52|Permintaan Maaf

3.7K 242 4
                                    

"Hafidz!" panggil Zaka.

Lelaki yang mengenakan jaket dilan itu segera melajukan motornya dan berhenti tepat di depan Hafidz.

Hafidz yang tengah berjalan menuju kampus bersama dengan kedua sahabatnya, seketika menghentikan langkah kakinya.

"Zaka? Ada apa?" Hafidz terkejut melihat kedatangannya.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu, berdua." ucap Zaka, sembari melirik ke arah Azmi dan Aban.

Hafidz mengangguk. "Hemm... Azmi, Aban kalian duluan aja. Aku ada urusan sebentar sama Zaka." ujar Hafidz.

"Oh, iya udah Kak. Kita berangkat duluan ya. Assalamu'alaikum." pamit keduanya.

"Wa'alaikumussalam." jawab Hafidz dan Zaka.

Zaka turun dari motornya dan bediri di depan Hafidz. "Kamu kok tega banget sih sama Tasya?" ucapnya tanpa basa-basi.

"Tega? Maksud kamu?" Hafidz bingung.

"Waktu itu, aku liat Tasya hujan-hujanan demi kamu. Tapi kamu malah hujan-hujanan demi orang lain!" ujarnya kesal melihat sahabatnya di perlakukan seperti itu oleh orang yang dia suka.

"Tapi, Tasya kan udah ngasih payung itu ke aku, dan dia pamit pulang." jawab Hafidz seadanya.

Zaka menggertakan rahangnya. "Kamu itu bego ya, Fidz? Sadar woi! Orang yang kamu suka, belum tentu punya rasa sama kamu melebihi rasa cinta Tasya yang begitu besar untuk kamu!"

"Tapi, itu masa lalu aku, Zaka. Aku udah gak punya rasa apa-apa lagi sama Tasya!" ujarnya.

"Walaupun itu masa lalu, harusnya kamu hargai sedikit perasaan Tasya! Asal kamu tau, Tasya sekarang udah berubah. Dia rela terluka demi melihat kamu bahagia dengan orang lain. Harusnya kamu itu sadar, Fidz! Jangan buta karena cinta!" ketusnya menahan emosi yang terus bergejolak di dalam dada.

"Iya aku tau. Tasya sekarang udah banyak berubah. Tapi yang namanya perasaan tidak bisa di paksakan, Zak!"

"Tasya itu lagi banyak masalah Fidz, dan sekarang dia di paksa sama kedua ortunya pindah ke Amerika! Apa kamu gak kasihan sama dia, hah?"

"Pindah?" Hafidz tertawa. "kamu gak usah kerja sama deh sama Tasya buat bohongin aku!"

Zaka melotot tajam. "Kerja sama apa?"

"Buktinya Tasya sekarang ada di Ponpes! Dia itu bohong, bilangnya pergi ke Amerika, ternyata malah masuk ke Ponpes!" Hafidz tersenyum sinis.

"Masuk Ponpes? Kamu jangan asal ngomong Fidz! Tasya benar-benar udah terbang ke Amerika!" ujarnya.

"Kalau kamu gak percaya, ayok sekarang kita ke Ponpes dan liat kalau Tasya emang ada di Ponpes! Tapi dia berpura-pura menjadi Putri, bukan Tasya! Permainan macam apa lagi ini!"

"Bagaimana mungkin Tasya ada di Pondok? Jelas-jelas aku dan Rendra mengantarkan Tasya dan kedua ortunya ke Bandara. Aku liat sendiri kok kalau Pesawat yang Tasya tumpangi udah terbang ke Amerika!" ucap Zaka sembari menunjukan bukti pesan whatsapp Tasya. "kamunya aja di suruh datang malah gak bisa! Ini pertemuan kita sama Tasya untuk yang terakhir kali!"

"Bisa aja itu hanya rekayasa! Udahlah Zaka, kamu gak usah nutupin semua ini. Kalo Tasya emang masih ada disini bilang aja!" ketusnya. "maaf, aku harus berangkat ke Kampus." Hafidz melangkah pergi.

Emosi Zaka pun tidak bisa lagi ia tahan. Sudah habis kesabarannya menghadapi sikap sahabatnya itu.

Tiba-tiba Zaka menarik lengan Hafidz, dan satu pukulan mendarat di bibir Hafidz.

Hafidz jatuh tersungkur ke tanah. Ya, sudut bibir Hafidz pun membiru akibat pukulan keras dari Zaka.

"Kenapa kamu pukul aku?" ucapnya kaget, Hafidz merasakan nyeri di bibirnya.

THE TRIO SHOLEH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang