91. Rumor (Creepy)

43 11 0
                                    


Ku hirup nikmat kuah pedas bakso mang Ojan, tukang bakso langgananku. Walaupun bakso buatannya sangat enak, entah kenapa semakin hari kedainya semakin sepi. Merasa penasaran, akupun mencoba bertanya...

"Baksonya makin enak aja mang." Ujarku berbasa-basi.

"Syukurlah kalau mas Fauzan suka..." Jawab mang Ojan sambil tersenyum senang.

"Maaf kalau saya lancang mang,tapi... saya perhatikan koq lama-kelamaan pelangannya makin kurang mang?" Tanyaku sambil terus menyeruput kuah encer bakso.

Mang Ojan hanya menggeleng, "Nggak tahu mas, mungkin bukan rejekinya..."

"Apa mungkin gara-gara yang online-online itu mang? Mang Ojan gak ikutan juga?"

"Wah, nggak paham saya mas soal gituan..." Jawab Mang Ojan sambil terkekeh.

"Saya curiganya sih, ada yang main ilmu hitam. Mungkin santet atau penglaris..." Seloroh Pak Ipul, salah satu pelanggan setia Mang Ojan yang kebetulan duduk di sebelahku.

"Lah, kalau penglaris, kok pak Ipul masih ngebakso di sini?" Kelakarku.

"Penglaris mah mana mempan, saya udah kena pelet enaknya bakso mang Ojan, iya ngga mang?" Jawab Pak Ipul.

"Siap pak Ipul!" Canda mang Ojan.

Kami pun terbahak sejenak, kemudian kembali menikmati bakso masing-masing.

"Sebenarnya sih, saya dengar gosip-gosip kurang enak soal baksonya mang Ojan..." Kata pak Ipul, kali ini dengan nada serius.

"Gosip-gosip gimana pak?" Selidikku.

"Ah,saya ngga enak ngomonginnya..."

"Ngga apa-apa pak, cuma kita bertiga di sini." Godaku.

Pak Ipul celinguk kekanan-kekiri, kemudian sambil setengah berbisik, dia berkata,"Dengar-dengar, ada yang bilang baksonya mang Ojan di buat dari daging tikus... Ada juga yang bilang baksonya pakai boraks, yah pokoknya gitu-gitu deh..."

"Astaga, bisa-bisanya ada yang fitnah kaya gitu! Semua itu bohong kan mang?" Marahku.

"Tentu saja mas, daging dalam bakso saya asli sapi. Saya juga ngga pernah makai bahan-bahan kimia gitu, paling mecin..."

Benar-benar tidak habis pikir, bisa-bisanya tuduhan sejahat itu di arahkan ke orang sebaik mang Ojan...

Setelah ku hirup habis sisa-sisa kuah di mangkokku, kemudian menyeruput habis es teh favoritku, akupun bangkit berdiri, mengambil uang di sakuku.

"Berapa mang?"

"Semuanya 20 ribu aja."

"Lah, kemana buru-buru mas?" Tanya pak Ipul.

"Biasa pak, ada kerjaan." Jawabku.

"Ini kembaliannya mas." Kata mang Ojan, seraya menyerahkan tiga lembar uang sepuluh ribuan.

"Ngga usah mang, ambil aja kembaliannya."

"Wah, ngga enak saya mas."

"Gapapa mang, ambil aja, hitung-hitung makasih sudah setia manjain lidah saya."

"Udah, ambil aja mang Ojan, anggap aja rejeki!" Sambung pak Ipul.

Dengan penuh rasa terimakasih, mang Ojan pun menerima uang itu. "Makasih banyak ya mas Fauzan..." Ujarnya penuh haru.

"Sama-sama mang, saya duluan ya..."

"Oh ya mas Fauzan, kerja apa sih? Kayaknya sibuk banget..." Kata pak Ipul penasaran.

"Bukan apa-apa sih pak, cuman jualan permen..."

"Wah, permen apa aja mas? Kebetulan anak saya suka permen!"

"Permen orang dewasa pak, ya sudah, saya permisi dulu ya!" Kataku sambil berjalan cepat.


~ ~ ~

Kotak MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang