39. Gravitasi (Creepy)

318 24 19
                                    

Mimpi, mimpi memang bagaikan madu yang memikat bagi manusia. Mimpi jugalah yang membawaku ke tempat terkutuk ini, tempat yang kini menahan jiwa dan tubuhku erat.

Bukan, ini bukan merupakan kalimat metafora, tubuhku benar-benar tertahan di permukaan planet antah berantah tempatku terjatuh ini. Aku yang merupakan seorang Astronot, dengan misi mulia mencari planet yang bisa di tempati manusia.

Ini sudah tahun ke lima kami berkeliling menembus galaxy, dengan pesawat khusus berkemampuan melompati kecepatan cahaya, entah sudah berapa ratus ribu atau bahkan jutaan planet dan benda-benda angkasa yang kami lewati. Belum lagi masalah relativitas di angkasa luar, di tambah menaiki pesawat berkecepatan diatas cahaya? Entah berapa lama waktu yang berlalu di bumi.

Gini, mungkin kalian bingung dengan curhatku yang langsung To the Point, tanpa menjelaskan duduk perkaranya dulu. Semua ini dimulai ketika di bumi, saat itu tahun 2512, para ilmuwan bersorak-sorai kegirangan. Planet impian semua orang, dengan kondisi dan ukuran yang benar-benar mirip dengan bumi, akhirnya di temukan. Kegagalan proses Teraforming planet-planet di Tata surya, pemukiman di atas orbit yang tidak praktis dan memakan biaya besar, dan penambangan luar angkasa tidak memperlihatkan keuntungan yang menjanjikan, membuat mimpi kolonisasi luar angkasa sempat mati hingga hampir 4 abad lamanya. Namun penemuan besar itu membuat mimpi terbesar manusia yang telah lama tertidur seakan bangun kembali.

Dengan harapan setinggi langit, manusia bersatu padu kembali dan membuat tim luar angkasa terbesar yang pernah ada. Seluruh dunia memberitakan mengenai misi kami, gegap gempita euforia mengantarkan kami pergi ke luar angkasa. Janji akan kehidupan yang lebih baik untuk masa depan manusia membuatku berani mengambil keputusan untuk meninggalkan bumi, beserta anak dan istriku. Aku siap menyerahkan segalanya, setidaknya itulah yang kupikirkan saat itu.

Pada awalnya, semua seakan berjalan mulus. Tidak ada halangan berarti di sepanjang perjalanan kami. Satu persatu planet-planet, besar maupun kecil, berhasil kami lewati tanpa kesulitan berarti. Aku seakan tidak percaya, kami menjadi orang-orang pertama yang pergi sampai sejauh ini di tata surya. Hari berganti hari, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Hari-hari yang pada awalnya terasa menarik dan menegangkan, lama-lama menjadi membosankan.

Bagaimana tidak membosankan? Melihat hal yang serupa berkali-kali, semenganggumkan apapun hal itu, lambat laun daya tariknya akan berkurang. Semakin lama tahun terlewati, semakin muak aku jadinya di pesawat sialan ini. Entah berapa lama lagi aku bisa menahan kegilaan ini.

Lalu akhirnya, setelah 5 tahun hidup dalam kesunyian, sebuah peristiwa besar terjadi. Pesawat kami menghantam meteor besar, pecah berkeping-keping, melemparkan aku ke sebuah planet besar misterius. Tadinya ku kira aku akan mati, namun setelah terdampar di permukaan planet,aku menyadari sebuah fakta melegakan. Planet ini memiliki atmosfer dan komposisi udara yang mirip dengan bumi!

Semua ini kupelajari melalui lubang besar yang menganga di helm angkasaku.

Lalu, pikirmu, apakah aku akan mengalami petualangan mendebarkan di planet antah berantah ini? Sayangnya tidak, aku tidak tahu kemana pesawat ku ataupun teman-temanku terdampar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalu, pikirmu, apakah aku akan mengalami petualangan mendebarkan di planet antah berantah ini? Sayangnya tidak, aku tidak tahu kemana pesawat ku ataupun teman-temanku terdampar. Namun bukan itu bagian terburuknya, bagian terburuk dari semua ini adalah...

Gravitasi.

Kedengarannya remeh, dan aku tidak tahu seberapa besar gravitasi tempat ini di banding dengan bumi, namun melihat ukuran planet ini, aku yakin setidaknya ratusan atau paling tidak puluhan kali gravitasi bumi. Dan efeknya terhadapku sangat mengerikan.

Pada awalnya, aku tidak bisa bangun atau sekedar bergerak. Aku terkunci dengan posisi jatuhku ini, yang untungnya wajahku menghadap ke atas sehingga aku masih bisa bernafas. Kemudian perlahan-lahan gravitasinya terus menerus menarikku ke dalam tanah. Mujur, tanah di planet ini sangat keras, sehingga aku tidak serta merta tertelan ke dalamnya. Kalau kau berpikir itu hal yang buruk, masih ada kelanjutannya dari kisahku ini. Gaya Gravitasi ini begitu kuatnya, hingga menarik organ-organku kuat ke arah tanah. Bola mataku perlahan-lahan masuk semakin dalam ke rongga mataku, gigi-gigiku mulai mengarah masuk ke dalam, sementara kulitku tertarik hebat sehingga tulang-tulangku semakin menonjol keluar, namun di saat bersamaan kulitku juga menggelambir di permukaan tanah. Rambutku juga tertarik ke bawah, sehingga rontok satu demi satu.

Semakin lama, gaya gravitasi di tambah dengan kelaparan dan dehidrasi, membuat perubahan hebat di tubuhku. Aku memang tidak tahu bagaimana rupaku saat ini, tidak ada cermin atau genangan air di sekitar. Kalaupun ada, aku tidak sanggup bahkan untuk memutar bola mataku. Hal yang paling buruk ialah, aku tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Ukuran planet ini yang begitu besar membuat siklus siang dan malam menjadi begitu lama. Aku hanya bisa memperkirakan, 1 hari di sini mungkin sama dengan 1 bulan di bumi.

Dan disinilah aku, mengutuki nasib dan berharap agar sang ajal segera menjemput. Tidak ada yang bisa kulakukan bahkan hanya untuk sekedar mempercepat kematianku. Mengigiti lidah sampai mati mungkin merupakan opsi yang menarik saat ini, tapi gravitasi ini begitu kuat, membuatku tidak bisa melakukan apapun kecuali menatapi langit gelap planet ini.

Terkadang, akan ada hujan menerpa permukaan planet ini. Aku tidak tahu elemen pembentuknya, tapi sepertinya air hujan di sini aman untuk diminum. Inginku mengatupkan mulutku erat, tapi sia-sia. Hujan di planet ini sedikit lebih kental, dan mengandung zat padat yang terasa pahit. Bukan hanya membantu menghilangkan dahagaku, hujan ini juga sedikit mengeyangkanku. Merupakan sebuah petaka bagiku yang ingin cepat-cepat mengakhiri hidupku.

Waktu terus berlalu, aku sudah tidak tahu berapa lama aku ada di sini, lebih parahnya lagi berapa lama waktu yang sudah berlalu di bumi. Aku kini tidak bisa merasakan wujudku, tubuhku seakan mencair dan semakin masuk ke dalam tanah planet ini. Selama aku tertahan di sini, aku tidak melihat satupun mahluk hidup di sekitarku, baik tumbuhan ataupun hewan. Mungkin kondisi gravitasi gila ini membuat tidak ada satupun bentuk kehidupan yang bisa berkembang di planet ini.

Dan akhirnya, waktu yang kutunggu-tunggu pun tiba. Perlahan kesadaranku mulai hilang, pikiranku mulai terangkat lega, aku akan mati, aku akan mati! Pikirku gembira. Aku tahu, benar-benar aneh menyambut kematian dengan gembira. Saat aku siap menerima takdirku, sebuah cahaya aneh menyilaukanku.

"Aku menemukanmu, kakek lehulur...."

~ ~ ~

Kotak MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang