Sinta menoleh ke arah lelaki yang memeluk dirinya.
"Rafael?"
"Sinta, kamu jangan nangis lagi.."
Sinta menyeka air matanya.
"Nggak. Aku nggak nangis.."
"Aku tahu Sin, kamu nggak mungkin ngelakuin hal yang buruk pada Ariska."
"Makasih ya El, mungkin kamu satu-satunya orang yang percaya sama aku.."
"Everything's gonna be okay Sin.." kata Rafael sambil memeluk tubuh Sinta. Sinta tak kuasa menahan tangisnya. Akhirnya, air matanya tumpah jua. Bendungan air matanya jebol seketika. Ia menangis tersedu-sedu di pelukan Rafael. Rafael mengusap-usap tubuh Sinta.
"Tenang Sin.."
"Makasih El, kamu jadi sahabat yang terbaik bagi aku."
"Tentu Sin, aku bakal terus ada di sisi kamu.. Menghapus setiap duka kamu.."
Rafael memeluk Sinta erat..
Sementara itu, di tempat lain Adit nampak cemas menunggu Ariska sadar. Selang berapa waktu kemudian, dokter yang menangani Ariska keluar dari ruang UGD. Adit langsung menjejal dokter itu dengan beberapa pertanyaan.
"Dok, bagaimana keadaannya?"
"Dia sudah sadar. Tapi jahitan di kakinya robek. Jadi kami harus menjahitnya kembali. Tapi.."
"Tapi apa dok?"
"Sepertinya, telah terjadi benturan yang cukup keras antara kakinya. Ini menyebabkan saraf yang ada di kakinya agak melemah. Mungkin dia harus rawat inap. Dan mungkin juga beberapa minggu, dia harus memakai kursi roda agar kakinya kembali normal."
"Astaga..."
"Begitulah keadaannya."
"Terima kasih dok. Boleh saya menemuinya sekarang?
"Tentu."
Adit masuk ke dalam ruang UGD. Ia melihat Ariska berbaring lemah sambil merintih kesakitan. Seorang suster nampak merapikan peralatan yang tadi digunakan untuk mengobati luka Ariska.
"Ris, kamu baik-baik saja kan?"
"Begitulah Dit.. Tapi kaki aku rasanya lemes banget.." kata Ariska sedikit mengeluh
Adit menatap Ariska dengan pandangan kasihan. Ia tak tega melihat Ariska seperti ini.
"Mulai sekarang kamu jauhin Sinta ya.. Aku nggak mau kamu terluka kayak gini lagi."
"Hah? Maksud kamu apa?"
"Sinta kan yang buat kamu celaka! Aku liat dia ada di deket kamu waktu kamu pingsan."
"Hah?? Adit, kenapa kamu berpikiran sempit gitu? Bukan Sinta yang buat aku celaka!!"
"Kalau bukan Sinta siapa lagi?"
"Vira yang ngelakuin ini. Dia yang udah nendang kaki aku.."
Seketika Adit terdiam. Dirinya seperti disambar petir di siang bolong. Jadi, yang melakukan semua ini Vira??! Padahal baru saja Adit menampar pipi Sinta dan menyalahkan Sinta atas apa yang terjadi pada Ariska.
"Dit?" kata Ariska
Adit sedang melamun. Ia benar-benar merasa bersalah kepada Sinta. Rasanya ia ingin menampar balik wajahnya beribu-ribu kali karena telah melakukan suatu kesalahan yang besar! "Bodoh!! Gue bodoh!!! Kenapa gue bisa percaya gitu aja??" kata Adit dalam hati. Adit dapat merasakan bagaimana hancurnya Sinta sewaktu dirinya menampar Sinta tadi.
"Dit kamu kenapa?" tanya Ariska lagi.
Namun Adit tak menjawab sepatah katapun. Yang ada di pikirannya sekarang hanya Sinta, Sinta, dan Sinta. Ia harus minta maaf pada Sinta! Ya!! Minta maaf!! Ia harus mengejar Sinta. Ia harus meminta maaf!Adit langsung pergi dan meninggalkan Ariska sendirian di ruang UGD.
"Adit?? Adit mau kemana??" tanya Ariska yang tak digubris oleh Adit. Adit berlari keluar ruang UGD. Lalu mencari Sinta.
Apakah Adit berhasil minta maaf pada Sinta? Tunggu jawabannya di CINTA DAN BENCI eps 27!!!
-----BERSAMBUNG-----
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI [COMPLETED]
RomanceSinta menyukai Adit yang ternyata sudah memiliki kekasih.