22 || Cup!

15.8K 660 6
                                    

Zia berjalan dengan santai di koridor menuju kelasnya. Sesekali bersenandung kecil dan melempar senyum kepada siapa saja yang menyapa nya, tentu saja pengecualian untuk kaum adam. Langkahnya tiba-tiba terhenti, saat mendapati Abro yang berdiri dengan angkuh didepanya. Ekspresi masam langsung Zia tujukan kepada Abro.

"Minggir." Zia berucap dengan nada rendah tetapi terkesan dingin.

Abro tersenyum miring, masih setia berdiri di hadapan Zia dengan tangan yang terlipat di depan dada. "Kalo gue gak mau, gimana?" Tanyanya menantang.

Zia jengah. Dia bergeser ke kiri untuk melewati lelaki itu, tapi Abro mengikuti nya. Bergeser ke kanan, diikuti lagi. Gadis itu menarik nafas panjang lalu dihembuskan nya pelan, ok dia masih berusaha sabar.

"Mau lo apa?" Tanya Zia tanpa basa-basi.

Senyum di bibir Abro semakin tercetak jelas, "Jadi pacar gue!"

Air muka Zia langsung berubah datar, tatapan matanya menusuk bak belati tajam. Dia jadi berfikir, dihadapanya ini lelaki jenis apa sih? Dengan begitu lancarnya dia menyuruh orang untuk menjadi pacar nya. Pantas saja mantannya banyak, begini toh cara dia mengajak berhubungan. Tidak elite sama sekali.

"Maksud lo apa?" Intonasi suaranya masih rendah, dia masih berusaha menahan diri untuk tidak memaki makhluk astral dari planet pluto di hadapanya saat ini. 

"Gue mau lo jadi pacar gue, sekarang tanpa ada penolakan!" Ucap Abro lagi dengan enteng nya.

Semua orang yang berada di sekitar mulai mendekat saat mendengar suara Abro, pasalnya lelaki itu berbicara dengan nada sedikit keras. Zia mulai merasa tak nyaman, gadis itu menatap nyalang kearah depan dimana Abro berdiri dengan gaya sok cool nya. Ew! Zia sendiri muak melihatnya.

Beberapa detik kemudian tawa meremehkan dari Zia menggema, menyentakkan semua orang yang berada disana terutama Abro, senyum miring lelaki itu langsung pudar seketika. Digantikan dengan raut bingung yang kentara sekali di wajahnya.

"Jadi pacar lo? Gue gak mau sama barang bekas! " Zia berucap sinis dengan bibir menyunggingkan senyum bak iblis.

Semua orang yang berada disana mulai berbisik-bisik, membuat kemarahan Abro langsung mencuat. Lelaki itu maju beberapa langkah mendekati Zia, dan tanpa di duga langsung mencium pipi gadis itu. Membuat siswa-siswi yang ada disana langsung menganga tak percaya, mereka kaget bukan main.

Plak!

Satu tamparan langsung mendarat mulus di pipi kiri Abro, tapi lelaki itu tetap menampilkan senyuman miring nya seperti tamparan Zia tak terasa apapun. Padahal tertinggal bercak merah di pipinya.

Nafas Zia memburu, wajah nya memerah. Dia marah, sangat-sangat marah. Gadis itu merasa di lecehkan dengan sikap Abro tadi, lelaki itu sudah dengan lancang nya mencium pipinya. Bahkan suaminya sendiri pun belum pernah mencium area tersebut, Gio hanya berani mencium daerah kening, pelipis, dan ujung kepala saja. Dan lelaki ini?! Astaga jika ini adalah film fantasi, sudah dipastikan Zia mengeluarkan asap hitam dari kepalanya. Dia benar-benar emosi.

"Maksud lo apa hah?!" Zia mengeluarkan semua amarah nya dengan berteriak, bahkan itu bisa dikatakan dengan bentakan.

"Maksud gue, biar lo gak ngomong sembarangan lagi,"

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang