47 || Ditinggal

8.7K 347 30
                                    

Ada banyak sekali hal baru yang menjadi kebiasaan Zia selama mengandung, contohnya saja membaca komik online di setiap sela waktunya. Ini juga yang menyebabkan ibu hamil itu jadi berprasangka buruk terhadap suaminya, ia menjadi korban alur dari cerita tersebut. Dan setelah Gio tahu pun laki-laki itu langsung melarang, paling tidak agar Zia sedikit mengurangi rentang waktu membacanya.

Seperti sekarang. Saat malam hari pun Zia tetap fokus dengan ponselnya sembari jarinya sibuk men-scroll layar tersebut. Tak jarang juga Gio mendapati Zia menangis. Sampai sebegitu terhayatikah istrinya itu? Ia menggeleng miris. Gara-gara komik Gio juga sering dikacangi. Tidak direspons saat ia bercerita, tidak dijawab saat dirinya bertanya, penderitaan yang cukup menyedihkan.

"Sayang.. bacanya udah ya, besok lagi. Sekarang tidur." tangannya terulur menyentuh pundak istrinya. Lampu sudah dimatikan, selimut sudah membungkus badan, eh si istrinya ini malah menghidupkan ponsel.

"Bentar lagi, tanggung." bentar lagi versi Zia itu paling tidak setengah jam, sementara ini sudah sangat larut. Mau terjaga sampai pagi?

"Nggak ada bentar-bentar, sekarang tidur oke." mengecup pelipis sang istri sembari tangannya mengambil alih ponsel Zia.

Hal itu tentu saja membuat Zia protes. Kegiatan membacanya belum selesai, kenapa suaminya ini malah merusuh? Memposisikan badan menjadi telentang dengan bibir mengerucut. Matanya menatap Gio di atasnya. "Satu episode lagi, ya," pintanya memelas.

"No, udah malem, kasian adek bayinya." elusan di perut serta kecupan di keningnya, menjadi penyudah acara debatnya dengan Gio.

Zia cemberut sembari menaikkan selimut sampai leher. "Besok boleh lagi ya?"

"Iya, tapi sekarang tidur dulu."

Sebelum itu Gio menyiapkan alarm di ponselnya. Akhir-akhir ini setiap hampir subuh Zia selalu terbangun, entah karena lapar atau tidak bisa tidur. Tak jarang juga Zia memintanya untuk membuatkan susu. Jadi, sekarang Gio lebih harus bangun sebelum Zia. Mengawasi pergerakan istrinya yang sedang hamil adalah hal yang ia lakukan.

"Aku pengin martabak." tiba-tiba ibu hamil didalam rengkuhan Gio menyeletuk.

Satu alis Gio terangkat. "Ngidam, ya?" biasanya ibu hamil begitu, kan? Ini juga kali pertama Zia meminta sesuatu setelah lima bulan mengandung.

Zia menghedikan bahu. "Gak tau, tapi tiba-tiba pengin."

"Ya udah, besok beli ya." belum sempat Gio memperbaiki posisinya, Zia menggeleng.

"Aku maunya sekarang kok," lah?

Manik Gio lantas melirik ke jam yang terpasang angkuh di dinding kamar mereka. 12.05 penjual martabak masih ada yang buka kah di jam segini?

"Udah tengah malem, sayang.. Besok ya," bujuknya.

"Kalo besok udah gak pengin lagi, lah. Mau adek bayinya ngiler kalo gak diturutin?" tubuh istrinya sedikit menjauh dari Gio. Jika sudah seperti ini tanda-tanda kemarahan muncul.

"Oke, aku beli sekarang." Gio langsung bangun dan bergegas mengganti bajunya lebih dulu. Lebih baik dituruti, ia juga tidak mau anaknya ngiler cuma gara-gara tidak dibelikan martabak. Kepalanya menggeleng keras. Amit-amit!

"Aku ikut." istrinya sudah berdiri di belakangnya.

Gio mendekat, lantas mengusap puncak kepala Zia. "Yakin? Gak aku aja yang keluar?" pertanyaan itu dihadiahi anggukan disusul dengan gelengan dari Zia.

"Kan gemes kan." tak tahan lagi Gio langsung mencium bibir Zia. Pipi istrinya itu tambah menjadi-jadi chubbynya. Kan Gio tidak tahan kalau tidak unyel-unyel. "Pake jaket aku aja." katanya setelah menyudahi acara sosor menyosornya. Sementara itu, Gio beralih memakai hoody.

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang