44|Akhir Persaingan

3.6K 219 2
                                    

"Kalau cinta ya harus di perjuangkan, kalau tidak berjuang, itu namanya bukan cinta!"

-Naufal Al-hafidz-

<><><>

Malam itu usai mengaji di Masjid. Azmi dan Icad kembali ke kamarnya. Tapi di pertengahan jalan mereka berpapasan dengan Rizal, raut wajahnya nampak sedih. Seperti ada luka yang sedang dia tutupi. Mereka berdua beranjak menegurnya.

"Hey!" seru Azmi dan Icad.

"Iya?" sahut Rizal datar.

"Hey Tayo, Hey Tayo, dia bis kecil ramah...🎶" Azmi malah nyanyi.

"Melaju, melambat Tayo selalu senang...🎶" Sambung Icad.

"Hmm.. Kurang asem kalian." Rizal mengerutkan kening.

Azmi tertawa. "Kenapa Kak? Kok mukanya sedih gitu? Lagi ada masalah?"

"Iya kenapa Kak? Kayak abis nangis." tanya Icad.

"Hah, nangis? Nggak kok. Aku nggak papa. Kelilipan aja tadi. Emangnya kenapa?" Rizal terlihat gugup.

"Kak Rizal nggak lagi bohong kan?" Azmi menaruh rasa curiga. "Kalo ada masalah cerita aja kak, berbagi, jangan di pendem sendiri."

"Nggak kok. I'am fine." Rizal tersenyum meyakinkan.

"Syukurlah." Azmi bernafas lega.

"Oh ya Mi, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." ucap Rizal.

"Ngomong apa Kak?"

"Tapi 4 mata." Rizal melirik ke arah Icad.

Icad yang peka, segera pamit dan meninggalkan mereka berdua. "Mi, aku balik ke kamar duluan ya." di jawab dengan anggukan Azmi.

Setelah Icad pergi, Rizal mengajak Azmi duduk di area taman. "Kamu lagi marahan sama Hafidz?" tanya Rizal to the point.

Azmi memutar bola matanya malas. "Hmm."

"Kenapa? Apa gara-gara Aisyah?"

Azmi mengangguk. "Kak Rizal kan tau, kalo aku juga suka sama Ning Aisyah. Mana ada sih Kak, yang terima jika sahabatnya itu nikung? Sakit Kak rasanya!" curhanya.

Ucapan Azmi cukup membuat batin Rizal teriris. Ia tidak tahu harus berkubu pada siapa. Mereka berdua adalah sahabatnya. Sebisa mungkin Rizal berusaha untuk menjadi penengah di antara mereka.

"Nikung? Bukannya kalian berdua itu bersaing? Kalo misalnya aku seperti Hafidz, apa kamu juga akan marah sama aku?" Tanya Rizal.

Azmi meliriknya. "Kak Rizal ngomong apa sih Kak? Kan yang nikung itu Kak Hafidz, bukan Kak Rizal." Selanya.

"Kan aku tadi cuma bilang, kalo misalnya aku seperti Hafidz." Rizal mengulang ucapannya.

Azmi hanya terdiam. Mungkin saja perkataan Rizal benar.

"Azmi, di dalam persaingan itu selalu ada pihak yang menang, dan juga pihak yang kalah. Bukannya di antara kalian saling bersaing untuk mendapatkan hati Aisyah?" Rizal pun menasehati.

"Tapi kan Kak, harusnya Kak Hafidz itu ngalah sama aku, biarkan Ning Aisyah untuk aku." Azmi tetep kekeh pada pendiriannya.

"Kan Hafidz sedang berusaha untuk mendapatkan cintanya Aisyah. Jadi wajar aja kalo dia bersaing dengan cara melamar Aisyah. Kamu pun juga bisa Mi." Ujarnya.

"Kak Rizal kok belain Kak Hafidz sih? Aku jadi males ngomongin ini!" Azmi mulai kesal.

"Aku nggak belain siapa siapa kok. Tapi itu emang kenyataannya. Kalo seandainya Aisyah sukanya sama Hafidz gimana? Apa kamu tetep maksa Aisyah agar pilih kamu?"

THE TRIO SHOLEH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang