sontak melebar saat mendapati Reyzand tengah duduk santai dengan kaki yang disilang kan, menatapnya dengan senyum seperti sedang meledek nya? Hell! Disaat seperti ini abang nya itu malah meledek nya?! Ya Tuhan..Dosa apa dia sehingga di takdir kan menjadi adik dari Reyzand Alexander? Laki-laki yang tingkat ke konyolanya sudah melebihi kapasitas. Tidak tahukah dia, jika saat ini adiknya itu tengah menahan sesuatu? Dan sejak kapan lelaki itu berada disini?

"Abang ngapain?" Tanya Zia dengan nada tak bersahabat.

"Eitt, Santai mbak bro! Gue udah dari tadi keles disini, ngapain lagi kalo bukan nge-cek ni cafe." Jawab nya enteng.

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang