22|Hafidz Come Back!

3.7K 206 0
                                    

-THE TRIO SHOLEH-

ooo0ooo

Beberapa hari kemudian, Hafidz kembali ke pondok pesantren NQ dengan di temani Ibundanya. Setelah menemui Romo Kyai, Hafidz pamit kepada Ibundanya dan beranjak menuju kamarnya untuk menemui kedua sahabatnya.

Sesampainya di depan pintu kamarnya, timbul niat jahil di fikirannya. Hafidz pun mengerjai mereka berdua. Ia mengetuk pintu kamarnya dan lantas bersembunyi.

Azmi dan Aban keluar kamar untuk mengecek. "Kok nggak ada siapa-siapa sih? Perasaan tadi ada yang ngetok pintu? " ucap Azmi.

"Paling ada yang iseng Mi." sahut Aban.

Mereka berdua pun kembali masuk ke dalam kamar. Hafidz kembali mengetuk pintu dan bersembunyi.

Mereka berdua keluar lagi. "Woi, siapa sih? Jangan iseng dong!" maki Azmi.

Aban menatap ke segala arah, namun tidak menemukan siapa pun. Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam kamar.

Dan untuk yang ketiga kalinya, hampir saja Hafidz kena pukulan dari Azmi. Namun, Hafidz beruntung bisa menghindarinya.

"Sabar woi, sabar. Tega nih mukul sahabat sendiri?" ucap Hafidz.

"Ya Allah Kak Hafidz! Aku kira siapa, untung Kakak nggak kena pukulan penggaris ini!" ucap Azmi, sambil menunjukan penggaris yang ada di tangannya.

"Jahil banget sih Kak?" ucap Aban.

Hafidz terkekeh, "Iya maaf. Aku ingin bikin kejutan aja sama kalian."

"Nggak gini juga kali Kak. Kejutan kan bisa pakai kue, jalan-jalan, atau apa kek." oceh Azmi.

"Itu mah enak di kamu, nggak enak di aku." sela Hafidz.

Aban hanya tertawa. "Eh, Kakak udah sembuh?"

"Alhamdulillah." jawab Hafidz.

"Syukurlah, aku senang akhirnya Kakak bisa balik lagi ke pondok pesantren ini." Azmi tersenyum senang.

"Itu semua berkat kalian. Terimakasih ya." ucap Hafidz.

"Iya Kak sama-sama." jawab keduanya.

"Oh, iya anterin aku ketemu tim SM yuk. Aku rindu sama mereka." pinta Hafidz.

"Ya udah ayok sekarang kita ke ruang latihan, sekalian cek vokal." ucap Azmi antusias seraya menarik tangan Hafidz dengan erat.

"Aduh, jangan kenceng-kenceng dong Mi. Aku kan baru sembuh, badan aku sakit semua gara-gara 5 hari rebahan mulu di kasur rumah sakit." Ujarnya.

Azmi meringis, "Iya Kak maaf. Abisnya aku seneng banget sih Kak Hafidz udah balik."

"Dasar Azmi. Liat tuh Kak, betapa rindunya Azmi sama Kakak. Aku pun juga sih, apa lagi tim SM. Walaupun di ruang latihan banyak orang, tapi terasa sepi tanpa canda tawa dari Kakak." Aban berkata panjang lebar, sembari melangkahkan kaki menuju ruang latihan bersama kedua sahabatnya.

Saat melewati ruang UKS, mereka bertiga berpapasan dengan para santri yang tengah duduk dan bersenda gurau di sana. Di antaranya ada Danis dan Rehan.

Tepat seperti apa yang ada di fikiran Azmi. Danis kembali berbuat ulah. Danis memblokir jalan mereka bertiga dengan merentangkan tangan kanannya hingga menyentuh tembok.

"Kamu mau apa lagi sih Nis? Mau berbuat ulah lagi sama kita?" Tanya Azmi dengan ketus.

"Iya, kenapa kamu nggak ada bosan-bosannya gangguin kita?" Aban menambahkan.

"Aku nggak ada urusan sama kalian!" Ketusnya pada Azmi dan Aban.

"Ya udah minggir dong, kita mau lewat!" Balas Azmi ketus.

Danis melirik ke arah teman-temannya. "Temen-temen ini dia contoh santri yang nggak tau malu!" Danis melirik sinis ke arah Hafidz. "Jatuh cinta kok sampe segitunya ya?" Danis pun terkekeh.

"Wah, iya parah si Hafidz."

"Kepengen banget dia jadi calonnya anak pemilik Ponpes, mana bisa?"

"Jangan ngayal Fidz. Sadar diri aja!"

"Mimpinya ketinggian sih, kalau jatuh bahaya."

"Mana mau Ning Aisyah sama santri biasa. Dia kan levelnya tinggi."

"Biasalah mentang-mentang udah jadi vokalis terkenal, emangnya Ning Aisyah mau gitu sama santri yang cuma modal suara?"

Begitulah celotehan para santri untuk Hafidz yang sudah mendengar kabar miring itu.

"Heh, kalian jaga mulutnya!" Tegur Azmi.

"Aneh, orang salah kok di bela." Ucap salah satu santri.

"Apa yang kalian katakan belum tentu benar, hati-hati sama lisan kalian. Malaikat senantiasa ada disisi kalian." Nasihat Aban.

"Ceramahin aja tuh temen kamu! Biar nggak kebanyakan halu!" Sahut santri yang lainnya.

Danis merasa puas melihat semua orang menggunjing Hafidz, "Kalo aku jadi dia sih, udah pasti malu dan nggak mau balik lagi ke pondok. Tapi, kok dia masih punya nyali ya balik ke pondok?"

"Itu tandanya dia nggak punya malu. Alias muka tembok!" Sela Rehan. Di sertai gelak tawa para santri yang lain.

Hafidz mencoba untuk meredam amarahnya. Ia berusaha untuk bersikap tetap tenang dan dewasa. Ia tidak ingin ada keributan, apa lagi sampai membuat masalah lagi. Walaupun dia memang tidak pernah membuat masalah selama tinggal di ponpes, dan semua ini adalah fitnah.

Hafidz hanya mengelus dadanya, "Berbicaralah kamu sepuasnya. Apa pun yang kamu katakan, jika benar pahala ku untuk mu, dan jika salah dosa ku untukmu. Semoga Allah mengampuni mu." Hafidz segera menarik tangan Aban dan Azmi menjauh dari kerumunan santri itu.

"Kak Hafidz kenapa nggak bales ucapan dia sih? Itu anak rese banget Kak. Pengen aku kasih sambal tuh mulutnya." ucap Azmi penuh emosi.

"Kalo aku membalas ucapannya, apa bedanya aku sama dia? Kalau kita memang benar, cukup diam saja. Membalas hanya akan membuatnya semakin merasa angkuh. Lebih baik kita tinggalkan debat, sebelum syaiton merasuki hati kita. Inget marah itu kan asalnya dari Syaiton." ujar Hafidz.

"Benar juga Kak, aku setuju. Kalo kita tadi terus membalas perkataannya nggak bakal ada habisnya. Kita tau sendiri kan Danis itu seperti apa?" Ujar Aban.

"Ayok lah kita lanjut ke ruang latihan." ajak Hafidz.

Sesampainya di ruang latihan. Hafidz di sambut dengan antusias oleh sahabat-sahabatnya di tim SM. Mereka saling berpelukan dan tidak percaya akan gosip yang tersebar mengenai masalah yang menimpa Hafidz.

Mereka pun saling berbagi cerita, canda dan tawa. Mereka tidak pernah sekalipun mengungkit atau pun membicarakan masalah itu kepada Hafidz. Yang mereka rasakan saat ini, bahagia karena Hafidz sudah sembuh dan bisa bergabung lagi bersama tim SM.

oo0oo

THE TRIO SHOLEH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang