HAPPY READING :")
________________________________________"Wihh bentar lagi bakal ada adegan bikin debay nih! "
Gio dan Zia berjengkit kaget. Refleks mereka melepas pelukanya masing-masing. Zia segera menghapus sisa-sisa air matanya, dan Gio menatap tajam pada sang pemilik suara.
Pletak!
"Awww anju! " Umpat Bastian saat mendapat jitakan dari Rafael tepat di jidatnya.
Mereka berdua--Rafael dan Bastian--berdiri tepat di depan pintu Rooftop. Entah sudah sejak kapan duo cecurut itu di sana. Tapi, keberadaannya benar-benar mengganggu. Dasar!
"Ngapain setan?! " Gio bertanya sembari menatap tajam Bastian. Yang ditatap malah nyengir dengan tak berdosanya.
"Lo ngilang sih, jadi ya kita nyariin." Bastian mencari alasan sembari mengusap kepala bekas jitakan dari El.
Gio mendengus sebal, tidak mengerti cara berfikir sahabatnya yang satu itu. Tiba-tiba muncul entah darimana, persis seperti jelangkung versi absurd.
"Udah sejak kapan kalian disitu?" Zia bertanya sembari melirik Gio sekilas. Dia mulai was-was, takut-takut jika sahabat suaminya itu juga melihat apa yang di lakukanya tadi.
"Hehehe, sejak kalian peluk-pelukan." Bastian kembali menyengir.
Zia menghela nafas lega, untung mereka berdua tidak tahu. Jika itu sampai terjadi, perasaan malu, takut dan waspada sudah menyelimutinya. Pasti.
"Balik sono! " Gio masih kesal dengan mereka berdua yang berhasil mengganggu dirinya dan Zia.
"Santai pak bos, ntar kita juga ba--eehhh! " Belum sempat Bastian menyelesaikan ucapanya, Rafael sudah lebih dulu mengapit kepalanya dengan lenganya lalu di bawa pergi.
Gio menoleh, dia tersenyum lembut pada Zia dan dibalas tak kalah lembutnya juga. Lelaki itu meraih tubuh Zia dan merangkulnya, lalu mereka berjalan beriringan dengan perasaan lega tak terkira di diri masing-masing.
Mereka berdua memutuskan untuk pulang. Karena kebetulan juga bel pulang baru saja berbunyi.
"Langsung pulang ato nyari makan dulu? " Zia bertanya setelah duduk di jok pengemudi--samping Gio.
"Nyari makan aja dulu, lo pasti belom makan." Tebak Gio, dan Zia hanya tersenyum tipis untuk menanggapi.
"Emmm, gue lagi pengen ketoprak sih. Gimana kalo di perempatan sekolah ini aja, setuju? "
Gio mengangguk "Boleh."
Dan Zia mulai menjalankan mobilnya, membelah padatnya jalanan kota metropolitan.
🐨
Zia menghempaskan tubuhnya di sofa, hari ini benar-benar melelahkan sekali. Fikiran dan fisik nya sama-sama lelah, apalagi ditambah cuaca di luar yang sedang panas. Sungguh ini adalah siksaan duniawi.
Gio ikut duduk di samping nya, setelah sebelumnya dia ke dapur untuk mengambil minuman dingin lalu mengangsurkan kepada istrinya itu.
"Capek? " Tanya nya, seraya mengelap keringat yang berada di pelipis Zia.
Zia diam sejenak, mencerna apa yang sedang dilakukan Gio saat ini padanya. Sedetik kemudian dia tersenyum dan mengangguk.
Sekarang Gio benar-benar berubah, mulai blak-blakan menunjukan perhatiannya. Lelaki itu menepati ucapanya tadi, dia ingin menjadi suami yang lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE✔
Teen Fiction⚠️NO YET REVISION Antariksa High School series #1 Ketika orang yang membuat moodmu selalu hancur menjadi orang yang dipercaya kedua orang tuamu untuk menjagamu selamanya. "Dasar iblis dingin laknat! Ketua OSIS sok narsis! lo kira gue bakal nurut s...