71|Masih Ada Kesempatan!

3.2K 286 6
                                    

-THE TRIO SHOLEH-

ooo0ooo

"Aku harus siap pasang telinga, apa pun hasilnya nanti! Karena nggak mungkin juga aku terus menghindarinya!" Aban bermonolog.

Waktu menunjukan pukul 12 malam. Sampai tengah malam pun, Aban tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya lagi kacau, sedari tadi ia memikirkan hari esok, hari dimana Faiz akan melamar dan menyatakan cintanya pada Mila.

Ia melihat ke arah kedua sahabatnya yang tengah terlelap di alam mimpi. Ia pun menyalakan kembali lampu kamarnya.

"Ahhh! Kenapa sih aku mikirin mereka?!" Aban merasa frustasi. "bodo amat, mau Faiz di terima kek, mau nggak! Ayok lah mata merem, plis!" Cicitnya dengan keras.

"Etdah, malem-malem berisik amat. Diem woi!" celetuk Hafidz dengan mata yang masih terpejam.

"Matiin woi lampunya! Silau!" ucap Azmi yang juga masih memejamkan mata. Rupanya mereka lagi ngigau.

Karena takut mengganggu kedua sahabatnya, Aban mematikan lagi lampu kamarnya dan bergegas melangkah keluar kamar.

Suasana ponpes malam ini begitu sunyi. Semua santri telah tertidur lelap. Tidak ada santri yang kelayaban malam-malam begini, kecuali dirinya. Dengan perasaan sedikit takut, Aban melangkah menuju Masjid untuk mengambil air wudhu.

Dari arah depan, Aban seperti melihat sekelebat bayangan hitam lewat depannya. Ia mengucek matanya untuk memastikan bahwa ia tidak halusinasi.

Ia menelan ludah, "Apaan ya yang tadi barusan lewat?" ia menghentikan langkah kakinya karena ragu. "tolong ya Allah, jangan kau uji keberanian hamba. Aku hanya ingin ke Masjid, ambil air wudhu." Aban berdoa dengan khusyuk, sembari beristighfar dan membaca ayat kursi.

Setelah perasaan takutnya hilang, ia kembali melangkahkan kakinya. Pandangannya lurus ke depan, ia tak berani mengalihkan pandangan ke kanan-kiri, atau pun belakang. Karena itu hanya akan menciutkan nyalinya untuk mengambil air wudhu.

Tap.. Tap.. Tap...👣

Ia mendengar suara langkah kaki dari arah belakang. Karena panik, ia pun berjalan dengan cepat. Namun, suara langkah kaki itu juga semakin cepat. Ingin rasanya ia menengok untuk melihat siapa gerangan yang tengah mengikutinya.

Manusia kah? Atau jangan-jangan...?

Tidak ada jalan lain, selain.... LARI! yah sepertinya aku harus lari! -batinnya.

Saat Aban hendak lari, sebuah tangan memegang bahunya. Sontak Aban berteriak keras. "Aahhhh, hantuuuuu!!!!"

"Eh, enak aja aku di bilang hantu!" tegurnya pada Aban.

Aban terkejut. Sepertinya Aban mengenali pemilik suara itu.

Aban pun menengok perlahan. "Ya ampun Kak Fadhil! Ngapain?! Ngagetin aja sih!" celetuk Aban.

"Yaelah, kebalik kali. Harusnya aku yang tanya, ngapain kamu di sini?! Bukannya tidur malah kelayaban!" ujar Fadhil.

Fadhil, adalah salah satu Ustad yang selalu berkeliling untuk mengecek semua kamar para santri saat jam tidur tiba. Umurnya yang masih 25 tahun, membuatnya lebih suka di panggil Kakak.

"Aku nggak bisa tidur Kak, mau ambil air wudhu terua sholat, siapa tau abis ini bisa tidur." jelasnya.

"Oh, kirain mau ngelayab."

"Ya nggak lah Kak. Eh tadi barusan di depan yang lewat itu Kakak? Aku kayak liat bayangan item." Tanya Aban.

"Iya."

THE TRIO SHOLEH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang