97. Kenikmatan Rasa Sakit (Creepy)

40 8 2
                                    



Aku rasa ada yang aneh dengan kepala orang ini...

Maksudku, aku memang sudah menghantam kepalanya dengan batu bata sebelum menyeretnya kesini, tapi ini?

Stimulus-stimulus "kecil" rasa sakit yang kuberikan padanya, di respon dengan tawa kenikmatan dan ekspresi wajah penuh kesenangan.

Apa-apaan ini? Aku menyiksa orang bukan untuk membuat mereka senang!

"Sayang, mainnya udahan nih?" Goda si kampret itu dengan suara sexy yang di buat-buat...

Aku tidak akan melayani permainan kekanak-kanakannya. Meladeninya hanya akan membuat b*jing*n itu senang. Selain itu, sebelum kalian salah paham, aku masih normal, ok! Si kampret itu sengaja menggodaku agar aku menurunkan kewaspadaanku.

"Sayaaang, yang lebih kasar dong mainnya..."

Ku akui, pria tampan gemulai yang sedang ku siksa ini, memang menggairahkan, kalau aku seorang wanita. Sayangnya, eh maksudku, untungnya, aku seorang lelaki normal.

Kalo hidangan pembuka hanya cukup untuk membuatnya tertawa-tawa, bagaimana dengan hidangan utama?

Ku keluarkan stempel besi panas yang sudah di panaskan sedari tadi, kemudian menatap bajingan itu kejam, yang di balasnya dengan tatapan setengah teransang... Ah, sudahlah. Biar kita lihat gimana reaksi ini kampret...

CSSSS....

"Ach..."

Dan terjadi lagi, bukannya ekspresi ketakutan yang di perlihatkan pria setengah matang ini, malahan pekikan feminim...

Aku mulai kehilangan kesabaran, aku menyiksa orang untuk mendapatkan kesenangan, bukannya memberi kenikmatan!

Kali ini ku ambil tang, dengan beringas maju ke tempat b*jing*n itu terikat terduduk. Si kampret itu memang masih bisa melempar senyum manja, sambil memanyunkan bibir merahnya, tapi kita liat aja. Setelah memposisikan jepitan tang tepat di kuku jempol kaki kanannya, ku tarik kencang kuku itu hingga terlepas. Aku sudah sering melakukan ini, biasanya, bahkan orang-orang yang tangguh pun akan menangis bagaikan bocah jika sudah merasakan hal ini...

Sial...

"Sakit mas, sakit... Sakiti aku lagi mas, sakiti lagi!" Jeritnya setengah mengerang, lengkap dengan ekspresi klimaks...

Mencoba memutar akal, akupun menyiapkan penyiksaan kesukaanku, samsak manusia. Ku gantung pria gemulai itu di kedua tangannya, kemudian setelah dapat ketinggian yang pas, tinju-tinju keras pun ku hantamkan ke tubuhnya.

BUAK! BUAK! BUAK!

Si kampret itu memang tangguh. Di hajar bertubi-tubi seperti itu, di hadapinya dengan senyum. Memang senyum mesum, tapi senyum.

Hah, menyiksa orang ini membuatku cape. Bukan hanya cape fisik, tapi juga cape mental!

"Udahan bang? Lagi dong!"

Sudahlah, aku sudah lelah juga...

Ku ambil pistol yang tergeletak di meja, ku cek pelurunya, masih terisi penuh. Menarik nafas pelan, kemudian melangkah pelan ke si mesum yang masih tergantung itu.

"Mainnya udahan ya."

Tak di sangka-sangka, mimik wajahnya kini berubah ketakutan, "Ja-jangan bang, saya belum mau mati bang..."

Lho?

Dia suka rasa sakit, tapi tidak mau mati?

Akupun tidak bisa menahan ekspresi senangku, mengacungkan pistolku tepat di kepalanya. "Bye-bye" Ejekku.

DOR!

Asap putih mengepul dari ujung laras senjataku, luka gesek di pipi kanan pria kampret itu menjadi bukti peluru yang ku tembakan. Aku sengaja membuatnya meleset, kenapa?

"Wah, meleset ya? Sayang sekali... Lain kali, pasti akan tepat sasaran..." Ujarku terkekeh.

Wajah pria itu pucat pasi, tubuhnya gemetar dan celananya pun basah. "A-ampun bang, jangan bunuh saya bang..."

"Siapa yang mau bunuh kamu?"

Senyum lega sekilas terpancar di wajahnya, "A-abang cuma mau nyiksa aku kan? Iya kan bang?"

Ku berikan senyum terikhlas yang ku punya, kemudian menjawab, "Gak, aku cuman mau ngelubangin kepalamu..."

~ ~ ~

Kotak MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang