48|Sebuah Luka

3.8K 283 26
                                    

Matahari yang terbit dari arah timur, bersinar terang menyinari bumi. Kehangatan matahari pagi, di rasakan oleh para santri. Kegiatan di Pondok Pesantren pun berjalan seperti biasa.

Setelah menemui kedua orang tua Icad. Azmi mengantar Icad sampai di gerbang Ponpes. Kini satu sahabatnya pun akan pergi meninggalkannya.

"Jangan sedih gitu lah aku jadi gak tega liatnya." ucap Icad menatap wajah Azmi.

"Sedih aja kamu bakal pindah ke Surabaya."

"Kalo ada waktu main atuh ke Surabaya, ajak temen-temen yang lain juga." ujar Aminya Icad.

"Iya Azmi. Makasih ya udah jadi temen yang baik buat Irsyad." Abinya menambahkan.

"Hehe.. Iya Ami, Abi. Insyaa Allah nanti Azmi main ke Surabaya."

"Ya udah aku pamit ya Mi. Assalamu'alaikum." pamit Icad dan kedua orang tuanya.

Setelah mobil Icad melangkah pergi meninggalkan Ponpes. Berganti mobil lain, yang berhenti tepat di depan Ponpes. Azmi melangkah pergi. Namun, ia di panggil oleh pemilik mobil itu.

"Tunggu!" ucap pemilik mobil itu yang tak lain Papahnya Tasya. Ia melangkah menghampiri Azmi, bersama dengan wanita di sampingnya.

"Iya, ada apa Pak?" tanya Azmi.

Lelaki paruh baya itu melepas kacamata hitamnya. "Kamu kenal Naufal? Apa dia mondok disini?"

Kening Azmi mengkerut. "Naufal? Siapa ya? Boleh saya tau nama lengkapnya Pak?" tanyanya balik.

"Saya gak tau nama lengkapnya. Yang jelas namanya Naufal!" ucapnya ketus.

"Maaf Pak saya gak tau."

"Ada apa Den?" Pak Satpam menghampiri mereka.

"Bapak ini cari santri yang namanya Naufal." jelas Azmi.

"Naufal yang Bapak maksud itu ciri-cirinya gimana ya Pak? Kelas berapa? Umur berapa? Atau barang kali siapa nama orang tuanya?" tanya Pak Satpam yang juga bingung.

"Dia berusia sekitar 20 tahunan." ucap wanita di samping lelaki itu.

"Silahkan Bapak sama Ibu duduk dulu. Biar saya coba cari yang namanya Naufal." Pak Satpam melangkah mencari orang yang di maksud mereka.

"Azmi!" panggil Hafidz dan Aban dari kejauhan.

"Kak Hafidz?" Azmi bergegas menghampirinya.

Kedua orang itu menatap lekat wajah Hafidz. "Loh itu kan Naufal Pah?" tunjuk Meli.

"Oh iya benar. Itu Naufal" Hary mengangguk. Dia lantas memanggilnya.

Hafidz melirik ke arah orang yang memanggilnya. Ia mengingat-ingat wajah mereka.

"Siapa mereka?" ucap Hafidz.

"Gak tau Kak. Mereka cari santri yang namanya Naufal." ujar Azmi.

"Naufal, sini kamu!" teriak Meli.

"Bukannya itu orang tuanya Tasya? Mau apa mereka kesini?" Hafidz melangkah menghampiri mereka.

"Loh, Kak Hafidz kenal mereka?" ucap Azmi dan Aban bersamaan. Mereka berdua pun mengikuti Hafidz.

Hafidz mencium kedua tangan orang tua Tasya. Tapi Hary malah menampik tangan Hafidz dan menatap sinis ke arahnya.

"Om, dan Tante ada apa ke sini?" tanya Hafidz.

Meli menampar pipinya dengan keras.

Hafidz meringis menahan panas di pipinya. "Kenapa Tante menampar aku?" tanyanya bingung.

THE TRIO SHOLEH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang