67|Bertepuk Sebelah Tangan

3.5K 268 16
                                    

*Morning readers❤ Ada yg rindu aku gak? Eh, maksudnya rindu kelanjutan cerita ini, hehehe...😂😂😂

*Maaf ya kalo lama ngeshare nya. Soalnya lagi sibuk banget jadi gak sempet bikin cerita. Jangan lupa untuk selalu kasih Vote+Coment ya👍



🌹🌹🌹

Ucapan kedua sahabatnya masih terngiang-ngiang di otaknya. Begitu pula dengan perkataan Faiz. Aban merasa dilema dengan perasaannya. Ia pernah merasakan jatuh cinta sekali, dan berharap ia akan hidup bersama dengan seseorang yang ia cintai. Tapi kenyataannya takdir malah memintanya untuk menyerah dan mengalah.

Mengalah bukan berarti mengikhlaskan sepenuhnya dia menjadi milik orang lain. Justru mengalah membuat perasaannya menjadi terluka, tanpa di ketahui sedikitpun oleh orang lain. Aban memang terlihat kalem, dan dewasa. Padahal sebetulnya hatinya rapuh dalam urusan cinta.

Baginya jatuh cinta kepada Aisyah adalah hal yang paling istimewa selama di hidupnya. Karena Aban sendiri adalah tipe orang yang sulit untuk jatuh cinta dan membuka hati kepada seorang wanita. Maka, ia tak begitu yakin kalau perasannya kepada Mila adalah perasaan cinta. Aban butuh waktu untuk meyakinkan perasaannya. Tapi sampai kapan?

Haruskah ia merelakan Mila untuk Faiz? Logikanya Aban memang tidak peduli, tapi hatinya terasa berat untuk merelakan itu. Adakah penyesalan di akhir nanti?

Selepas sholat tahajud di Masjid, Aban kembali ke kamarnya, dan itu membuat hatinya menjadi tenang. Ia hanya bisa pasrah dan merelakan semuanya kepada Allah, karena ia yakin siapa pun gadis yang akan menjadi jodohnya nanti, pasti Allah akan mendekatkan dan mempertemukan dirinya dengan gadis pilihan Allah. Entah itu Mila atau bukan, hanya Allah yang tahu.

Tanpa sengaja Aban melewati dapur, dan melihat Mila tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi. Aban pun menghampirinya.

"Hemm, bikin sarapan pagi buat kekasih hati ya?" sindir Aban.

Mila terkejut dengan kedatangan Aban. Ia mengatur nafasnya dan mulai menjawab perkataan Aban dengan santai.

"Iya lah. Setidaknya dia menghargai jerih payahku, tidak seperti--" Mila menghentikan ucapannya, sembari melirik ke arah Aban.

Aban pun peka jika ucapan itu di tujukan kepadanya.

Mila segera mengambil tepak makan itu dan berlalu pergi. "Permisi." ucap Mila cuek, yang membuat Aban merasa sedih.

***

Ada perasaan bersalah di hati Mila usai mengucapkan kalimat itu kepada Aban. Ia tau Aban pasti sedih jika mendengar ucapannya barusan. Tapi, itulah kenyataannya Aban memang tidak menghargai jerih payahnya, dan ia ternyata selama ini tidak menyukai masakan buatan Mila.

Mungkin keputusan Mila benar, ada kalanya dia harus bersikap cuek dan sedikit tegas, agar ia tidak terus-terusan mengharap kepada seseorang yang memang sama sekali tidak pernah mencintainya.

Sungguh sakit rasanya jika berjuang sendiri, dan mencintai secara sepihak. Mungkin sudah saatnya Mila membuka hati untuk orang lain, seseorang yang memang benar-benar mencintainya agar dia tidak merasakan sakit terus-menerus karena mencintai seseorang yang tak pernah peduli akan perasaannya.

Faiz memergoki Mila yang tengah berdiri sembari melamun. "Mila." Faiz membuyarkan lamunan Mila.

Mila yang kaget sontak melepaskan genggaman tangannya yang tengah memegang tepak makan. Dengan sigap Faiz menangkap tepak makan itu. Faiz menghela nafas lega saat tepak makan itu berhasil ia tangkap, sehingga tidak jatuh dan kemungkinan akan tercecer di tanah.

"Aduh, maaf Iz." ucap Mila.

"Untung langsung aku tangkap. Kalo enggak, bisa-bisa makanan itu jadi mubazir." ujar Faiz.

THE TRIO SHOLEH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang