Satu... Dua... Tiga...
Seorang anak kecil yang berusia tidak lebih dari 12 tahun menutup matanya sambil bersandar ke sebuah pohon besar yang rindang. Sementara itu teman-temannya pergi berlarian ke sana kemari mencari tempat persembunyian. Sambil tertawa-tawa mereka satu persatu menemukan tempat bersembunyi yang strategis, kemudian menunggu hitungan selesai.
Seratus!
Anak kurang beruntung yang terkena giliran jaga itu pun selesai menghitung, kemudian mulai mencari kawan-kawannya yang bersembunyi satu persatu. Tidak perlu waktu lama sampai akhirnya anak-anak itu tertangkap. Permainan pun dilanjutkan kembali, masih dengan skenario yang sama.
Tak terasa, waktu pun kini sudah berganti malam. Anak yang mendapatkan giliran jaga terakhir masih belum bisa menemukan salah satu anak yang paling jago bersembunyi.
Mereka pun memanggil-manggil sang anak, namun tidak ada jawaban. Mereka pun menyerah dan berteriak mengakui kalau anak itu paling hebat sembunyi, dan permainan selesai, waktunya untuk pulang.
Anak-anak itupun pulang, menemui keluarga mereka, beristirahat, membersihkan diri, dan pergi tidur. Siap menyambut hari esok yang selalu terasa sama setiap harinya.
Namun keesokan harinya, semuanya telah berbeda...
Anak yang tidak bisa mereka temukan di akhir, ternyata tidak pernah pulang pada malam harinya. Warga sekitar pun heboh, pencarian besar-besaran dilakukan demi mencari si anak hilang. Sedih memang, namun semua usaha pencarian mereka berakhir nihil, sia-sia. Anak-anak pun akhirnya dilarang bermain terlalu larut, orang dewasa tidak lagi melepas perhatian mereka dari anak mereka masing-masing. Suasana kampung yang tadinya menyenangkan, berubah menjadi mencekam.
Suasana itu terus berlangsung, mengiringi pencarian si anak hilang yang tak berujung. Sampai bertahun-tahun kemudian, saat semuanya sudah menyerah untuk mencari, sang anak yang mendapat giliran jaga terakhir di hari naas itu, kini sudah beranjak remaja, mendapat sebuah mimpi aneh.
Dalam mimpi itu, ia bertemu si anak hilang, masih terlihat sama mudanya seperti saat ia menghilang. Anak itu membawanya menyusuri tempat mereka bermain dulu, ke sebuah celah kecil di sebuah rumah kayu sederhana. Celah yang mengarah ke kediaman salah satu warga kampung yang terkenal ramah. Sang anak malang tidak sengaja menyaksikan Pria ramah itu memukuli istrinya. Sang pria tersenyum panik, kemudian berusaha menangkap sang anak. Harga dirinya lebih penting dari apapun, maka setelah berhasil menangkap sang anak, pria itu memukulinya hingga mati. Kemudian menguburkan mayatnya jauh di kedalaman hutan.
Paginya, warga desa menangkap sang pria dan memintanya menunjukan lokasi mayat sang anak malang. Setelah jam-jam penyangkalan, penyiksaan, dan negoisasi, akhirnya sang pria menyerah dan mengaku salah. Tak lama kemudian, tangis kesedihan dan pekik kemarahan pecah di kuburan tanpa nisan sang anak hilang. Polisi bergerak cepat dan mengamankan pelaku, meninggalkan warga dalam ketidak percayaan dan emosi. Kedamaian, untuk sementara, telah kembali ke kampung kecil pinggiran hutan ini.
Malamnya, para anak-anak yang ikut dalam permainan terakhir sang anak hilang, bermimpi dengan damai. Bermimpi sang anak hilang melambaikan tangan kepada mereka, lalu pergi jauh, jauh ke kedalaman hutan lebat hijau yang menyejukan...
~ ~ ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Kotak Misteri
Horror(Tamat) Selamat datang di kotak misteri! Kotak ajaib ini berisi hal-hal yang akan memuaskan keinginan terdalammu akan kegelapan. Nikmati kisah-kisah pendek namun mengerikan, atau teka-teki berdarah yang akan memaksamu sedikit memutar otak... Semoga...