45. Perdebatan Kecil.

1.9K 87 0
                                    

Hubungan tanpa perselisihan,ibaratnya seperi masak tanpa garam,hambar.

Asela Natasya Adijaya

Gaska sudah duduk manis diruang tamu rumah Asela,sambil melirik jam tangannya Gaska menghela napas lelah.

Gaska sedang menunggu Asela bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya,jam telah menunjukan pukul 07.20 dan itu arti mereka akan terlambat kesekolah.

Memang tidak ada pelajaran seperti biasanya,karena setelah UAS hanya akan ada classmeeting disekolah.

Tidak masalah jika terlambat untuk Asela tapi untuk Gaska,terlambat adalah hal yang sangat buruk. Pasalnya ia sudah punya janji akan tanding basket melawan anak kelas X hari ini.

Tapi Asela sama sekali tidak ingin mengerti,bahkan gadis itu berniat untuk tidak kesekolah saja.

Cukup lama menunggu,Gaska berdiri dari duduknya dan naik kelantai atas,mengetuk pintu kamar Asela yang masih tertutup rapat.

"Asela ! cepetan dikit,telat nih !" seru Gaska sedikit kesal.

"Iya bentar lagi,classmeet juga !" balas Asela berseru dari dalam kamar.

Gaska mengendus mendengar ucapan Asela. Sekitar satu menit kemudian,Asela keluar dari kamar masih dengan handuk diatas kepalnya,namun telah rapi dengan seragam olahraga dam bedak tipis diwajah.

"Ck,itu handuk mau dibawa ke sekolah ?" tanya Gaska kesal.

Asela melirik kepalanya,"Oh iya,lupa,tunggu bentar lagi ya." ujar Asela hendak masuk kedalam kamarnya lagi.

Tapi tangan Gaska lebih cepat menahan gadis itu. "Gak usah,biar aku aja." ujar Gaska.

Menyeret Asela kemeja rias gadis itu,dan menyisir rambut Asela dengan cepat.

"Gini doang lama amat sih." ucap Gaska lagi.

Kemudian meraih ponsel dan sling bag Asela diatas kasur,dan langsung membawa gadis itu untuk segera berangkat ke sekolah.

"Tante,pamit ke sekolah dulu ya." pamit Gaska pada Anita,mamanya Asela yang sedang mengerjakan sesuatu didapur.

"Eh,Asela nya belum sarapan Gaska." sahut Anita pada Gaska.

"Gapapa tante,nanti Gaska yang kasih makan,Asela nya." ucap Gaska kemudian masuk kedalam mobil diikuti oleh Asela.

"Asela pergi dulu ya Ma." pamit Asela pada mamanya.

Sedangkan Anita,hanya mengangguk membiarkan. Lagi pula,anak gadis nya akan baik-baik saja selama dengan Gaska,pikirnya.

"Gaska buru-buru banget sih,tuh rambut aku jelek jadinya." adu Asela atas perbuatan Gaska pada rambutnya.

"Siapa suruh lama,kita udah telat,Sel." balas Gaska.

"Ih,kan gak ngapa-ngapain juga disekolah."

"Kamu mah gapapa,aku kan,ada tanding basket."

"Ck,ntar juga kalo gak menang,ya kalah." kata Asela membuat Gaska semakin kesal.

"Ya iyalah ogeb,kalo gak anatara dua itu,emang apa lagi ?!" kesal Gaska.

Oh ayolah,Gaska sudah lama menunggu hingga terlambat dan kini dibuat kesal oleh Asela.

"Kamu ngatain aku bego ?!"

"Nggak." balas Gaska cuek.

"Iya,itu tadi kamu bilang ogeb."

"Tau."

"Gaska nyebelin banget sih !!" pekik Asela,kesal pada Gaska.

Hanya karena terlmbat tanding basket,Gaska tega mengatainya bego. Huh,separah itukah ?

"Kamu yang nyebelin." balas Gaska tak mau kalah.

"Kok aku ? jelas-jelas kamu,ngatain aku bego juga." ucap Asela tak terima.

Semakin mancing perdebatan ditengan jalanan yang padat dan macet yang tak ada habisnya.

"Sadar diri Sel,kamu yang nyebelin,aku udah nungguin kamu dan sekarang kita--ngak,aku,aku yang telat." ucap Gaska.

"Oh,yaudah." balas Asela mengakhiri perdebatan tersebut.

Entah kenapa,kalimat yang dilontarkan Gaska padanya membuat Asela sedikit sakit hati.

Ya,hanya sedikit,karena yang dikatakan Gaska ada benarnya juga. Tapi,dari awal Asela sudah mengatakan bahwa ia tidak ingin berangkat ke sekolah karena sudah kesiangan.

Tapi Gaska,tetap memaksa ingin menunggu walau Asela sudah menyuruh Gaska untuk pergi duluan.

Tidak sepenuhnya salah Asela juga,ego masing-masing memang lebih tinggi.

Sesampainya diparkiran,mereka berdua langsung turun tanpa mengatakan sepatah katapun.

Berbeda dari biasanya,hari ini tidak ada rangkulan taupun genggaman tangan yang terlihat dari mereka. Hanya berjalan masing-masing tujuan walaupun tetap beriringan.

Gaska yang bungkam langsung masuk ke kelasnya tanpa mengantarkan Asela ke kelas gadis itu terlebih dahulu. Dan hal tersebut berhasil menarik perhatian.

Dalam kelas,terlihat sangat sepi,hanya ada beberapa orang saja sedang duduk disana. Karena sudah jelas,pertandingan basket sudah mulai dan sebagian besar dari mereka pasti lebih memilih menonton pertandingan tersebut dari pada duduk dikelas yang membosankan.

Gaska menaruh tas nya dan langsung keluar lagi untuk menemui Asela.

Gadis itu hanya duduk sambil bermain ponsel dubangkunya,tanpa mau memperhtikan suasana sekitar yang sangat sepi.

"Asela." panggil Gaska.

Asela mendongak,"Apa ?" tanyanya.

"Ayo ke kantin."

"Ngapain,kamu gak ke lapangan ?" tanya Asela heran.

"Gak,udah telat,Kenan yang gantiin."

Sebelumnya Kenan sudah mengatakan pada Gaska,jika cowoj itu terlambat maka Kenan yang akan menggantikan.

"Oh."

"Dih,ayo ke kantin,mau makan gak ?"

"Nggak ah,ngambek."

"Kok jadi kamu yang ngambek,harus nya aku dong,gara-gara kamu aku jadi gak ikut tanding." kata Gaska sengit.

"Aku kan udah bilang kalo aku gak mau sekolah,kenapa maksa ? terus tadi kamu ngatain aku bego." balas Asela tak kalah sengit.

Gaska menghela napas nya lelah,kalau seperti ini,Asela tidak akan ingin mengalah.

"Oke,aku minta maaf soal itu."

"Kamu dimaafkan." ucap Asela dengan senyum manisnya.

"Ayo,aku mau makan." lanjut Asela lagi.

Kini keduanya kembali berjalan beriringan menuju kantin,dengan genggaman tangan yang saling bertaut membuat yang melihat kembali bingung.

Selalu saja seperti itu,setelah cekcok sedikit,mereka akan kembali baikan seperti biasa.




-5 part Ending
Kayak bocah memang,
Mentingin ego masing-masing.
Jangan lupa vote dan komen

GASKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang