15. Ada Apa?

2.7K 131 0
                                        

Gak selamanya jatuh cinta itu sakit. Asal jatuhnya ditempat yang tepat..
Maka kau akan merasakan apa artinya kebahagiaan..

-Gaska Gerald Agara

Satu lagi kesibukan anggota OSIS adalah rapat utama disetiap hari selasa. Sebenarnya ini adalah rencana Gaska agar anggota OSIS tidak terlalu sibuk jika ada acara sekolah.

Hari ini ,setelah rapat selesai Gaska dan teman-temannya langsung menuju kantin karena memang sudah jam istirahat ke dua.

Dikoridor menuju kantin, dari kejauhan tampak Asela yang baru saja keluar dari area kantin. Berjalan beriringan bersama Desla.

Berpas-pasan dengan Gaska, Arnan dan Kenan bukannya menyapa, Asela malah terlihat mengabaikan mereka bertiga seolah-olah tidak ada seorangpun yang ia lewati.

"Lah? kenapa tuh pendingin ruangan? kesambet?" tanya Kenan haran melihat Asela yang berjalan begitu saja melewati Gaska yang sangat digilai nya.

"Hooh, kesambet apaan tuh Ase? tumben gak negur lo?" tanya Arnan pada Gaska yang terus berjalan tanpa merespon apapun.

"Biarin aja sih, entar juga balik lagi." ucap mengambil posisi duduk dimeja bagian tengah diikuti Arnan dan Kenan.

"Iya juga sih ,eh tapi kalo dia marah sama lo gimana?" tanya Arnan kemudian.

Gaska mengernyitkan dahinya bingung harus merespon apa, "Yaudah lagian gue salah apa?" tanyanya.

"Emang kalo Asela marah, apa masalahnya sama gue?"  batin Gaska, kalau memang sudah dilahirkan sebagai hati batu yang tidak pernah peka. Maka begitulah Gaska seterusnya hingga ada yang mampu merubah.

"Ck bego, emang lo beneran gak ada perasaan sama Asela? gue liat kayaknya lo mulai suka deh sama tuh cewek, iyakan?" tanya Arnan lagi.

Sedangkan Kenan sedang sibuk memesan makanan untuk mereka bertiga.

"Gak ada." jawab Gaska santai, bahkan terlalu santai dengan garis wajah datar dan tenang.

Arnan dan Kenan yang mendengar hal itu hanya bisa menghela napas pasrah akan sahabatnya yang satu ini.

Bahas masalah perasaan dengan Gaska itu sama saja dengan tersesat didalam labirin matematika. Dimana kita harus mmencari rumus yang tepat untuk dapat keluar dari labirin tersebut.

*****

"Lo ada masalah sama Gaska? tumben gak nyapa kayak biasa?" tanya Desla ketika sampai didalam kelas.

Asela yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, membuat Desla semakin tak mengerti dengan pikiran aneh temannya ini.

"Terus kenapa?"

"Gue lagi berusaha jauhin Gaska." ucap Asela seadanya sambil memakan biskuit coklat yang baru saja dibelinya dikantin tadi.

"Kenapa?" tanya Desla lagi.

"Daritadi kenapa mulu perasaan?!"

Desla menghela napas nya kasar, selalu harus ekstra sabar jika sedang berbicara dengan Asela.

"Alasannya?" tanya Desla mengubah pertanyaan sebelumnya.

"Ya setiap hari gue ngerasa seneng bisa dekat sama Gaska, becanda bareng sampe gue baper sama dia. Tapi kemarin, waktu dia bilang dia cuma becanda gue gak tau kenapa dada gue tiba-tiba sesak. Gue ngerasa sakit hati dan gue rasa gue cuma dipermainin doang sama dia." jelas Asela panjang lebar menceritakan apa yang dirasakan oleh hatinya.

"Makanya gue berpikir buat ngejauh dari Gaska dan gue pengen liat reaksi dia saat dia tau gue gak suka lagi sama dia." ucap Asela kemudian.

Desla yang mendangar cerita Asela kini turut prihatin terhadap Asela, menepuk pelan pundak Asela mencoba memberikan semangat kepada temannya itu.

"Lo beneran suka sama Gaska?" tanya Desla dan diangguki Asela sebagai jawaban. Kini Desla menganguk paham akan apa yang dirasakan Asela saat ini.


"Des, gue ke toilet dulu ya. Kebelet pipis nih abis curhat." ucap Asela langsung berlari menuju toilet.

Desla hanya menggelengkan kepalanya saja melihat temannya itu.

Bugh

Asela berlari terburu-buru menuju toilet hingga tak sadar bahwa ada orang didepan dan menabrak orang itu hingga Asela terjatuh dilorong kelas sebelas.

"Aduh... woi kalo jalan pake mat--a.." ucap Asela semakin pelan diujung kalimatnya setelah mengetahui siapa yang ditabraknya barusan.

"Dih, lo yang nabrak lo yang ngomel." ucap Gaska kemudian mengulurkan tanggan berniat membantu Asela berdiri.

Tapi tanpa dikira Asela malah mengabaikan Gaska untuk kedua kalinya, Asela berdiri dan segera berlari meninggalkan Gaska yang terdiam ditempat.

Tanpa banyak kata Gaska langsung mencekal satu tangan Asela hingga Asela tertahan untuk pergi dari sana.

"Lo kenapa?" tanya Gaska.

"Gapapa." jawab Asela singkat, kini menatap lekat kepada Gaska yang juga sedang menatapnya.

"Lo jauhin gue? lo marah sama gue karena candaan gue waktu itu? Sel sorry banget tapi waktu itu gue cuma becanda." ucap Gaska panjang lebar memberi penjelasan kepada Asela.

"Apaan sih?" tanya Asela pura-pura tak mengerti dengan apa yang dikatakan Gaska sambil sesekali melirik siswa/siswi lain yang memandangi mereka dengan sorot penasaran.

"Sel gue minta maaf. Atau lo lagi PMS ya makanya begini?" ucap Gaska sekali lagi.

"Gue gak marah kok, gue ngerti kalo lo emang orang nya enjoyble banget ,lo gak salah.. cuma gue aja yang kebaperan."

Setelah mengucapakan itu Asela kini benar-benar pergi dari hadapan Gaska berlari menuju toilet sebagai tujuan pertamannya meninggalkan Gaska yang hanya diam menatap kepergian Asela.

"Kenapa gue jadi peduli gini sih sama tuh cewek?" batin Gaska. Lelah dengan pikirannya sendiri Gaska mengacak rambutnya frustasi kemudian berjalan kembali kekelasnya.


Disisi lain, Asela kini menatap dirinya sendiri didepan cermin besar yang ada ditoilet tersebut. "Lo harus tahan perasaan lo buat negur Gaska!"

"Iya Asela pasti bisa!" ucapnya meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang ia lakukan sekarang adalah hal yang benar.











Jangan lupa vote :)

GASKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang