40 || Welcome to Switzerland!

8.9K 373 6
                                    

Zia duduk di atas koper besar yang ia bawa. Senyumnya terus merekah, hawa dingin di negara ini tidak sekalipun membuat dirinya mengeluh. Setelah menempuh perjalan kurang lebih selama 17 jam dengan satu kali transit akhirnya mereka berdua sampai di negara tujuan yaitu, Swiss. Bandar Udara Airport Flughafen Zurich adalah tempat di mana mereka saat ini berada. Setelah ini Zia dan Gio akan pergi ke hotel terdekat dari Bandara itu, Park Inn by Radisson Zurich Airport menjadi pilihan mereka.

"Capek?" Gio bertanya. Lelaki dengan sweater abu itu berdiri di sebelah koper istrinya yang mana ada Zia di atasnya.

"Capek, tapi kebayar kok, jadi gak kerasa lagi capeknya." Zia menjawab diakhiri dengan senyuman.

Saat ini waktu menunjukkan pukul 01.10 waktu setempat, di mana jika di Indonesia lima jam sebelumnya. Iya, Gio dan Zia sampai di sana tengah malam. Tapi tenang, hotel yang dipilih Gio bisa melayani dua puluh empat jam non stop. Dan beruntungnya lagi, Gio sudah check-in secara online. Jadi setelah sampai sana mereka bisa segera beristirahat.

Tak lama setelah itu taksi yang mereka tunggu akhirnya datang. Zia segera masuk setelah sang supir membukakan pintu, sementara Gio membantu memasukkan barang-barang mereka ke dalam bagasi. Lalu setelah selesai, lelaki itu ikut bergabung dengan Zia masuk ke dalam taksi, dan mobil itupun berjalan meninggalkan bandara. Pergi menuju tempat peristirahatan mereka.

Di dalam taksi, Zia hanya diam dengan kepala yang bersandar pada bahu Gio. Tangannya melingkar di lengan suaminya itu, sembari matanya terpejam erat. Sementara Gio sendiri mulai sibuk dengan ponselnya, tidak sekalipun merasa terganggu dengan Zia yang menjadikannya sebagai sandaran begitupun dengan dirinya yang tidak ingin mengganggu tidur singkat istrinya itu.

Tidak terasa taksi yang mereka tumpangi akhirnya sampai di tempat tujuan. Gio yang tidak tega membangunkan Zia pun akhirnya menggendong gadis itu, sementara barang-barang mereka akan diurus oleh pihak hotel. Gio berjalan menuju meja resepsionis masih dengan Zia yang berada di gendongannya, menyerahkan bukti bahwa dirinya sudah chek-in dan sekaligus meminta kunci kamar mereka.

Merasa terusik, Zia pun membuka matanya, mengedarkan pandangan dan langsung tersadar.
"Udah nyampe, ya?" tanyanya.

Gio menunduk untuk melihat wajah istrinya yang saat ini sangat terlihat kelelahan, sedikit mengembangkan senyumnya seraya mengangguk sebagai jawaban.

"Gue mau turun." sekali lagi Zia berucap, menyuarakan permintaannya.

"Tidur lagi aja gak papa," sang suami langsung menolak permintaan istrinya. Jelas saja, mata Zia masih terbuka sayup-sayup, suaranya pun juga terdengar serak, terlihat sekali jika rasa penat sedang menyerang dirinya. Padahal tadi sewaktu masih berada di bandara Zia mengatakan jika rasa penatnya terbayar sudah. Iya terbayar, tapi langsung diberi kembalian.

"Kasian lo nya," Memang seperti ini, Zia selalu tidak bisa memasabodohkan sesuatu demi kesenangan dirinya sendiri, sikap peduli itu sudah tumbuh dan berakar erat di dirinya.

Tanpa mengindahkan ucapan istrinya, Gio masih terus melanjutkan langkahnya. Jika tidak, Zia pasti akan terus menolak. Selain memiliki sikap peduli, gadis itu juga sangat hobi berdebat. Entah lah, mungkin memang Gio yang harus terus menerus berlatih mengalah. Dan diamnya Gio membuahkan hasil. Zia mengalungkan kedua lengannya di leher Gio dibarengi dengan matanya yang perlahan tertutup. Menyadari hal itu, senyum Gio mengembang.

🐨

Kegelapan menghilang. Berbeda dengan di Indonesia, matahari yang biasanya menjadi alarm otomatis sekarang sama sekali tidak berguna. Di negara ini sinar dan suhunya tidak seterik dan sehangat di Indonesia. Yang seharusnya pukul dua belas sudah panas-panasnya ini malah turun salju.

SOULMATE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang