Asela kini sedang sibuk dengan novel-novel yang ada ditangannya, memilah-milah novel mana yang akan dia beli kali ini. Sedangkan Gaska berada di rak buku paling ujung, bagian buku Detik-Detik UN.
Mengingat sebentar lagi mereka akan melaksanakan Ujian Nasional maka persiapan itu harus dilakukan mulai dari sekarang.
"Gaska!" seruan Asela mulai terdengar ditelinga Gaska. Terasa bahwa cewek itu sedang berjalan kearahnya.
"Apa sayang?" kata Gaska tanpa melirik sedikitpun. Pemuda itu terlalu fokus pada buku Express Fisika nya.
Asela cemberut, "Liat nih! aku bingung mau beli yang mana." katanya menunjukan dua novel pada Gaska walaupun cowok itu tak melihat kearahnya. "Yang ini ceritanya tentang cinta dan sahabat, yang satu lagi tentang cinta segitiga." sambung Asela lagi.
"Yang menurut kamu bagus aja, Sel." kata Gaska merespon.
"Ih Gaska! liat dulu dong apa yang Asela tunjukin!" ucap Asela lagi, lihbuat Gaska kini menoleh, mengakan wajah dari buku Express nya.
Gadis ini berisiknya gak hilang-hilang.
Gaska menyerngit melihat dua novel yang ditunjukan oleh pacarnya itu, "Kenapa harus pilih cinta yang rumit sih?" tanya cowok itu tapi tak urung Gaska menunjuk novel yang menurutnya paling menarik, "Ini." katanya kemudian sibuk lagi pada rak buku didepannya.
Asela mengangguk lalu berbalik ke rak buku novel untuk mengembalikan novel yang tidak jadi dia beli. Kemudian gadis itu kembali lagi ketempat Gaska berada.
"Kamu buku Biologi kan?" tanya Gaska pada Asela menunjukan buku UN Biologi ditangannya.
"Fisika aja deh, biar sama kayak kamu." jawab Asela.
Gaska mengerutkan dahi, "Loh kok ikut-ikut aku sih? kamu kan mau jadi dokter masa pilih Fisika?"
Bibir Asela mengerucut kesal mengingat hal itu. Bukan, bukan karena Asela tidak ingin menjadi dokter. Tapi jika nanti dia kuliah kedokteran otomatis dia akan berpisah dan jangan bertemu dengan Gaska.
"Ya abisnya itu buku tebel banget?" kata Asela melanturkan apa yang bukan dipikirannya.
Gaska terkekeh, "Gapapa dong, berarti kamu belajarnya harus giat biar jadi dokter." katanya menyemangati.
Asela memgangguk saja, "Yaudah ayo pulang, aku laper." ujarnya mulai melangkah dengan satu novel bercover biru di tangan. Sedangkan Gaska membawa dua tumpuk buku Fisika dan buku Biologi ditangannya segera mengikuti langkah Asela menuju kasih.
Diperjalanan pulang kedua hanya diam mendengarkan lagu dari Tap mobil. Karena Asela tidak bicara maka Gaska juga tidak ingin angkat suara. Hari ini Asela sedang kedatangan tamu, jadi Gaska tidak ingin membuat cewek sensitif itu tersenggol sedikit saja mood nya.
"Emang Gaska harus ambil fisika ya?" tanya Asela akhirnya mengeluarkan suara menoleh pada Gaska yang sedang menyetir.
Padahal dulu Asela ingin Gaska juga jadi dokter sama denganya agar bisa kuliah dan bekerja ditempat yang sama. Tapi ternyata harapannya tak terjadi seperti yang dibayangkan, Gaska akan mengambil kuliah jurusan arsitek di Bandung selama 4 tahun. Sedangkan Asela akan mengambil kuliah kedokteran di Jakarta.
Oh ayolah, 4 tahun bukan lah waktu yang sebentar.
Gaska mengangguk, "Iya dong, aku kan mau jadi arsitek."
"Berarti kita bakal pisah lama dong?" Asela menunduk, takut menatap Gaska yang kini menoleh padanya, tapi tak lama lalu cowok itu fokus lagi pada jalanan.
Enak ya jadi jalanan, difokusin sama Gaska.
"Empat tahun doang kok, intinya jangan putus kontak. Kamu juga kan mau kuliah dokter." ujar Gaska mencoba memberi pengertian. Gaska juga sedih meninggalkan Asela. Cewek itu masih sering ceroboh kadang pelupa jika tidak diingatkan.
"Tapi kan aku cuma 3 tahun. Berarti aku nunggu kami setahun dong."
"Semangat dong nunggu aku nya, masih bandung kok. Gak jadi ke London aku nya."
Asela diam saja, lalu tak lama berdecak kesal sendiri dengan wajah sedih. Sedangkan Gaska yang melirik itu jadi tak tega juga. Tapi mau gimana lagi, pendidikan adalah yang terpenting.
"Kan aku kuliah biar bisa bikin istana buat kamu." kata Gaska memberi semangat buat gadis itu.
"Kok buat aku sih?"
Gaska menyerngit mendengar protes dari Asela, cowok itu menoleh kemudian kaget tiba-tiba gadis disampingnya ini sudah mengeluarkan air mata. "Loh kok nangis? beneran aku bikin istana buat kamu nanti."
Asela mengusap air matanya yang entah kenapa bisa keluar sendiri, "Bukan buat aku, tapi buat kita! kamu mau tinggalin aku sendirian emangnya?!" kesal cewek itu.
"Astagfirullah Sel, bukan gitu." ucap Gaska jadi bingung sendiri. "Sini deket-deket sama aku." katanya menarik tangan kanan Asela agar mendekat padanya.
Tapi Asela berontak, "Gak! aku tau ya kamu mau ninggalin aku. Kemaren pas putus aja kamu udah deket sama adik kelas yang namanya Reta-Reta itu."
"Aretha, Sel."
"Tuh kan! kamu jadi belain dia! terus kenapa harus ngajak aku balikan sih?!"
Ya, dua minggu setelah kenaikan kelas mereka berdua sempat putus karena sifat keras kepalanya Asela dan sikap Gaska yang mendadak tak bisa sabar menghadapi hal itu.
Tapi seminggu setelahnya mereka balikan lagi dengan alasan rindu. Ya, cuma satu kata. Rindu. Maka Asela dan Gaska tak perlu kata apapun lagi.
Gaska berdecak kesal, dengan terpaksa menepikan mobilnya dipinggir jalan. Cowok itu mengusap air mata Asela perlahan, "Gak gitu kok, kamu PMS gini banget ya." ujarnya meraih tubuh Asela dan dipeluk nya pelan, takut-takut jika gadis itu masih ingin mengamuk.
Asela mengusap air matanya sekali lagi, lalu mengangguk, "Makanya jangan bikin sensian, pake bela adik kelas itu lagi." katanya, sedangkan Gaska mengangguk saja mengiyakan.
"Udah jangan ngamuk lagi kita pulang sekarang, kamu laper kan?" kata Gaska melepas pelukannya pada Asela, kembali melanjutkan perjalanan pulang.
"Gak ngamuk gimana, aku tuh lagi berjuang. Tau gak?!"
Gaska menyerngit mulai tak sabar, "Berjuang apa nya? aku yang berjuang. Kamu tuh bawel nya minta ampun tau gak?"
"Aku tuh lagi berjuang nahan sakit perut aku buat temenin kamu ke toko buku ya, Gaska."
"Siapa suruh gak bilang kalo lagi dapet?"
"Ngeselin banget sih!"
"Kamu yang ngeselin, pake nangis segala."
"Ya aku kan sedih mau pisah sama kamu, emang nya kamu tuh gak sedih sama sekali! ih iya aku tau kok kan mau ke bandung ya gapapa ninggalin Asela disana juga banyak cewek cantik." omel Asela panjang lebar buat Gaska jadi tambah kesal.
Tapi cowok itu diam saja, tak menyahut lagi. Melawan gadis yang sedang jadi macan memang sulit.
Asela mendengus, "Kan diem, benerkan kamu mau cari cewek cantik disana?!"
Gaska berdecak tak ingin menjawab tapi malah menyeletuk pelan, "Mending cari di London."
"GAAASSKKKAAA!"
QUESTION : KALO GASKA DIJADIKAN NOVEL, ADA YANG MAU BELI GAK?
#SERIUS NANYA.. PLEASE KOMEN BUAT INI.
YUUUUHHHHUUUUUU
Aduh mereka berantem mulu kerjanya
Ayo komentar yang banyak biar BONUS CHAPTER INI TERUS BERLANJUT SETIAP MINGGU NYAAAAA
Kalo banyak komen bakal aku update lagi bonchap minggu depan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
GASKA ✓
Aléatoire‼️‼️‼️‼️‼️ INI MASIH DALAM TAHAP REVISI TANPA UNPUBLISH. JADI MAAF BANGET KALO ALUR AWAL SAMA PERTENGAHAN SAMPAI AKHIR GAK NYAMBUNG GITU. ‼️‼️‼️‼️‼️ Gaska gak pernah ketemu cewek kayak Asela sebelumnya. Cewek pecicilan yang ngejar-ngejar cowok tanpa...