39|Dilema - Hafidz

3.5K 287 4
                                    

Sudah beberapa hari tidak ada jadwal perfom bersama SM. Hafidz pun meminta izin untuk pulang ke rumahnya. Ia juga pusing mikirin Azmi, yang masih ngambek dan marah kepadanya. Meskipun begitu, ia tetap peduli pada Azmi yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya, sekaligus adik kandungnya sendiri.

Hafidz pulang ke rumah menemui kedua orang tuanya. Entah mengapa kali ini ia ingin sekali menyampaikan maksud terbesar yang ada di benaknya.

Siang itu, Hafidz beserta kedua orang tua dan adiknya berkumpul di ruang keluarga, sembari ngemil dan mendengarkan ceramah di TV.

"Bunda, Ayah." panggil Hafidz sedikit gugup.

"Ya?" sahut Haris—Ayahnya.

"Ada apa, Nak?" sahut Eka—Bundanya.

"Hafidz mau nge.. Nge.." bibirnya sangat gemetar.

"Nge.. Apa sih, Mas? Ngomong kok kaya Aziz Gagap" ujar Cholies—adiknya Hafidz.

"Nge-racing motor?" tebak Haris.

"Nge-racing motor? Gak boleh! Nanti yang ada kebut-kebutan lagi! Gak boleh pokoknya!" larang Eka.

Hafidz menggeleng. "Bukan itu"

"Terus?" ucap mereka berdua bersamaan.

"Ayah melamar Bunda atau menikahi Bunda di umur berapa?" tanyanya pada Haris.

"23-an." jawabnya.

"Nah, Hafidz pengen ngelamar seseorang..."

Kedua orang tuanya saling pandang. "Tapi, kamu masih muda Nak." ucap Eka terdengar ragu.

"Ya gimana ya Bun. Hafidz terlanjur mencintainya."

"Ayah bangga sama kamu. Tekad kamu begitu kuat, mencintai seseorang dan ingin segera menghalalkan. Dukung aja Bun." ujar Haris memberi lampu hijau.

"Siapa sih gadis itu?" tanya Eka kepo.

"Aisyah, Bun."

"Aisyah yang udah pernah bikin kamu masuk rumah sakit?" Eka terkejut.

"Bukan salah Aisyah Bunda. Ini semua skenario dari Allah."

"Gak, pokoknya Bunda gak setuju!" tolaknya.

"Tapi kan Bun, Hafidz sangat mencintainya. Lagian Hafidz udah punya tabungan kok untuk melamar Aisyah."

"Kamu beneran serius?"

"Iya Bun. Sudah lama aku mencintai Aisyah. Dan aku tau kok kalau Aisyah juga suka sama aku." ujarnya dengan yakin.

"Tapi, Bunda kurang setuju. Bunda masih teringat sewaktu kamu di RS. Bunda hampir aja kehilangan kamu." jelas Eka.

"Yang lalu biarlah berlalu Bun. Lagian aku udah sembuh kok. Aku mohon Bun, restui niat baik ku untuk melamar Aisyah." Hafidz memohon pada Bundanya.

"Kamu kan masih kuliah, apa kamu gak mau mengejar cita-cita kamu dulu?" Eka tetap masih ragu.

"Bukannya rejeki Allah yang ngatur Bun? Insyaa Allah jika Allah mengizinkan, aku bisa meraih cita-cita sambil menikah kok Bun. Intinya aku ingin menyampaikan niat ku kepada Kyai Umar untuk melamar Aisyah. Aku mohon restui aku Bun." Hafidz terus memohon, sembari bersujud di kaki Bundanya.

"Beri Bunda waktu untuk berfikir." ucap Eka dan beranjak masuk ke dalam kamar.

Melihatnya Bundanya yang belum memberi lampu hijau, Hafidz hanya bisa duduk termenung.

Haris menghampirinya. "Sabar Nak. Ayah yakin, Bunda pasti akan merestui kamu kok. Lagian Aisyah itu kan wanita baik. Putrinya sang Kyai. Pastilah Bunda mu setuju." ucap Haris meyakinkannya.

THE TRIO SHOLEH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang