18|Salah Sangka

3.6K 218 1
                                    

"Kamu akan mengetahui yang mana teman dan mana sahabat, di saat kamu sedang di rundung masalah."

<The Trio Sholeh>

<><><>


Malam ini, Pesantren Nurul Qolby menyelenggarakan acara isro miroj. Semua santri dan santriwati di persilahkan untuk duduk di tempat yang sudah di sediakan. Tak terkecuali, para personil SM yang mulai naik ke atas panggung.

Tim hadroh SM membuka acara itu dengan satu senandung sholawat yang berjudul, Annabi Shollu alaih. Dan di lanjut mendengarkan tausiyah dari Abuyah Hakim, Romo Kyai dan beberapa Ustad lainnya.

Di akhir acara, tim SM menyenandungkan sholawat yang berjudul, Ya Habibal Qolbi. Trio sholeh menyenandungkannya dengan penuh penghayatan, dan membuat semua orang terpana.

"Intajid ya thoha, bi nuril hidayah...🎶" -Azmi.

"Ya Rosulullah, ya rosulallah...🎶" -Syaban.

"Ji'ta bidinillah ji'kulal...🎶" ucapan Hafidz pun terhenti. Air matanya kini membasahi pipinya.

Ia teringat kembali tentang masalah itu. Tanpa pikir panjang, Hafidz segera turun dari panggung dan meninggalkan keramaian.

Ingin rasanya Azmi dan Aban menghampirinya, namun Aif menyuruhnya untuk lanjut menyenandungkan sholawat itu sampai selesai.

"Ya habibal qolbi, ya khoirol baroyah...🎶" -Azmi.

"Yalijitta bil haqqi rosulal hidayah...🎶" -Syaban.

"Ya rosulullah, ya habiballah... 🎶" Azmi+Syaban.

Setelah acara isro miroj itu selesai, Azmi dan Aban segera melangkahkan kaki menuju kamarnya. Mereka sudah menduga kalau Hafidz pasti ada di sana.

Mereka berdua melihat Hafidz yang tengah duduk di kasur, sembari menangis. Azmi dan Aban menghampirinya.

"Sebenarnya ada masalah apa sih, Kak? Aku gak tega liat Kakak seperti ini" ucap Azmi.

"Iya, Kak. Tadi pada heboh loh waktu kakak pergi ninggalin acara. Udah saatnya Kakak cerita sama kita, biar Kakak bisa cepat menyelesaikan masalah itu" sambung Aban.

Hafidz mengelap air matanya, dan menatap ke arah Azmi tajam. "Semua ini pasti rencana kamu kan, Mi!" tuduh Hafidz.

Azmi mengkerutkan keningnya. "Rencana aku? Emang apa yang aku perbuat?" Tanya Azmi bingung.

"Gak usah sok bego deh! Ngaku aja, ini semua ulah kamu kan?! udah puas kamu bikin aku kayak gini?!" Selanya.

"Ulah aku? Maksud Kakak apa sih? Apa aku ada salah 'kata sama Kakak? Apa karena Ning Aisyah? Kan aku gak pernah melarang Kakak buat suka sama dia" ujar Azmi.

Hafidz geram, "Gak usah pura-pura bisa gak sih! tinggal bilang aja kalo ini emang rencana kamu!"

"Maksud Kak Hafidz apa sih? Aku gak paham. Kenapa Kak Hafidz tiba tiba nuduh aku kayak gitu? Emang aku salah apa? Coba jelaskan!" pinta Azmi.

"Dasar musuh di balik selimut!" Tandasnya.

"Astaghfirullah, jangan asal ngomong Kak! Aku gak pernah anggap Kak Hafidz musuh!"

"Bentar, ini ada apa sih, Kak? Bisa jelasin masalahnya gak? aku jadi bingung" Aban menengahi.

"Gak usah banyak drama! Kalo kamu gak suka aku deketin Ning Aisyah, bukan begini caranya! B*ngs*t!" umpatnya.

Azmi menaikan alisnya. "Kalo Kakak gak jelasin, aku gak tau dimana letak kesalahan aku! makannya aku minta jelasin!"

Hafidz melempar surat ke arah Azmi. "Ini cara kamu kan biar aku keluar dari ponpes dan gak bisa deket sama Ning Aisyah lagi?! Setan! Sikapmu melebihi iblis!" Umpatnya lagi kasar.

Azmi mengambil surat itu, "Surat apaan ini?"

Hafidz tersenyum miring, "Masih aja gak mau ngaku!"

Dengan penasaran Azmi membaca isi surat itu. "Astaghfirullahaladzim. Jadi, karena surat ini kak Hafidz nuduh aku?"

Hafidz menatap tajam ke arah Azmi. "Udah lah, Mi. Jujur aja! Gak usah banyak alasan! Puas kamu udah bikin aku di keluarkan dari ponpes ini!"

Azmi menggeleng. "Sumpah, Kak! Aku gak pernah ada keniatan buat melakukan ini sama Kakak. Ini bukan surat aku, lagian Kakak kan tau aku sangat khawatir sama Kakak"

Aban mengambil surat yang berada di tangan Azmi, dan membacanya. "Betul, Kak. Aku percaya sama Azmi. Dia gak mungkin melakukan perbuatan tercela ini sama Kakak. Justru kita sangat khawatir dengan kondisi Kakak saat ini"

"Kamu jangan belain Azmi! Palingan dia cuma pencitraan!" sela Hafidz.

"Aku gak belain siapa-siapa, Kak. Aku cuma berkata yang sebenarnya"

"Mana ada maling ngaku, kalo pun ada penjara pasti penuh!" ujarnya.

"Asal Kak Hafidz tau, Azmi itu kemarin nangis Kak, melihat Kakak seperti ini. Dan tangisannya itu tulus Kak. Keliatan dari pancaran matanya" jelas Aban.

"Percaya apa gak itu hak Kakak. Yang jelas, aku gak pernah melakukan ini semua!" timpal Azmi.

"Kalau bukan kamu terus siapa, hah? Gara-gara surat itu, aku harus keluar dari pondok pesantren ini!" air mata Hafidz kembali menetes.

Begitu pula dengan Azmi, yang tak kuasa mendengar pernyataan itu. "Hati aku sakit Kak, saat Kak Hafidz nuduh aku. Aku ini sahabat Kakak, tapi Kak Hafidz malah gak percaya sama aku. Buat apa aku ngelakuin itu, aku masih waras Kak!"

"udah udah, jangan saling menyalahkan, ini semua hanya kesalah pahaman. Tugas kita sekarang mencari tau siapa yang tega melakukan ini" Ucap Aban menenangkan keduanya. "Ini bukan tulisan tangan Azmi. Bahkan tulisannya sangat jelek"

Hafidz memeluk Azmi, "Maafkan aku, Mi, udah nuduh kamu"

"Sumpah, Kak, bukan aku yang melakukan itu" ucapnya lagi membalas pelukan Hafidz. "Kakak tenang aja, aku pasti akan bantu Kakak buat cari tau siapa pelakunya" ucap Azmi.

Mereka bertiga pun saling meminta maaf dan berpelukan. "Ya, udah sekarang kita tidur yuk. Kak Hafidz tenangkan pikiran Kakak dulu ya. Insya Allah pasti ada jalan kok untuk menyelesaikan masalah ini" Aban mencoba untuk menenangkan Hafidz.

<><><>

THE TRIO SHOLEH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang