EPISODE 32

89 3 0
                                    

Ariska menatap ke arah luar jendela dari kamarnya tempat berbaring. Ia memandang seorang anak kecil berlarian kecil ke sana kemari. Ariska merasa iri karena ia tak dapat melakukan itu. Kakinya masih terasa sedikit ngilu. Namun, ia sudah dapat menggerakkannya. Ia ingin seperti anak itu. Berlari bebas tanpa ada yang menghalanginya. Dirinya benar-benar merindukan kebebasan.

Tak kuasa menahan diri, akhirnya Ariska menelpon Adit.

"Adit, aku pulang sekarang.."

"Tapi?"

"Dit, aku mau pulang.. Aku udah ngerasa baikan. Aku bisa kok naik kursi roda. Aku udah nelpon ayah sama ibu aku buat jemput aku. Jadi kamu nggak perlu jemput aku." kata Ariska

"Ya, sebentar lagi gue ke sana..." kata Adit langsung memutuskan pembicaraan mereka.

Ariska kembali memandang anak kecil itu. Tak lama kemudian, orang tua Ariska datang.

"Ris, kamu yakin mau pulang? Kaki kamu belum sembuh benar!" kata ibu Ariska menerangkan

"Iya, bu. Lagian di sini Ariska nggak bisa ngapa-ngapain. Ariska bosen. Ariska juga mau belajar. Sebentar lagi ada ujian semester. Ariska mau nilai Ariska bagus."

"Ya sudah.. Tapi kamu di rumah istirahat ya!" kata ayah Ariska

"Siap yah!!" kata Ariska sambil tersenyum lebar

Ayah dan ibu Ariska mendorong kursi roda Ariska ke arah parkir. Di sana, mereka bertemu dengan Adit yang baru saja sampai di rumah sakit.

"Ris..?" kata Adit lirih

"Dit, aku pulang dulu. Nanti, kamu hubungin aku lagi ya.." kata Ariska

"Nak Adit, kami pulang dulu ya.." kata ibu Ariska lalu mendorong kursi roda Ariska mendekati mobil.

Adit terus menatap Ariska. Perasaannya bercampur aduk dan tak dapat dijelaskan dengan kata-kata lagi. Ariska menengok ke balakang. Ia melihat Adit yang memandangi dirinya. Ariska semakin ragu. Mungkin saat ini, rasa cinta yang ia miliki berkurang terhadap Adit. Ia tak mengerti mengapa rasa itu bisa memudar? Apakah karena hubungan mereka selama ini begitu membosankan?

"Dit, kamu kira aku nggak tau kejadian tadi sewaktu kamu di kampus? Sewaktu kamu presentasi bersama Sinta? Mungkin berita ini sudah tersebar seantero kampus. Tapi, kenapa kamu nggak ngasi penjelasan apapun ke aku? Aku kecewa..." kata Ariska dalam hati.

Ariska mulai masuk ke dalam mobil, begitu pula dengan kedua orang tuanya. Ariska membuka kaca mobilnya. Ia melihat Adit yang masih berdiri di tempat itu. Ariska tak dapat berkata-kata. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanda kecewa. Lalu, mobil Ariska pun berjalan meninggalkan Adit.

-----BERSAMBUNG-----

CINTA DAN BENCI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang