......
Sesaat sebelum sampai di halaman rumah, Anna melihat sudah banyak orang yang simpang siur dan sibuk di sekitar rumahnya. Mereka semua mungkin adalah para keluarga dan tetangga orang tuanya.
Berasal dari negara yang terkenal dengan beraneka keragaman suku, budaya, bahasa dan lain sebagainya tentunya tidak heran untuk Anna melihat pemandangan seperti ini. Sudah menjadi kebiasaan di daerahnya dulu untuk membuat acara adat jika ada yang meninggal. Acara di sesuaikan berdasarkan umur yang meninggal tersebut. Acara yang diadakan adalah hasil kesepakatan keluarga dan warga sekitar. Adat yang kental, nilai toleransi dan gotong royong yang masih tinggi membuat daerah itu terasa sangat tentram dan aman.
Para warga sekitar akan bekerja sama membantu mempersiapkan adat untuk yang meninggal, misal memasak nasi dan lauk dan mempersiapkan segala sesuatu. Itulah sebabnya mereka sangat sibuk hari ini, mengingat pemakaman ayah Anna yang akan dilaksanakan esok hari.Sebuah mobil mewah yang baru saja terparkir di halaman rumah tuan Leonard Wijaya dan Ny. Gracia wijaya
Mengalihkan perhatian semua orang yang sibuk tadi. Tentunya mereka bertanya-tanya siapakah gerangan yang datang melayat ? Tentulah mereka yakin bahwa yang datang itu bukan orang biasa. Mengingat harga mobil tersebut yang bisa membuat semua orang geleng-geleng kepala...
"Kita sudah sampai tuan, nyonya"
Ujar Roy yang berhasil membuat Anna dan Bryan yang sedari tadi melamun kembali tersadar dan bergegas turun.Semua orang disekitarnya menunggu siapa yang akan turun dari mobil mewah tersebut.....
Jenggggg...... jeng.......
Bryan pertama turun dari mobil membuat semua orang bertanya-tanya karena tidak mengenal lelaki tampan tersebut dan sebagian yang merupakan keluarga wijaya juga heran karena tidak tahu bahwa mereka mempunyai keluarga seorang bule.
" itu siapa ya..?"
"Iya, aku juga tidak tahu, tapi seingatku keluarga pak Wijaya tidak punya kerabat orang luar. Jadi siapa sih dia? Jangan-jangan dia kesasar atau bahkan salah alamat". Pendapat salah seorang warga disana.Bryan yang mendengar hal itu hanya tersenyum tipis, ralat.. sangattttt tipis
(Ealah, orang si Bryan orangnya kaku + cool aslinya). Ia kemudian membuka pintu belakang dan mempersilahkan sang istri keluar beserta ketiga anaknya.Anna melangkahkan kakinya turun dari mobil dengan wajar datar. Tapi percayalah itu hanya topeng menutupi suasana hatinya saat ini. Disampingnya ada sang suami yang dengan setia memegang tangannya yang sedari tadi berkeringat dan mengepal. Sedangkan Al berdiri di belakang memegang kudua tangan adiknya masing-masing di sebelah kiri dan kanan, dan jangan lupakan wajahnya yang super datar itu. Jika boleh jujur, ini adalah hal yang sangat Al hindari, bertemu dengan keluarga ibunya yang tega berbuat seperti itu kepada ibunya..
Anna kemuadian berjalan beberapa langkah dan menatap sekeliling rumah yang ia tinggalkan selama 17 tahun ini. Ia memejamkan mata mencoba mengusir semua kemungkinan buruk yang ada di fikirannya saat ini.
"Sudah sangat banyak yang berubah" gumannya pelan, tetapi masih bisa di dengar oleh sang suami.
"Tentulah 17 tahun bukan waktu yang singkat untuk suatu perubahan sayang." Balas suaminya.
Anna hanya menganggukkan kepalanya pelan dan tersenyum tipis.Sementara itu.
"Ehh, bukankah itu si Anne yang datang.?" Tanya seorang ibu sudah cukup tua.
Iya.. itu si Anne. Dia itu yang tidak pernah pulang selama 17 tahun itu kan, huft, untuk apa dia pulang sekarang. Tidak ada gunanya, ayahnya sudah meninggal.
"Apakah dia itu keluarganya pak Wijaya? Aku tidak pernah melihatnya selama ini" kata seorang perempuan yang kelihatan masih muda.
"Dia itu anaknya pak Wijaya, anak pertamanya dengan ibu Gracia, kalau si Intan itu anaknya dengan isteri pertamanya yang meninggal dunia. Dan si Anne juga sudah tidak pulang selama 17 tahun ini, dia pergi tepat sehari setelah si Intan menikah. Alasannya kita tidak ada yang tau. Pak Wijaya selalu diam tentang hal yang menyangkut si Anne." Kata ibu Tuti tetangga Anne yang cukup dekat dengan keluarga Wijaya.
"Ahhh, sudahlah kita lanjutkan pekerjaan kita, dan biarlah itu menjadi urusan mereka, kita tidak berhak ikut campur" tegur seorang ibu yang bernama ibu Nur.Al mengepalkan tangannya mendengar obrolan ibu-ibu yang jaraknya tidak terlalu jauh darinya. Sungguh ia tidak suka jika orang-orang membahas ibunya tanpa tahu fakta yang sebenarnya. Kemudian ia melanjutkan jalannya menyusul mom dan daddynya sambil menggandeng kedua adeknya.
Al memang mengerti Bahasa Indonesia begitu pula dengan kedua adeknya, karna itu adalah ajaran sang ibunda untuk tidak melupakan bahasa asli neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI SEHABIS HUJAN (Revisi)
Romanzi rosa / ChickLitApakah yang pertama anda fikirkan saat melihat pelangi? Keindahan warnanya. Ya itu mungkin yang dipikirkan oleh sebagian besar orang. Tapi pernah kah anda bertanya, bagaimana kah pelangi itu bisa terbentuk? Sesuatu yang indah, tidak pernah dihasilk...