“Mama Iza gak mau, Mama!” suara teriakan gadis kecil menggema dari ujung sampai ujung ruang bermain.
Sementara Sang Mama yang tadi ditolak, tengah duduk bersila sembari memperhatikan putri kecilnya yang berlarian kesana-kemari dengan kedua tangan menutup mulut. Tangan yang memegang sesendok sirup obat menggantung begitu saja. Satu helaan napas lolos sementara otaknya mulai mencari jalan lain.
“Ohh, atau Mama telefon tante Nasya ya biar di suntik, mau?” ancamnya yang tentu saja semakin membuat gadis kecil itu histeris. “Pa! Hape Mama mana ya? Mau telefon tante Nasya nih!”
“Gak mau Mama! Gak mau!”
“Mau suntik atau minum obat?” tanyanya dengan nada khas Mama Zia sekali.
“Kakak gak boleh gitu, ah. Sini minum obatnya.” Papa Gio menghampiri, duduk di sebelah Mama Zia sembari tangan menyerahkan ponsel.
“Hua! Obatnya gak enak, huek!” Iza masih saja berdiri menjauh, kedua tangannya kembali mendekat menutup mulut setelah tadi menolak kembali permintaan orang tuanya.
“Ini manis lo, coba ya Papa yang minum.” mendengar penuturan itu, langsung saja Papa Gio menoleh cepat. Matanya memberi isyarat bertanya, sementara Mama Zia mendelik gemas.
Seolah mengerti taktik dari istrinya ini, Papa Gio tersenyum masam. “Iya, ini manis lho, Kak. Ini ya coba Papa yang minum.” Papa Gio membuka mulutnya, memberi celah untuk sirup anak itu masuk dan mengalir di tenggorokannya.
“Gimana, Pa? Enak, kan?” Mama Zia bertanya jahil, senyum geli tak luput menghiasi wajahnya.
Sementara Iza terdiam. Memperhatikan kedua orangtuanya dengan alis mengerut lucu. Rengekannya hilang, yang tersisa hanya aliran air mata yang sudah mengering di pipi gembulnya. “Papa gak huek?” tanya gadis kecil itu. Umurnya baru saja menginjak dua setengah tahun, dan pelafalan katanya belum terlalu sempurna.
“Hmm manisnya...” Sang Papa berlagak seperti sangat menikmati apa yang baru saja diminumnya. Padahal dalam hati ia was-was. Ini sirup anak, apakah dirinya akan baik-baik saja setelah ini?
“Kata Papa manis lho, Kak. Yakin, masih gak mau minum?”
Perlahan, langkah kecil itu terayun menghampiri Mama Zia. Kedua tangannya bertaut di depan perut. Kepalanya menunduk menatap kakinya melangkah. “Iza gak mau suntik, Mama.” ujarnya setelah berada di depan Mama Zia.
“Ngomong apa sama Mama?” tanya Papa Gio.
Dengan bibir bawah mencebik dan mata bulatnya, gadis kecil itu berujar. “Iza minta maaf, Mama. Iza nakal gak mau minum obat.” sederet kalimat polos yang penuh makna ini berhasil membuat Mama Zia tersenyum. Tangannya terulur, menarik pelan gadis kecil itu dan mendudukannya di pangkuan.
“Mama terima, sekarang minum obat, oke?” dan gadis kecilnya mengangguk.
Mama Zia sudah mulai membiasakan Iza untuk berkata maaf. Mengajarkan anaknya mana yang baik dan buruk. Agar nantinya dia bisa memilah. Juga sudah mulai memperkenalkan Iza tentang lingkungan luar. Gadis kecilnya itu sudah memiliki teman, dari tempatnya sekolah. Dari sekolah ini banyak sekali hal-hal baru yang Iza bawa pulang. Mulai dari kosa katanya, gayanya, dan sikapnya. Tak jarang Mama Zia sendiri bingung ketika Iza menyebutkan kata yang tidak dimengertinya. Tapi, tak apa. Hal seperti itu memang wajar.
“Udah, kan? Gak huek, kan?” tanya Mama Zia.
“Tapi gak enak!” Mama Zia tersenyum mendengarnya. Ada kah di dunia ini yang beranggapan bahwa obat itu enak? Yang terpenting sirupnya sudah di minum.
“Mama, adeknya Iza mana? Kok gak ada telus?”
Mendengar hal itu Papa Gio sontak saja langsung mencium gemas Iza. “Adeknya masih ada di perut Mama,” katanya menjelaskan.
“Di sini?” telunjuk mungil Iza menunjuk perut Mama Zia.
“Iya, di sini.” lalu tangan Papa Gio mendarat juga di atas permukaan perut Mama Zia. Mengelusnya perlahan dengan ibu jari. “Mau jadi apa ... ?”
“Kakak Iza!” Sang Anak menjawab dengan semangat, seolah-olah pertanyaan Ayahnya tadi adalah komando yang harus segera dilaksanakan.
Baik Mama Zia maupun Papa Gio tertawa. Hal sederhana yang selalu dan selalu membuat kehidupan keduanya berwarna. Iza hadir, dan nanti, akan ada malaikat kecil lagi yang hadir di kehidupan mereka.
__________________________________
Olla!
Next?
Lagi?
Lanjut?
Don't forget vote all!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE✔
Teen Fiction⚠️NO YET REVISION Antariksa High School series #1 Ketika orang yang membuat moodmu selalu hancur menjadi orang yang dipercaya kedua orang tuamu untuk menjagamu selamanya. "Dasar iblis dingin laknat! Ketua OSIS sok narsis! lo kira gue bakal nurut s...