Sore hari akhirnya Zia pulang bersama Gio. Butuh waktu lama bagi Gio untuk meyakinkan istrinya itu. Walaupun mereka sudah baikan tapi Zia tetap ngotot tidak mau pulang. Alasannya karena trauma dengan kejadian kemarin. Tentu saja itu hanya alibinya, alasan yang sebenarnya adalah Zia terlalu gengsi untuk menerima ajakan Gio. Bagaimana tidak? Dengan menangis-nangis semalam dia pergi dari rumah, lalu tidak pulang dan memilih untuk mendiamkan Gio, tapi pada akhirnya dirinya luluh juga oleh rayuan Gio. Ck! Ternyata hati sulit sekali untuk berbohong.
Zia juga dengan terpaksa meninggalkan Nasya yang tadi sempat memohon-mohon kepadanya agar tidak pulang terlebih dahulu sebelum Rafael keluar dari rumahnya. Tentu saja itu semua karena Gio. Kata Gio, Rafel itu tidak berbahaya, jadi Nasya maupun Zia tidak perlu khawatir. Tentu saja sang empu rumah yang mendengarnya langsung mencak-mencak. Memang Rafael tidak berbahaya tapi, ada kalanya laki-laki itu bersikap layaknya si tamu yang kurang ajar. Duduk di kursi dengan kedua kaki yang ikut naik ke atas meja, menyalakan TV sambil menikmati camilan, bahkan terkadang dia masuk ke kamar Nasya untuk tidur. Adakah tamu yang lebih kurang ajar daripada Rafael? Mungkin orang tua Nasya biasa saja dengan itu, tapi hei! Ini seorang Nasya yang emosinya sulit sekali terkontrol. Sepertinya Nasya harus pergi ke psikiater untuk menge-cek kejiwaannya, khawatir tiba-tiba dia kehilangan kewarasan, 'kan?
Sekitar dua puluh menit akhirnya mereka berdua sampai di basement apartemen. Zia turun terlebih dahulu dari mobil, lalu di susul oleh Gio. Sadar akan langkah Zia yang kian cepat, Gio berlari mencoba untuk mensejajarkan langkah mereka. Laki-laki itu tahu kalau Zia masih kesal karena paksaannya agar gadis itu pulang. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah sangat ingin mendekap Zia selama mungkin. Terhitung sudah tiga hari semenjak dia melihat Zia berpelukan dengan laki-laki yang ternyata sepupunya, dan tiga hari menurut Gio sangat-sangat lama jika itu bersangkutan dengan Zia.
Sampai di dalam lift, akhirnya senyum Gio merekah diantara napas nya yang naik turun akibat mengejar istrinya yang tadi sempat berlari. Karena di dalam lift hanya ada mereka berdua, Gio menggunakan kesempatan itu untuk memeluk Zia se-erat mungkin. Tentu saja Zia yang mendapatkan hal itu terkejut bukan main, apalagi sekarang Gio menggoyangkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri, persis seperti sepasang sahabat yang baru saja bertemu setelah sekian lama.
"Ih.. Apa-apaan sih, Yo!" Zia berusaha melepaskan diri dari dekapan Gio, tapi percuma saja karena laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya.
"Sebentar aja, gue kangen,"
Dan pada akhirnya pun Zia terdiam, membiarkan Gio mendekap tubuhnya. Pasrah akan tingkah Gio yang saat ini sangat atau bahkan melebihi kekanak-kanakkan. Sampai akhirnya pintu lift terbuka, dan mereka sampai pada lantai tempat dimana mereka tinggal. Gio mengurai peluknya, lalu menatap Zia dengan senyum yang demi Tuhan sungguh bisa meluluhkan hati perempuan manapun, tak terkecuali Zia. Wajah laki-laki itu mendekat dan di detik selanjutnya sebuah kecupan mendarat di kening Zia. Diam-diam gadis di hadapan Gio bersumpah dalam hatinya, bahwa sampai kapanpun dia tidak akan membiarkan senyuman Gio dinikmati perempuan lain, dan di detik ini juga Zia merasa menjadi gadis terberuntung sedunia.
"Miss you,"
Dan pernyataan serta suara yang baru saja Gio ucapkan akan dan hanya boleh Zia saja yang menikmatinya.
Selanjutnya tangan hangat Gio menggenggam jari jemari Zia, menariknya lembut keluar dari dalam lift. Dan sekali lagi Zia bersumpah, hanya dirinya yang boleh menikmati genggaman hangat ini, hanya dia yang berhak menikmatinya.
Biarlah kali ini Zia egois, tidak akan ada yang tahu bagaimana kedepannya. Dia, Gio, bahkan semua orang di dunia ini tidak ada yang bisa menebak bagaimana hubungan dirinya dan Gio nanti. Sebelum semuanya terlambat, Zia hanya ingin menikmati ini semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE✔
Teen Fiction⚠️NO YET REVISION Antariksa High School series #1 Ketika orang yang membuat moodmu selalu hancur menjadi orang yang dipercaya kedua orang tuamu untuk menjagamu selamanya. "Dasar iblis dingin laknat! Ketua OSIS sok narsis! lo kira gue bakal nurut s...