07. Nafas Buatan (Creepy)

565 51 2
                                    


Kutatap dongkol matahari siang itu... Panas bener men...

Ha ah, beginilah derita tinggal di negara tropis, tiada hari tanpa panas terik...

"Kenapa bro, muka lo cemberut gitu?" tegur sohibku Deni tiba-tiba.

"Matahari itu loh..." Sahutku kesal

"Kenapa Mataharinya?" tanyanya lagi

"Panas..."

"Lo kira Es dingin? Lagian buat apa juga lo ngeluh, lu lupa hari ini hari apa?"

"Hari paan bro?"

Seraut wajah licik tiba-tiba terlukis di wajah sohib karibku ini...

"Hari ini kan pelajaran renang bro?" jawabnya

"Trus?"

"Berarti... Lo bisa ngeliat Devi pakai baju renang..."

"Devi... Baju renang?"

Sekilas terbayang di benakku, ah, body gitar spanyol Devi dalam balutan baju renang...

"Matahari, Good Job" ujarku seraya mengacungkan jempol.

"Saraf..." ejek Deni.

"Biarin..."

...

Ini dia yang di tunggu, sambil senyum-senyum sendiri aku mengganti pakaian, masa bodoh temen-temenku pada ngelihatin dengan pandangan aneh...

"Jim, lo ngobat?" tanya Juki tiba-tiba, Juki si ketua kelas rese yang sok care.

"Asem lo..." ujarku dongkol.

"Habis lo sih, senyum-senyum ndiri... Ada paan emangnya?"

"Mau tahu aja..." ujarku seraya ngeloyor pergi...

Sesampainya di kolam renang, aku pun memulai pemanasan sendiri, biasa cari perhatian...

"Ya semua, ayo berkumpul... Kita mulai pemanasan.." Seru pelatih renang tiba-tiba...

Kami pun mengikuti intruksi dan mulai berkumpul, saat berjalan, sekali-kali aku curi pandang ke arah Devi... Alamak, Bodinya...

Setelah pemanasan sekitar 15 menit, kami pun mulai berenang. Hari itu tidak ada pelajaran khusus, jadi kami berenang sendiri-sendiri...

Sambil duduk-duduk malas, aku memperhatikan Devi dari kejauhan...

"Kenapa bro, naksir Devi lo?" kata Ahmad, salah satu teman sekelasku.

"Jangan ribut tong, tar dia dengar" sahutku marah.

"Bagus kan?"

"Aish, belum pernah kena gampar monyet ni orang... Juk, gampar.."

"Asem, gua disamain ama monyet..." sahut Juki, dengan muka coolnya

Seketika kami pun tertawa terbahak-bahak, sampai...

"TOLONG, TOLONG..."

Kami refleks menoleh kearah teriakan itu, kelihatannya seseorang sedang tenggelam...

Kulihat ke sana-sini, mana pelatih?

"Jim, itu Devi" kata Deni tiba-tiba.

Kulihat dengan seksama kembali, sial, itu benar Devi...
Seketika aku melompat ke kolam renang, meraihnya, kemudian membawanya ke permukaan..

Sial, dia tidak bernafas... Tanpa pikir panjang ku lakukan pernafasan buatan padanya
Dev, maaf... Aku terpaksa melakukan ini...

Sambil menekan-nekan dadanya aku terus memberikan CPR (kek di film-film), aneh, tidak ada tanda-tanda dia membaik.

Sial...

"Dev, Dev...." teriakku sambil terus menekan dadanya.

Selang beberapa lama pelatih pun datang, seketika ia memeriksa nadi Devi... kemudian dia menggeleng...

Tidak...

Ini tidak mungkin kan??

"Kenapa? Kenapa..." erangku marah.

"Jim, saat memberikan nafas buatan... Harusnya leher korban diluruskan terlebih dahulu..." kata pelatih tiba-tiba.

"Maksudnya?"

"Kau memberikan nafas buatan, tapi lehernya tidak kau luruskan... Bukannya membantu, kau malah menghambat pernafasannya..." jelas pelatih

Seketika itu juga, aku tertunduk lemas...

Devi... Maaf...

Kotak MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang