98. Pot Hidup (Creepy)

46 8 3
                                    


Apa ada dari kalian yang mengingat mitos konyol sewaktu kecil dulu? Yang apabila kita menelan biji tanaman, misalnya semangka, nanti biji itu akan tumbuh dari perut kita?

Bagaimana misalnya, kalau mitos yang kini kita semua tahu mustahil itu,benar-benar terwujud?

Gue ngehela nafas pelan, kemudian mengibaskan daun-daun yang berserakan di baju putih ini. Yah, kemampuan sains gue memang ngga di ragukan sih, tapi tetap aja, gue sendiri terkejut ngelihat hasil kreasi kali ini. Dengan puas, gue tatap mimik wajah ketakutan menghijau di depan itu.

"Dan, gimana kabar lu? Gue yakin lu ngga akan baik-baik aja sih..." Ejek gue.

Wajah pucat itu mencoba membalas perkataan gue, tapi dedaunan hijau yang menyeruak dari mulutnya itu, menahan kata-kata makian yang gue yakin, sangat ingin dia lontarkan.

"Ayolah, lu ngga senang kita bisa kumpul bareng gini lagi? Udah berapa tahun? 12 tahun... Ya, udah 12 tahun semenjak kita lulus SMA. Ya kan Jim?"

Kali ini gue tatap manusia gemuk bernafas kembang-kempis itu. Ah, kayaknya akar tanaman indah ini sudah bersarang di otaknya. Dia ngga benar-benar mati memang, semua fungsi organ tubuhnya masih berjalan, walaupun sudah tidak bisa di bilang hidup lagi...

"Mentang-mentang kalian kini sudah sukses, kalian mau ngelupain gue gitu? Ngga ingat, tiap hari kan kita ngumpul di belakang sekolah rame-rame..."

Gue ambil bangku lipat yang ngga jauh dari kita, kemudian duduk menantang di depan mereka. "Oh ya Nis, gimana kabar Lita? Dulu lu suka banget sama dia, tapi di tolak kan ya? Ha ha ha, gue masih ingat betul muka konyol lu pas tahu kalo dia udah suka duluan ma gue!"

Anis pun menggeliat marah, menatap muka gue penuh benci, walau tidak ada yang bisa dia lakukan dengan badan yang sudah hampir menyatu dengan tanah. Akar-akar kejam itu mengoyak tubuhnya, merekatkan tubuh yang hampir kopong itu dengan tanah subur di lantai.

"Kalian masih ingat kan? Gimana dulu kita berempat sering menghabiskan waktu sama-sama? Senang-senang bareng? Eh, tapi kayaknya cuman kalian yang senang-senang deh..."

"Ma-ma-maafin kita Bud, kit-kita dulu cuman bercanda..." Kata Anis terbata-bata. Sepertinya di antara mereka hanya dia yang masih bisa membuka mulutnya.

"Bercanda ya? Mukulin gue tiap hari, malakin uang saku gue yang ga seberapa, mempermaluin gue di depan semua anak di sekolah? Ya, gue yakin itu semua emang cuma bercanda sih..." Kata gue sinis.

"Yah, tapi makasih buat itu sih, gue bisa jadi kayak sekarang. Berkat benih kebencian yang kalian tanam di hati gue, gue bisa ngebuat benih tanaman ajaib ini." Sambung gue.

Dani yang terlihat menyesal, hanya bisa menunduk lesu ke tanah. Jimmy, si gemuk itu, hanya bisa menatap kosong ke udara. Hanya Anis yang berani menatap tegas ke mataku.

"A-Aa-apa yang ak-kan terjadi pada ka-ka-mi sekarang?" Tanya Anis pasrah.

Sambil tersenyum, gue jelasin, "Jangan khawatir, tidak lama lagi kalian bakalan jadi kayak si Jimmy. Kalian ngga akan merasakan sakit lagi, yah, ngga ngerasain apa-apa sih sebenarnya. Pertumbuhan tanaman ini beda-beda di setiap inang. Dasarnya, dia bakal ngambil-alih tubuh lu pelan-pelan, pas dia ngerasa udah cukup, dia akan bergerak mengikuti syaraf, langsung ngambil alih otak kalian."

Melihat api semangat di mata Anis, gue mendekat ke arahnya, kemudian berbisik pelan. "Gak ada yang bisa kalian lakukan, sekarang hampir semua badan kalian udah di ambil alih sama tanaman itu. Sekalipun bisa di hentikan, kalian bakal lumpuh seumur hidup kalian..."

Wajah Anis kini pucat pasi, setitik semangat yang tadi ada, kini hilang tak berbekas. Yah, satu-satunya harapan mereka kini hanya otak mereka di ambil alih,agar bisa melupakan semua rasa sakit itu..."

"Da-dasa-r gi-la, ka-kami sam-ma sekali tid-dak menge-nalmu..." Kata Anis sebelum cahaya di matanya hilang, sepertinya tanaman itu sudah mengambil alih pikirannya.

Tak begitu lama, Dani pun menemui nasib yang sama. Dengan puas, gue tinggalin tubuh mereka yang kini tak ubahnya sebuah pot hidup.

Ah, percobaan gue berhasil ya?

Kini gue harus nemuin tiga b*jing*n yang udah bikin masa SMA gue kayak neraka, mereka harus membayar perbuatan mereka. Bergegas, gue menuju komputer. Sial, gimana wajah mereka? Gue udah lupa, penyakit pikun sialan ini benar-benar menganggu!

Setelah mengetik nama mereka di kolom pencarian web, gue pun menemukan identitas orang-orang sialan itu. Dengan cepat, gue menuju garasi, melewati tumpukan pot hidup yang entah kenapa, kelihatannya semakin banyak, apa gue bikin percobaan sebanyak itu ya? Gue menggeleng pelan, bukan saatnya memikirkan itu, ada urusan yang masih harus di beresin sama tiga kep*r*t itu!


~ ~ ~

Kotak MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang