47|Inikah Patah Hati?

3.9K 268 4
                                    


<><><>

1 minggu kemudian.

Kedua orang tuanya Tasya telah pulang ke rumah. Mereka terkejut mendapati anak semata wayangnya itu yang kini berubah penampilan. Tasya mengenakan jilbab syar'i dan busana muslim, tidak seperti biasanya yang selalu berpenampilan gaul dan kekinian.

"Kamu Natasya kan?" tanya Meli—Mamanya Tasya.

"Iya dong, Ma. Emangnya gue siapa? Nasya Queena Amoera?" jawabnya.

"Tumben kamu berpakaian seperti ini. Kamu mau kemana?" Tanya Meli menatap Tasya dari atas hingga bawah.

"Mulai hari ini dan seterusnya Tasya mau pake baju yang nutupin aurat. Tasya mau hijrah menjadi yang lebih baik lagi." Jelasnya sembari tersenyum.

Kedua orang tua Tasya tentu sangat terkejut, "Jangan bercanda kamu, Sya." Ucap Meli tidak suka.

"Aku serius Ma." Sahutnya.

"Denger ya Sya, Mama nggak suka!" Sentak Meli.

"Papa juga nggak setuju! Ngapain sih kamu pake baju seperti itu, hah?!" ujar bokapnya, yang bernama Hary.

"Loh emangnya salah?" Ucap Tasya tak mengerti jalan pikiran orang tuanya. Kenapa mereka tidak suka jika melihat anaknya berubah menjadi lebih baik?

"Ya jelas salah lah! Kamu itu Tasya, bukan Nasya!" ucap Meli ketus.

"Kalo kamu berpakaian seperti ini, mana ada produser yang akan melirik kamu buat jadi model!" ucap Hary.

"Tasya nggak peduli!" Selanya.

"Tasya, bukannya sejak dulu kamu itu pengen jadi model populer?" tanya Meli.

"Iya, tapi itu dulu, Ma. Sekarang Tasya sadar kalau menutup aurat itu penting! Tasya pengen berubah tolong hargain keinginan Tasya,"

"Selama ini Tasya udah nurutin semua keinginan kalian. Apa Tasya nggak boleh memilih jalan hidup Tasya sendiri?" Tasya membujuk nyokapnya.

"Kamu nggak bisa gini Tasya, pokoknya kamu harus jadi model terkenal! Nerusin bakatnya Mama! Cuma kamu yang kami punya. Kami ingin masa depan kamu cerah!" paksa Meli.

"Mama sama Papa nggak bisa ngatur-ngatur Tasya terus dong! Emangnya kalian selama ini pernah ada di samping Tasya, hah?!" Ucap Tasya mengeluarkan semua kekesalan di hatinya selama ini. "Nggak kan? Tasya bukan robot Ma, Pa. Tasya capek nurutin kemauan kalian terus."

Hary melotot tajam. "Tasya, sejak kapan kamu jadi anak pembangkang seperti ini?! Siapa yang mempengaruhi kamu!"

"Tasya berubah karna keinginan Tasya sendiri. Gue ini Tasya! Bukan Nasya yang bisa kalian atur-atur se-enaknya! Gue bukan Nasya yang cuma bisa diam dan..." bantah nya.

Plak!

Satu tamparan dari Ayahnya pun mendarat tepat di pipi kanan Tasya. Cukup keras membuat pipinya memerah.

"Awh!" Rintih Tasya kesakitan.

"Papa jahat! Papa tega menampar Tasya!" Ini kali pertama Harry menampar putrinya. Tasya pun sangat terkejut dengan sikap bokapnya. Ia bergegas pergi ke kamarnya, dan mengunci pintu.

"Sejak kapan dia berubah? Siapa yang buat dia berubah?" Ucap Meli kesal.

"Lebih baik kamu tanya Lastri saja, mungkin dia tau apa penyebab anak itu berubah." Ujar Hary.

"Bi? Bi Lastri?" panggil Meli pada Lastri—ART nya, Lala adalah panggilan kesayangan dari Tasya untuknya.

Lastri menghampiri nyonya besarnya. "Iya Nyonya?"

THE TRIO SHOLEH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang