19 || Rencana batal, yes!!

14.6K 604 16
                                    

Happy Reading!

Gio mengernyit bingung saat melihat Zia tidak menyentuh sarapan nya sama sekali. Sedari tadi gadis itu hanya memandanginya tanpa minat sedikit pun. Padahal makanan milik Gio sudah habis setengahnya. Apa Zia tidak suka ya?

"Zi, kenapa gak di makan?" Tanya nya sambil mengunyah.

"Telen dulu baru ngomong bege." Ucap Zia ketus.

Gio tidak mempedulikan ucapan sinis gadis itu. "Lo gak suka ya?" Tebak nya, sok tahu.

Zia tidak menjawab, gadis itu mendorong pelan piring di hadapannya lalu menelungkup kan kepalanya di antara lipatan tanganya.

Datang bulan berefek besar baginya. Malas gerak, gak nafsu makan, mood berantakan, suka seenaknya dan malas ngomong semua itu membuat semua orang yang berada di sekitarnya menderita.

Terutama Gio yang sekarang merasa bingung, ingin melakukan ini takut salah, ingin melakukan itu takut salah, semua salah di mata Zia, kecuali jika dirinya diam. Baik, dia akan diam. Daripada kena kesinisan istrinya lagi kan?

Zia mendongak kan kepalanya, dia menatap Gio dengan tatapan... Entah lah apa itu artinya. "Rumah sakit yuk." Ucap nya tiba-tiba, yang berhasil membuat kedua alis Gio bertaut.

"Ngapain?"

"Boker! Ya periksalah, lo pikir mo ngapain lagi." Tuh kan! Ketus nya kumat.

Ok, Gio akan diam. Tapi ada satu lagi pertanyaan yang menjanggal, Siapa yang sakit? Jika dia bertanya lagi, kira-kira kena amuk Zia tidak ya? Ah, masa bodo dengan hal amuk mengamuk. Yang penting setelah menanyakan itu rasa penasarannya bisa berkurang.

"Emmm Siapa yang sakit Zi? "

Zia berhenti melangkah, setelah sebelumnya ia hendak pergi ke kamarnya. Gadis itu menoleh dan menatap tajam Gio.

Glek!

Gio menelan ludah dengan kasar. Disaat-saat begini Zia sangat mengerikan sekali. Lebih mengerikan dari Zia yang biasanya. Gadis ini tiba-tiba menjelma menjadi sosok yang menakutkan.

"Lo pikir siapa lagi kalo bukan lo?! Tangan lo kek gitu terus risih gue liat nya! Kalo gak mau periksa kenapa gak sekalian di potong aja!!"

Astaga! Gadis ini, mulut nya benar-benar pedas sekali. Lebih pedas dari cabai yang di jual di pasar senen. Gio menyesal sudah melontarkan pertanyaan tadi, jawabannya benar-benar di luar dugaan. Jika dari awal dia sudah tahu akan seperti ini akhirnya, lebih baik dia mati penasaran daripada menerima satu persatu kata-kata pedas yang Zia ucapkan.

"Cepet siap-siap gih! Udah untung gue mau nganterin."

Lah, tadi dia sendiri yang berinisiatif kan? Gio tidak ada meminta sama sekali. Kenapa dia yang kena semprot? Sudahlah, mau bagaimana pun bersikap, semua serba salah di mata Zia.

Sabarkanlah Gio Tuhan...

Gio segera beranjak dari duduk nya, meninggalkan serapannya yang bahkan belum habis setengahnya. Bodo amat, daripada kena semprot Zia lagi kan? Dia segera menyusul Zia yang sudah memasang ekspresi seperti siap menikam mangsa. Sangat mengerikan bokk!

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang