46|Masa Lalu

3.7K 248 5
                                    

"Masa lalu memberi kita pelajaran untuk terus melangkah ke depan, dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya."

*

"Jangan pernah membenci masa lalu, dia sempat memberikan kebahagiaan dalam hidup kita, yang mungkin saja tidak akan kita temui di masa depan..."

<><><>

Suara Adzan Subuh telah berkumandang. Hafidz dan Aban segera bangun dari tidurnya dan beranjak melangkahkan kaki ke Masjid.

Saat hendak masuk ke dalam Masjid, Hafidz bersebelahan dengan Azmi. Mereka berdua hanya saling tatap tanpa berbicara satu kata pun. Entahlah, semua terasa canggung.

Usai Shalat Subuh dilaksanakan. Hafidz menghampiri Aisyah yang akan kembali ke ponpes putri. "Ning Aisyah." panggilnya.

"Iya, ada apa?" tanyanya.

"Minggu depan kedua orang tuaku akan datang menemui orang tuamu." ucap Hafidz memberitahu.

Aisyah mengerutkan keningnya, "Memangnya ada apa?"

Hafidz tersenyum malu. "Aku akan melamar kamu."

Aisyah terkejut mendengarnya, begitu pula dengan Mila yang juga ikut terkejut. "Aku duluan ya Syah, sepertinya kalian butuh waktu buat bicara berdua." Mila yang peka meninggalkan keduanya.

"T-tapi, a-aku.." Aisyah pun gugup.

"Kamu tenang aja. Ini hanya lamaran, aku tau kok kamu pasti ingin menyelesaikan kuliah kamu dulu kan? Aku akan setia menunggumu." Hafidz sangat serius dengan ucapannya.

Di satu sisi, Aisyah merasa senang, hatinya pun turut bergetar. Sejujurnya, ia juga mencintai Hafidz. Namun, di sisi lain, perasaannya mendadak sedih dan dilema. Dia takut jika nantinya hanya akan menyakiti perasaan lelaki itu atas sebuah keputusan yang telah dia ambil.

"Kenapa kamu se-serius ini Fidz?" Aisyah berkata dalam hati.

Azmi dan Aban menatap mereka. Aban mengusap lembut pundak Azmi. "Sabar ya Mi. Mulai sekarang kamu harus belajar mengalah dan lebih dewasa lagi." Ucapnya.

"Ning Aisyah?" ucap Hafidz sembari melambaikan tangan di depan muka Aisyah yang tengah melamun.

"Eh, em..." Aisyah tersadar dari lamunannya.

"Kok kamu ngelamun sih?"

"Hafidz, apa kamu nggak mau pikirin lagi niat kamu itu?"

"Aku udah seyakin mungkin untuk melamar kamu. Orang tua aku juga udah setuju. Emangnya ada apa? Apa niat ku itu salah?" tanyanya.

"Nggak kok. Niat kamu itu baik, dan jarang dimiliki oleh pemuda jaman sekarang, yang hanya memikirkan soal pacaran." ujar Aisyah.

"Lalu, apa masalahnya?"

"Hmm.. A-aku hanya takut..." Lidahnya seolah kaku untuk bicara.

"Takut kenapa? Cinta aku ke kamu itu tulus Ning Aisyah. InsyaAllah hanya kamu yang ada di hatiku. Aku sudah terlanjur jatuh cinta sama kamu." Ujarnya.

"Iya aku percaya kok. Kamu lelaki yang baik. Apa boleh aku tanya sesuatu?"

"Katakan saja."

"Maaf, siapa itu Tasya?"

"Dia..." Hafidz ragu untuk bercerita.

"Kalo kamu nggak mau memberitahu nggak papa. Tapi, asal kamu tau, dia selalu mengait-ngaitkan aku sama kamu. Padahal kita tidak ada hubungan apa-apa. Tapi, dia malah cemburu." ucapnya memberitahu.

THE TRIO SHOLEH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang