EPISODE 73

171 2 0
                                    

Ariska terus berlari ke tengah laut. Tak peduli air laut sudah sampai di batas lehernya. Ia tetap berlari. Ia terus berlari tanpa menengok ke belakang. Ternyata dari belakang Adit mengejarnya.

"Ariska!! Ariska berhenti!!!! Kamu nggak bisa berenang! Kenapa kamu nekad??"

Ariska tak mendengarkan teriakan Adit. Ia terus berlari sambil menangis. Hatinya sudah hancur!! Ia tak ingin hidup lagi!! Bahkan ia tak dapat melewati 7 tahun kebersamaan Adit dan dirinya dengan bahagia..

Adit terus mengejarnya. Ia semakin panik lagi ketika melihat kepala Ariska sudah tidak terlihat lagi di permukaan!! Ia takut jika Ariska tenggelam!

"Ris!! Ariska!!!!!!" teriak Adit

Adit memutuskan untuk berenang ke dalam laut untuk mencari Ariska. Ternyata ia menemukan tubuh Ariska diombang-ambingkan oleh air laut. Melihat itu, Adit menarik tubuh Ariska. Ia memegang tangan Ariska dan kembali ke pantai.

Di pantai, Adit membaringkan tubuh Ariska. Ariska sudah tak sadarkan diri. Adit begitu panik.

"Ris.. Ayo bertahan!! Kamu harus bertahan! Kamu nggak boleh mati Ris!!"

Adit menekan-nekan dada Ariska agar air laut yang masuk ke dalam tubuhnya keluar. Tak hanya itu, Adit juga melakukan nafas buatan pada Ariska. Namun Ariska tak kunjung sadarkan diri.

"Ris!! Ayo bangun!!!! Kamu kuat Ris! Kamu bisa lewati ini!!!!"

Adit kembali menekan dada Ariska. Akhirnya air laut yang ada dalam tubuh Ariska keluar. Ariska sadar sambil terbatuk-batuk.

"Ariska.. Ariska syukurlah kamu sadar."

Ariska menangis. Ia mendorong tubuh Adit.

"Kenapa menolong aku?"

"Ris.."

"Harusnya kamu biarin aku tenggelem di laut! Kenapa kamu tolong aku?? Kamu putusin aku, sama aja kamu udah bunuh aku Dit!!!"

Adit memeluk tubuh Ariska yang menggigil kedinginan.

"Mana boleh kamu mati begitu saja? Bagaimanapun juga kamu yang udah pernah mengisi hati aku selama 6 tahun Ris. Kamu yang sudah membat aku tersenyum. Mana bisa aku membiarkan kamu mati di depan aku?"

Ariska kembali mendorong tubuh Adit hingga Adit jatuh ke atas pasir yang halus. "Kalau masih bisa berpikir seperti itu, kenapa mau putus denganku? Kenapa Dit? Kamu selalu hancurin hati aku.. Kamu nggak tau gimana sulitnya aku untuk merangkai kembali hati aku yang sudah hancur karena sikap kamu itu! Kamu nggak tau gimana susahnya..."

"Ris, maafin aku. Aku bukanlah cowok yang baik buat kamu."

"Aku lebih baik mati Dit!!!!!"

"Ris, kenapa mau bunuh diri demi orang brengsek kayak aku Ris? Kamu nggak layak ngelakuin itu!! Aku nggak layak kamu cintai Ris! Aku cowok paling brengsek Ris.."

Ariska membelai wajah Adit.

"Adit... Aku cinta banget sama kamu."

Ariska memeluk tubuh Adit. Nafasnya terngeh-engah. Ia begitu merana. Mungkin ini saatnya ia melepas Adit. Ya...

"Dit, kalau kamu mau pisah sama aku, aku akan ngelakuin itu."

"Ris?"

"Tapi sebelum kita berpisah, aku ada satu permintaan.."

"Apa itu Ris?"

Ariska melirik jam tangan yang ia kenakan. Ternyata jam tangan itu rusak. Jarum jamnya berhenti di angka 11.

"Dit.. Aku butuh waktu satu jam saja Dit. Aku ingin sama kamu satu jam saja... Karena setelah satu jam ini, kita resmi jadian selama 7 tahun. Tolong Dit, supaya aku bisa merasa beruntung karena bisa memiliki hati kamu selama 7 tahun. Aku cuma mau itu Dit.."

"Ris..."

"Aku perlu satu jam. Satu jam itu sudah cukup bagi aku untuk menghapus semuanya! Aku mau mengingat semua yang pernah kita lalui bersama.. Aku mohon, aku ingin ngerasain kalau rasa cinta itu pernah ada diantara kita.. Berikan aku waktu satu jam saja."

"Ya Ris.. Itu pasti!"

Ariska mendekap tubuh Adit lebih dekat lagi. Ia memeluk Adit begitu erat. Ia sungguh tak ingin melepas pelukan ini! Ia tahu mungkin esok ia sudah tak mungkin memeluk Adit seerat ini..

"Dit, kamu inget waktu kita pergi camping ke Bali? Sewaktu kita di Tanah Lot? Kamu masih menyimpan foto kita kan? Saat itu sunset.. Dan kita berfoto di dekat pura itu.."

"Iya Ris."

"Juga saat kita nonton film 3 dimensi di Gelanggang Samudra? Waktu kamu pegang tangan aku.. Aku ngerasa bahagia sekali Dit..."

Ariska meletakkan kepalanya bersandar di bahu Adit. Ia mengelus dada Adit perlahan. Hatinya menangis. Adit.. Kenapa akhirnya jadi seperti ini? Ternyata pengorbanan aku selama 6 tahun itu sia-sia di mata kamu.. Andai saja luka yang ada di hati ini adalah luka kamu. Kamu akan tahu bagaimana rasanya.. Ditinggal oleh orang yang paling kamu cintai..

Satu jam ini, tak akan aku sia-sia kan. Aku akan ada di samping kamu. Membelai kamu dengan kehangatan. Sebab esok aku takkan bisa lagi membelai kamu seperti ini.. Perlahan-lahan, Ariska mulai menutup matanya di bahu Adit. Ia lelah dan tertidur..

Jangan berakhir, aku tak ingin berakhir..

Satu jam saja, ku ingin diam berdua mengenang yang pernah ada..

Jangan berakhir, karena esok takkan lagi..

Satu jam saja, hingga ku rasa bahagia mengakhiri segalanya..

Namun kini tak mungkin lagi..

Katamu semua sudah tak berarti..

Satu jam saja, itu pun tak mungkin, tak mungkin lagi..

Jangan berakhir, kuingin sebentar lagi..

Satu jam saja, Izinkan aku merasa rasa itu pernah ada..

Waktu sudah menujukkan pukul 12 lewat. 5 Juni 2011. 7 tahun sudah Ariska dan Adit menjalin kasih. Ini mungkin sudah cukup, pikir Adit. Ia sudah menepati permintaan Ariska. Mungkin ini saatnya Adit pergi. Ia meletakkan kepala Ariska di pasir. Ia ingin segera pergi mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa ke Australia.

Ketika Adit hendak pergi, Ariska memegang tangan Adit. Namun Adit sama sekali tidak bergeming. Ia tetap pada pendiriannya! Akan pergi ke Australia dan meninggalkan Ariska! Perlahan-lahan, tangan Ariska dan Adit saling melepas. Ya, ini adalah akhirnya... Akhirnya yang menyedihkan.. Akhir yang begitu tragis...

Apakah mereka benar-benar berpisah? Tunggu CINTA DAN BENCI eps 74!!

-----BERSAMBUNG-----

CINTA DAN BENCI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang