18 || Premenstrual syndrom

14.4K 614 10
                                    

Happy Reading!

Zia menggeliat dalam tidurnya, saat ia merasakan sesuatu diatas kepalanya. Seperti... Sebuah usapan? Sontak saja ia membuka mata, dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Gio yang tengah berjongkok di samping ranjang nya, dan jangan lupakan tangan lelaki itu yang aktif mengusap puncak kepalanya.

Dengan senyuman Gio menyapa. "Good morning."

Zia masih berusaha mencerna maksud dari semua ini. Kenapa Gio berada di kamar nya? Dan dengan lancang nya lelaki itu mengusik tidur nyenyak nya. Oh, dia melupakan sesuatu, sekarang kan hubungannya dengan Gio sudah membaik. Pantas saja Gio bersikap manis seperti ini.

"Morning." Balasnya. "Lo ngapain? " Lanjutnya bertanya.

"Gapapa." Jawaban Gio sontak membuat Zia mengernyit.

"Gapapa itu bukan jawaban."

Gio masih mempertahankan senyumannya. "Lagi pengen aja disini." Zia hanya mengangguk dengan mulut membulat, dia masih terlalu malas untuk meladeni lelaki satu ini. "Masih ngantuk? " Zia mengangguk lagi. "Yaudah, tidur lagi aja ya. Ini kan weekend istirahat aja gapapa." Setelah itu Gio beranjak dari posisi jongkoknya. Tapi sebelum melangkah lengannya sudah lebih dulu di cekal oleh Zia.

"Gabisa gitu dong, gue kan cewek, yakali bangun siang." Lalu Zia bangun dari posisi berbaringnya. Dia menatap Gio dengan sebal.

"Yaudah ayok bangun, mandi terus sarapan yaa." Ucap Gio dengan nada lembut.

Zia mengangguk, lalu beranjak dari ranjangnya. Dengan langkah gontai gadis itu berjalan ke kamar mandi.

Gio tersenyum sembari menggelengkan kepalanya, merasa terhibur dengan tingkah istrinya itu. Sebelum matanya menangkap noda bercak darah di bagian belakang tubuh Zia.

"Zia! " Langkah gadis itu terhenti seketika. Dia berbalik untuk merespon panggilan suaminya, tapi yang ia dapatkan malah ekspresi khawatir yang kentara sekali dari Gio. "Lo kenapa?"

Belum sempat Zia bertanya, Gio sudah lebih dulu menyela. Ada apa sebenarnya dengan lelaki ini? Kenapa dirinya?

"Ha? " Zia linglung, dia bingung dengan Gio. Kenapa? Ada apa? Mengapa dengan dirinya?

Gio menghampiri Zia, lalu memegang kedua pundak gadis itu. "Lo gapapa kan Zi? Ada yang sakit? Apa lo pusing? " Serentetan pertanyaan Gio lontarkan.

"Apaan sih Yo, gue gapapa kok." Sanggah gadis itu.

"Tapi lo berdarah."

"Ha?! " Zia bingung bercampur kaget.

"Apa lo gak ngerasain sakit sama sekali? "

Zia diam dengan ekspresi bingungnya. Kedua alisnya bertaut, nampak berfikir. Lalu dirinya mengangguk. Dia memang merasakan sakit, tidak, lebih tepatnya nyeri di bagian perutnya. Tapi rasanya tidak terlalu kentara sama sekali.

"Pasti Pantat lo kan? " Tebak Gio.

"Apa?! " Kedua bola mata Zia membulat sempurna, dia shock dengan pertanyaan yang lebih mirip ke pernyataan yang Gio lontarkan.

Gio mengangguk cepat. "Pantat lo berdarah." Serunya.

Zia langsung berjalan setengah berlari kearah tempat tidurnya. Lalu ia menyibak selimut untuk memastikan apa yang ada di fikirannya sekarang. Seketika gadis itu menghela nafas lega.

"Tanggal berapa sekarang? " Tanyanya kepada Gio. Lelaki itu melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganya.

"16." Jawabnya.

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang