Berbeda halnya dengan Nathan yang langsung menghampiri dan memeluk sang kakak setelah 17 tahun lamanya tidak bertemu, Mark hanya diam di tempatnya berdiri. Tidak ada pergerakan apapun yang dilakukannya, dia hanya memandang sang kakak dengan diam dan ekspresi yang menunjukkan benci mungkin atau tidak suka dengan kehadarinnya, setidaknya itulah yang dapat disimpulkan Anna untun saat ini.
Tapi siapa tahu isi hati seseorang bukan, Mark tentunya sangat merindukan kakaknya itu, ia sangat sangat menyayangi Anna. Tapi sisi jahat dalam dirinya muncul, karena Anna baru pulang setelah ayah mereka tiada, bukankah Anna itu jahat. Itulah yang dipikirannya..
"Loh, bang..
Abang nggak pengen meluk kak Anna atau ucapan selamat datang gitu?" Tanya Nathan pada abangnya Mark yang hanya diam sedaritadi."Nggak perlu" ketusnya.
Lagian ngapain juga dia pulang kesini lagi, emang masih ingat dia sama kita, diakan udah bahagia sama keluarganya bule itu" tambah mark lagi.Anna hanya diam mendengar ucapan adeknya itu, sangat sakittt.. tentu..
Hati siapa yang tidak sakit mendengar penolakan yang secara langsung diungkapkan oleh sang adik. Tapi Anna hanya bisa diam dan menunjukkan wajah datar tanpa berniat membalas ucapan adeknya itu.
sebuah suara mengalihkan perhatian mereka
"Sorry paman, kami datang kesini hanya ingin melihat kakek yan belum pernah kami kenal untuk terakhir kali.
Hanya itu. Apakah seorang anak salah menghadiri pemakaman ayahnya sendiri.?" Kata Al tiba-tiba. Ia sudah muak mendengar kata-kata yang dilontarkan untuk sang ibu.
"Salah" jawab Intan tiba-tiba
Dia bukan anak dari keluarga wijaya.. tambahnya lagi."Wah, luar biasa. Baguslah kalau begitu ucap Al lagi. Kalau begitu mom, dad, dek ayo kita pulang, untuk apa kita disini, iya, wanita itu benar mom, jika mereka adalah keluarga mommy, mereka tidak akan mengusir mom dari sini." Ucapnya ketus. Dan ucapannya itu berhasil membuat semua orang dalam ruangan itu diam, dan yang tidak tahu apa-apa tentang permasalahan itu bertanya-tanya dalam hati apa arti ucapan Al itu.
Kemudian mereka keluar dan memberi waktu keluarga itu menyelesaikan masalahnya.
Mark yang mendengar itu kemudian menundukkan kepalanya, ia sangat merasa bersalah pada kakaknya. Apa yang diucapkan anak kakaknya yang bahkan dia tidak tahu namanya itu adalah sebuah kebenaran. Ia kembali menyakiti hati kakaknya sendiri.Berbeda dengan intan..
"Ya.. baguslah kalau sadar. dan kau anak kecil ucapnya menunjuk Al, kau belum tahu apa-apa, jadi jangan mengguruiku." Ucapnya didengar sang suami. "Jaga mulutmu!" Tegor suaminya Vano.
Devano
Sungguh ia sangat ingin memeluk dan meminta maaf kepada wanita yang berada di pelukan seorang pria keturunan bule itu, Anne. Wanita yang selalu ada untuknya, wanita yang selalu mengerti akan dirinya, menjadi sahabat, adek dan bahkan seperti ibu baginya. Wanita yang hingga kini masih ia cintai, walaupun ia sudah sangat terlambat menyadarinya. Seseorang yang ia lukai hatinya. Masihkan ada maaf baginya dari Annenya itu? Ah, tidak lagi. Dia bukan Annenya lagi, melainkan sudah menjadi milik orang lain. Pasti tidak akan ada lagi maaf baginya..tapi hanya bisa menyimpan semuanya itu dalam hatinya."Aku datang, hanya untuk melihat seseorang yang kupanggil ayah untuk terakhir kalinya, aku dan keluargaku tidak ada urusan apapun dengan kau ucapnya menunjuk Intan, atau kamu ucapnya menunjuk Mark, ahh bukan dengan kalian semua" Ucap Anna dengan nada datar dan dingin.
Nyonya Wijaya hanya bisa diam melihat semua itu.. dan menangis dalan hatinya karena kehancuran keluarganya.
"Anne, datanglah besok ke pemakaman Ayahmu nak. Kau anak kandung dari keluarga ini, menginaplah malam ini disini." ucap Nyonya Wijaya"Aku memang akan datang besok bu, tapi untuk menginap bukankah aku hanya orang asing dalam keluarga ini?. Dengarlah bu, ibu akan tetap menjadi ibuku tanpa peduli dengan orang lain. Aku menyayangimu bu." Ucap Anne lalu mengajak suami dan anaknya kembali ke hotel. Walaupun mereka masih sekitar 30 menit disana tapi bagi Anna lebih baik mereka segera kembali, karena ia takut suasana akan ricuh padahal masih dalam suasana duka.
"Ayah, sampai bertemu besok. Aku akan datang kembali kesini. Aku menyayangimu ayah" . Ucapnya mengecup kening tuan Wijaya yang sudah terbaring kaku dan segera melangkah keluar." Permisi" ucap Bryan pada mertua dan adik iparnya Nathan sebelum ia menyusuk Anna, dan anak-anaknya yang terlebih dulu keluar.
Begitu sampai di dalam mobil, mereka segera kembali menuju hotel.Kediaman Tuan wijaya...
"Kalian keterlaluan, apa yang telah kalian lakukan pada putriku hah..? Setelah 17 tahun aku merindukannya ketika ia pulang kalian mengatakan hal yang membuatnya sakit hati. Kalian bukan lagi remaja berusia belasan tahun, lihatlah bahkan di depan jenazah ayah kalian sendiri, kalian masih bisa berperilaku seperti itu, lupakan dulu sejenak apa yg telah berlalu. Apakah kalian pikir ayah kalian bisa tenang dalam keadaan seperti ini? Asal kalian tahu ya, permintaannya yang terakhir sebelum dia pergi adalah Anne, apa kalian tahu itu? Besok, jangan ada yang membuat kehebohan atau mencari masalah dalam pemakaman ayah kalian, terutama saat Anne dan keluarganya datang. Lebih baik kalian diam daripada mengatakan hal-hal yang bisa membuat kita sekeluarga malu. Ingat itu.!" Ucap nyonya wijaya sambil berlalu .
Mereka semua hanya diam setelah mendengar ucapan sang ibu..
Tak berapa lama kemudia, mark segera menyusul sang ibu, memeluk kedua lutut sang ibu dan minta maaf, ia sadar bahwa ia memang salah, ia menyakiti hati kakaknya dengan kata-katanya itu. Kakaknya bahkan langsung pergi bahkan hanya 30 menit sang kakak menginjakkan kakinya setelah 17 tahun pergi entah kemana.
"Aku minta maaf bu.. hiksss hikss.
Ini salahku, aku yang memulai semuanya. Maafkan aku."
"Sudahlah, minta maaf pada kakakmu besok."...Bersambung guys......
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI SEHABIS HUJAN (Revisi)
Literatura FemininaApakah yang pertama anda fikirkan saat melihat pelangi? Keindahan warnanya. Ya itu mungkin yang dipikirkan oleh sebagian besar orang. Tapi pernah kah anda bertanya, bagaimana kah pelangi itu bisa terbentuk? Sesuatu yang indah, tidak pernah dihasilk...