Adit masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sinta dan Rafael berdua.. Di taman ini?
"Maaf ganggu kalian pacaran." kata Ariska
"Nggak! Kami nggak pacaran!! Kami.. Kami cuma sahabat!" kata Sinta menjelaskan
"Sahabat? Hhhmmm... Jangan lama-lama ya?" kata Ariska menggantung
"Lama-lama apa maksudnya Ris?" tanya Sinta tak mengerti
Ariska hanya tersenyum kecil sambil melihat wajah Adit. Ternyata, Adit masih melamun. Ariska tak mengetahui apa yang ada di pikiran Adit sekarang.
"Dit?"
Adit masih tak sadar.
"Adit??!" pekik Ariska
Adit akhirnya sadar. Ia kelihatan gelagapan.
"Sebenernya begini, kita..." kata Sinta
"Aku yang ngajak Ariska keluar. Kita mau makan masakan ibu Sinta di taman ini." kata Rafael
"Wah! Masakan ibu Sinta? Apa aja tuh?" tanya Ariska
"Ini.. Ada telur goreng sama oseng pare.." kata Sinta
"Oseng pare? Hhmmm..." kata Ariska
"Eh, gimana kalo kalian nyobain? Masakan ibu aku enak loh! Kalo nggak percaya, tanya aja sama Rafael!" kata Sinta
"Oh, iya! Enak banget! Apalagi oseng parenya! Nggak kerasa pahit!" kata Rafael sambil melihat Adit. Adit juga terus memandangi Rafael. Entah mengapa ada rasa tak suka pada diri Adit ketika Rafael mendekati Sinta.
"Boleh nih?" tanya Ariska
"Tentu aja. Nih! Sayangnya, aku cuma bawa satu sendok.." kata Sinta
Ariska mencicipi oseng pare milik Sinta.
"Hhmm... Enak!" kata Ariska
"Iya kan? Sayangnya aku cuma bawa segini. Kalo tau ketemu kalian, aku pasti bawa lebih deh.." kata Sinta sedikit menyesal.
"Dit, kamu cobain deh! Ini enak banget!!" kata Ariska sambil menyuapi Adit dengan sesendok oseng pare buatan ibu Sinta. Adit melihat ke arah pare itu. Ia ragu. Ia melirik Ariska.
"Ayo!! Ini enak banget!!" kata Ariska sambil menghadapkan sendok yang penuh berisi pare ke arah mulut Adit. Akhirnya Adit melahap suapan dari Ariska. Ariska melirik ke arah Sinta. Ia yakin bahwa Sinta merasa cemburu karena dirinya menyuapi Adit. Ternyata yang dipikirkan Ariska benar. Sinta hanya terdiam. Ia tak dapat bergerak sama sekali. Ya, ia merasa cemburu! Andai saja aku bisa menyuapi Adit seperti itu.. pikir Sinta dalam hati.
Melihat Sinta yang diam sambil melihat Ariska menyuapi Adit, Rafael tak mau kalah! Ia sudah bertekad tak ingin membuat Sinta sedih! Rupanya, Rafael tahu bahwa Ariska sedang memanas-manasi hati Sinta agar Sinta cemburu. Rafael pun segera merebut sendok dari tangan Ariska langsung menyuapi Sinta sama seperti yang dilakukan Ariska pada Adit.
"Sin, dari tadi kan kamu belum makan, sekarang giliran kamu yang nyoba! Ini.. Aaaa!!" kata Rafael sambil menyuapi Sinta.
"Rafael kamu apa-apaan sih?" bisik Sinta perlahan
"Ayo Sin! Dari tadi yang lain makan, kamu cuma nonton doank! Ini coba!!" kata Rafael
Sinta tersenyum sungkan. Ia pun melahap suapan dari Rafael. Ariska yang melihat itu nampak bahagia. Huufft, akhirnya...
Namun, apa yang dirasakan Ariska berbeda dengan apa yang dirasakan Adit. Wajahnya nampak merah padam menahan emosi. Seharusnya gue yang nyuapin Sinta! Bukan lo, Rafael!! pikir Adit dalam hati.
Ariska melirik ke arah Adit. Ia tahu bahwa Adit cemburu melihat itu semua!! Ternyata rencananya membuat Rafael dan Sinta bersatu gagal karena Adit terlihat semakin cemburu! Ini jelas terlihat bahwa Adit memang benar-benar memiliki perasaan pada Sinta. Ia sudah lelah dengan sikap Adit.
"Nah, enak kan Sin?" tanya Rafael. Sinta mengangguk. Sedangkan Rafael melirik ke arah Adit. Matanya seolah hendak berbicara, "Ini cewek gue! Jangan lagi lo kejer-kejer dia! Lo udah punya Ariska, masih aja ngejer-ngejer cewek lain."
Melihat pandangan mata Rafael yang begitu meremehkan dirinya, emosi Adit begitu meluap-luap. Namun beruntung ia dapat menahannya sehingga tidak meledak. Adit kembali menatap Rafael dengan tatapan penuh emosi. Seolah matanya hendak berbicara, "Sombong banget lo! Liat aja nanti, siapa yang bakal dapetin Sinta!"
Melihat Adit membalas tatapan matanya, Rafael kembali membalas tatapan mata Adit dengan tatapan yang seribu kali lebih tajam. Seolah matanya hendak berbicara, "Oke, gue nggak takut! Cakepan juga gue, tajiran juga gue. Gue yakin bisa taklukin hatinya Sinta!"
Ariska yang menyadari bahwa suasana di antara memanas, segera melerai. Ia mengetahui jika Adit dan Rafael bertengkar lewat pandangan mata mereka. Ia tak ingin terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi.
"Dit!!"
Adit sadar.
"Dit, aku mau pulang!!"
"Kenapa? Kita kan baru aja nyampe?" kata Adit
"Iya, kenapa buru-buru?" tanya Sinta
"Sebenernya aku belum pamit sama papa mama aku. Aku takut kena marah. Sekarang, aku telpon supir dulu ya.. Ayo Dit!" kata Ariska mengajak Adit pergi dari hadapan Sinta dan Rafael
"Tapi..." kata Adit "Ya sudahlah..."
"Ayo!!" ajak Ariska. "Maaf ya Sin, Raf, aku sama Adit balik dulu ya.. Makasi buat makanannya. Makanannya enak banget! Kapan-kapan masakin lagi ya buat aku Sin?" kata Ariska bercanda
"Oh tentu Ris." kata Sinta
Ariska menyuruh Adit agar segera pergi dari tempat itu. Adit mendorong kursi roda Ariska. Baru beberapa langkah, Adit menoleh ke belakang. Ia melirik Rafael. Matanya mengisyaratkan sebuah kalimat, "Kita lihat saja nanti!!!"
Rafaelpun membalas dengan tatapan matanya. "Oke! Gue tunggu!!"
Bagimanakah hubungan Adit dan Rafael? Tunggu kelanjutannya di CINTA DAN BENCI eps 36!!!
-----BERSAMBUNG-----
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI [COMPLETED]
RomanceSinta menyukai Adit yang ternyata sudah memiliki kekasih.