85. Kosong (Creepy)

59 11 0
                                    

Tak seberapa lama setelah aku meneguk cairan berlogo hewan pengerat menjijikan itu. Perut ku yang memang kosong sejak pagi terasa tercabik-cabik, bersamaan dengan isi perut yang terus-menerus keluar dari mulutku. Nafasku menjadi berat dan sesak,sangat sesak. Kepalaku terasa pusing dan tercabik-cabik, seakan ada harimau buas yang mengunyahnya ganas. Jantungku berdenyut keras, seakan ingin melompat keluar dari dadaku. Seluruh tubuhku serasa panas, bulir-bulir keringat sebesar biji jagung mengalir deras dari badanku yang kepayahan.

Menit demi menit terasa amat lama dalam penderitaan ini, seakan-akan sang waktu sendiri mencoba membuatku merasakan sakit lebih lama lagi. Tidak banyak yang bisa ku lakukan untuk melawan, hanya kejang hebat di sekujur badanku yang menandai perlawanan terakhir tubuh malang ini, tubuh yang masih ingin hidup. Sekalipun pikiranku ingin mengakhiri hidup, tubuhku berkata lain, mencoba bertahan sekeras yang dia bisa.

Perlahan, akan tetapi pasti, Tubuh letihku mulai menyerah. Pandanganku mulai memudar, keadaan sekeliling kamar dan botol racun itu mulai terlihat buram. Jadi, disinilah semuanya akan berakhir? Di tempat aku menghabiskan hari-hariku selama ini, tempat yang di sediakan kedua orang tuaku yang tak pernah kurang berusaha memberikan kehidupan yang baik bagi anak-anaknya. Ah, tetiba aku ingat dengan keluargaku. Kenapa di detik-detik terakhir seperti ini, apakah yang di atas mencoba mempermainkanku? Tadinya aku yakin akan pergi tanpa rasa sesal, menunjukan bagi anak-anak si*l*n itu  kalau aku bisa menentukan hidup dan matiku sendiri. Tapi sekarang?

Apakah aku menyesal?

Ku tepiskan pikiran yang sempat singgah di kepalaku itu, aku sudah membulatkan tekad. Sekilas, kenanganku bersama kedua adikku yang lucu, keceriaan saat bermain bersama ayah dan ibuku, melintas di benakku. Apakah ini hukuman akan ke egoisanku? Karena hanya memikirkan diriku sendiri, tanpa peduli pada perasaan orang-orang di sekitarku.

Ha ha...

Aku tertawa, tertawa sunyi dalam kepalaku. Tangis kosong mengalir perlahan dari mata lelahku, toh tidak ada gunanya lagi sekarang, sudah tidak ada jalan kembali untukku. Kini, tubuhku bergetar dengan keras. Buih-buih busa yang keluar dari  mulutku membasahi lantai karpet yang menjadi alas tidur terakhirku ini. Kini, semua berangsur-angsur gelap. Pikiranku mulai ko..so...ng..., Ma...ta...ku... mu...la...i... me...nu...tup... be...rat...

~ ~ ~

Kotak MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang