Seorang dokter membersihkan luka di pergelangan kaki Ariska yang robek dengan menggunakan alkohol.
"Dok, apa kaki saya diamputasi?" tanya Ariska
"Tentu saja tidak. Memang lukanya agak sedikit dalam, tapi tidak harus sampai diamputasi. Lukanya hanya perlu dijahit saja."
Bersama dengan para suster, dokter itu menyuntikkan lidokain 1% ke daerah di sekitar pergelangan kaki Ariska. Ariska meringis sedikit kesakitan. Menunggu lidokain bereaksi, dokterpun segera menyiapkan nalpoeder, jarum, dan benang untuk menjahit pergelangan kaki Ariska yang robek. Setelah semua alat selesai disiapkan, dokterpun segera menjahit kaki Ariska. Ariska sama sekali tak berani melihat kakinya sendiri.
Ariska memejamkan matanya. "Tenang, ini tidak sakit." kata dokter menenangkan Ariska. Tapi, Ariska masih saja takut. Dokter menusuk kaki Ariska dengan jarum yang dipegangnya secara perlahan. Menjahit perlahan-lahan luka Ariska agar tidak menganga. Setelah berhasil menjahit kaki Ariska, dokter itu membersihkan luka itu dengan obat merah. Setelah luka Ariska benar-benar bersih, dokter itu menutup luka Ariska dengan kasa lalu merekatkannya dengan plester.
"Sudah selesai.."
Ariska membuka kedua matanya kembali. "Oh, sudah selesai ya?"
"Saya sarankan anda rawat inap saja."
"Nggak dok. Saya rawat jalan saja."
"Tapi, luka anda masih basah. Saya takut jika anda rawat jalan, jahitannya akan lepas lagi. Dan itu berbahaya."
"Nggak kenapa dok.. Saya bisa jaga diri saya."
Di lain sisi, Adit telah sampai di rumah sakit tempat Ariska dirawat. Wajahnya amat panik begitu mengetahui Ariska kecelakaan. Matanya teramat gelisah. Ia benar-benar tak tenang!
Adit segera masuk ke dalam rumah sakit itu. Ia langsung bertanya dimana Ariska saat ini pada seorang suster.
"Sus... ee,, saya ingin tau korban kecelakaan yang baru masuk. Kecelakaannya di daerah Cengkareng.." tanya Adit dengan ekspresi gawat
"Oh, pasien sekarang berada di ruang UGD. Adek lurus saja, nanti belok kanan. Di sana ada tulisan UGD."
"Terima kasih sus.."
"Sama-sama."
Adit langsung berlari menuju UGD. Ia begitu cemas terhadap Ariska. Ia merasa bersalah sebab setelah bertengkar dengan dirinya, Ariska mendapatkan musibah seperti. Jika saja Adit tak berbohong pada Ariska. Jika saja tadi ia tidak bertengkar. Mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi! Ia sengguh menyesal!
Adit telah tiba di Ruang UGD. Ia melihat Ariska tengah berbaring. Ia segera mendekati Ariska lalu memeluk Ariska erat. Ia menangis di pelukan Ariska. Begitupula Ariska.
"Ris, maafin aku.. Gara-gara aku kamu jadi kayak gini."
"Nggak Dit, jangan minta maaf! Seharusnya aku yang minta maaf."
"Nggak.. Nggak! Ini bukansalah kamu Ris! ini salah aku.."
"Nggak Dit, ini bukan sepenuhnya salah kamu. Aku sadar Dit. Aku sudah meragukan cinta kamu. Padahal aku tahu kamu itu cinta banget sama aku. Buktinya, kamu tidak akan mungkin mau menjalin hubungan ini selama 6 tahun sama aku. Aku salah.. Aku salah Dit.. Maafin aku! Aku nggak akan pernah curiga atau meragukan cinta kamu lagi. Karena aku tau, cinta kamu cuma buat aku!"
"Terima kasih Ris, kamu udah mau percaya sama aku. Aku nggak akan nyia-nyiain kepercayaan kamu kali ini!"
Adit terus memeluk Ariska dengan penuh rasa sayang. Ia begitu menyanyangi wanita yang ada di hadapannya saat ini. Ia tak ingin melihat wanita ini sengsara. Adit bertekad akan membahagiakan Ariska. Ia bertekad untuk tidak akan membuat Ariska mengeluarkan setetes air matanya lagi! Ia bersumpah untuk itu.
Tiba-tiba, suara handphone Adit berbunyi. Adit melepaskan pelukannya pada Ariska. Ia mengambil handphonenya yang berdering di saku celananya lalu melihat siapa yang menelpon. Ternyata, ia tak mengenal nomor itu.
"Siapa itu Dit?" tanya Ariska
Adit hanya menggeleng-gelengkan kepala. Ia menatap Ariska yang bertanya dengan polosnya. Adit ragu apakah ia akan menjawab panggilan itu?
Apakah Adit akan mengangkat handphonenya? Siapakah yang menelpon Adit? Temukan jawabannya di CINTA DAN BENCI eps 14!!
-----BERSAMBUNG-----
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI [COMPLETED]
RomanceSinta menyukai Adit yang ternyata sudah memiliki kekasih.