Sebelum kursi roda Ariska terjun ke bawah, Vira menahannya dari belakang. Ariska sudah memejamkan matanya. Ia takut setengah mati.
Vira menarik kembali kursi roda Ariska menjauh dari bibir atap gedung.
"Tenang saja Ris.. Gue nggak mungkin bunuh lo! Lo pikir gue udah gila? Gue nggak mungkin ngotorin tangan gue dengan bunuh lo! Nggak ada untungnya buat gue! Gue cuma mau ngasi tau lo. Sampai lo berani kasih tau Rafael kalo gue yang ngelukain lo, gue akan buat lebih daripada ini!"
Ariska membuka matanya. Nafasnya masih terengah-engah.
"Ngerti lo??!" kata Vira. Kemudian Vira berjalan meninggalkan Ariska sendirian di atap gedung. Ariska masih syok. Nafasnya ia mulai atur kembali. Peluhnya yang mengucur deras, ia seka dengan tangannya. Perlahan-lahan ia dapat bernapas lega kembali.
Setelah mata kuliah ekonomi selesai, Vira mendekati Sinta yang nampak bersiap-siap keluar ruangan. Melihat Vira datang ke arahnya, Sinta takut. Badannya gemetar.
"A.. ada apa?" tanya Sinta
"Eh, gue cuma ngasi tau lo. Tadi Adit bilang ke gue. Lo di suru ke perpus habis ini."
"Oh, iya. Aku bakal ke sana."
Sinta bergegas keluar ruangan meninggalkan Vira. Vira mulai tersenyum licik..
Sinta bergegas menuju perpustakaan seperti yang dikatakan Vira. Namun, ketika ia berada di aula kampus, ada sebuah pot tanah liat yang terjatuh dari lantai dua! Pot itu tepat berada di atas kepala Sinta. Sesaat ketika pot itu hendak jatuh di kepala Sinta, nampak seorang pria mendorong tubuh Sinta. Tak ayal lagi, pot itu mengenai kepala pria itu. Pria itu langsung ambruk di lantai bersamaan dengan Sinta.
Sinta yang selamat langsung melihat siapa pria itu. Jantungnya berdegub kencang. Matanya melotot tak percaya apa yang dilihatnya. Ada tubuh seorang pria terbaring lemas di lantai. Mungkin saja pria itu pingsan. Bagaimana tidak pingsan? Sebuah pot bunga yang terbuat dari tanah liat jatuh dan menimpa kepalanya. Kepala pria itu berdarah-darah. Mungkin saja, kepalanya bocor. Keadaannya begitu mengenaskan. Sinta menutupi mulutnya. Ia tak percaya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. " Nggak.. nggak mungkin!"
Sinta panik. Ia tak tahu harus berbuat apa.
Sesaat kemudian, barulah Sinta berteriak sekencang-kencangnya, "RAFAEL!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Apakah yang akan terjadi pada Rafael selanjutnya? Tunggu jawabannya di CINTA DAN BENCI eps 38!!
-----BERSAMBUNG-----
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI [COMPLETED]
RomanceSinta menyukai Adit yang ternyata sudah memiliki kekasih.